Call Me

23 2 0
                                    


"Hmmm..." Daniel menggigit bibir bawahnya sambil terus menatap ke layar ponselnya yang ia biarkan menyala. Dia tetap melakukan itu walaupun sekarang dia berada di mobil dalam perjalanan pulang.

Seong-Woo yang duduk disampingnya  yang dari tadi memperhatikannya praktis saja menjadi penasaran. "Kau sedang apa?"

Daniel melihat kesampingnya--tepat kearah Seong-Woo dan langsung terkejut. "Uwah! Hyeong!" Daniel nyaris saja melemparkan ponselnya ke arah supir saking kagetnya. "Sejak kapan hyeong ada disini?!"

Seong-Woo menatap Daniel dengan tatapan aneh. "Sejak kita masuk kedalam mobil."

"Mobil?" Daniel melihat sekitarnya  dan baru menyadari sesuatu. "Kita sudah ada di mobil?"

"Kau sedang menunggu telepon?" Seong-Woo menunjuk ponsel Daniel yang masih menyala.

Daniel melihat ponselnya. "Oh, ini. Err... Iya." jawabnya pelan.

"Oh, ya?" Seong-Woo tampak bersemangat mendengarnya. "Dari siapa? Cewekmu?"

Daniel mengernyitkan dahinya. "Cewek? Eh... Iya. Hyeong tahu dari mana?"

Mata Seong-Woo membesar karena antusias. "Jadi benar?!"

"Hah?"

"Begini. Kalau kau sampai-sampai lupa dunia karena satu orang perempuan.... Itu artinya kau sedang jatuh cinta dan merindukan dia." Seong-Woo berdeham sambil membenarkan cara duduknya. Dia mendekatkan kepalanya pada Daniel, seolah-olah apa yang akan ia katakan selanjutnya berhubungan dengan masalah pertahanan dan keamanan negara. "Jadi... Kau sudah lama kenal dengan gadis ini?" tanyanya pelan seperti seorang bandar narkoba yang sedang mengadakan transaksi narkoba.

"Belum. Kami baru bertemu dua kali hari ini." jawab Daniel polos.

"Wah, jadi kau jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Seong-Woo, kaget.

"Apa? Jatuh cinta?" Tiba-tiba Ji-Sung memunculkan kepalanya di atas bangku Daniel. "Siapa yang jatuh cinta?"

"Omma!" Seong-Woo meletakkan satu jari telunjuknya didepan bibirnya. "Ssshh!"

"Apa? Aduh, aduh! Berhenti! Nanti mukaku basah semua!" Ji-Sung menggerutu ketika wajahnya kecipratan hujan lokalnya Seong-Woo.

Daniel hanya mampu tertawa melihat kelakuan kedua hyeong (dan omma)-nya itu. Ia mengalihkan atensinya ke jendela, seakan-akan mengabaikan Seong-Woo dan Ji-Sung yang kini sedang bertarung seperti Bruce Lee--yang kini diplesetkan menjadi Bruce Ong-- dan Tarzan. Matanya terus terpaku kearah jalanan, tapi sebenarnya pikirannya terus melayang pada sosok Rachel.

Dia terus memikirkan perkataan Seong-Woo tadi. Jatuh cinta? Mereka baru bertemu dua kali dan Daniel langsung jatuh cinta? Bukankah itu aneh?

But, hey. Love is weird. You can't deny it, right?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rachel sudah selesai mandi dan mengeringkan rambutnya. Dia merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya dan hendak pergi tidur ketika matanya melihat ponselnya diatas bufet disebelahnya.

Dia meraih ponselnya dan menatapnya sejenak. Dia langsung teringat pada tangan kirinya--yang kini dihiasi oleh deretan nomor telepon milik Kang Daniel.

Dahinya mengernyit. Dia tadi sudah yakin kalau dia betul-betul membersihkan tangan kirinya. Tapi, toh, nomor telepon itu masih ada. Cuma agak pudar sedikit.

"Sial. Ini tinta permanen." Rachel menggerutu. Sebenarnya dia marah, tapi disisi lain dia juga merasa lucu membayangkan ekspresi Daniel ketika dia memberitahunya soal ini. Daniel pasti tidak sadar kalau spidolnya permanen.

Love is Undeniable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang