"Kemana Rachel dan Angel, ya?" tanya Lovika pada Roma yang kini menonton televisi.
"Hm, entahlah." jawab Roma seadanya. "Mereka belum pulang, padahal sudah sore."
Lovika cuma mengangguk. "Mungkin mereka punya tugas kuliah."
"Bisa saja." balas Roma. Perempuan itu beranjak dari sofanya, hendak mengambil cemilan didalam kulkas. Setelah mengambil beberapa bungkus keripik, dia kembali mendudukkan dirinya diatas sofa.
"Kau menonton apa?" tanya Lovika, kepo.
"Acara musik, sebentar lagi EXO nampil."
"EXO? Yang salah satu personilnya si hitam itu?"
"Dia nggak hitam, cuma agak kusam." balas Roma mencibir. "Lagian, namanya bukan si hitam, namanya Kai!"
"Hm, terserahlah." balas Lovika tak acuh. Dia kemudian mengambil tempat disamping Roma. "Kau tahu, aku lebih suka Wanna One."
"Wanna apa?"
"Itu, lho. Boy group yang baru-baru ini lagi tenar-tenarnya?"
Roma menggeleng tak tahu.
"Yang pemenang Produce 101?"
Roma menggeleng lagi.
Lovika menghela nafas. "Kau ngakunya suka K-Pop tapi gak tahu yang mana Wanna One." dia mencibir. "Group itu, lho. Group abangnya Angel."
Mata Roma membulat. "Wah, jadi abangnya berhasil jadi artis?"
"Yep. Abangnya bahkan jadi seleb cowok terpopuler sekarang."
"Serius!?"
"Iya, iya." Lovika menengahi. "Lihat, EXO udah selesai nampil."
"Hah!?" Roma menolehkan kepalanya ke televisi dan menemukan bahwa personil EXO kini sedang melambaikan tangannya kearah penonton, lalu turun panggung. "Aarrgh! Ini gara-gara kau!" Roma esmosi. "Coba aja tadi kau nggak cerita tentang Wanna--... Wanna apa itu!"
"Wanna One." Ralat Lovika.
"Iya, aku tahu!"
"Oh, lihat, MV-nya Wanna One."
"Eh? Mana? Mana?" tanya Roma cepat.
Lovika tersenyum kecil. "Tadi yang kesal siapa?"
"Sabodo."
Lovika kemudian tertawa kecil. Dia mengambil remot didekatnya dan menaikkan volume suara televisi itu.
Ditelevisi itu, tampak sebelas laki-laki sedang membentuk formasi layaknya seseorang yang sedang memainkan sebuah piano. Tak lama berselang, seorang laki-laki berambut hitam mulai menyanyi.
"Abangnya Angel yang mana, sih?" tanya Roma.
"Sebentar, dia dibelakang."
Roma menyipitkan matanya, berusaha mencari-cari wajah yang tampak familiar dengannya.
"Mereka semua tampak asing." kata Roma pelan.
"Lihat saja, sebentar lagi bagiannya abang Angel."
Roma terus menonton acara itu. Diakuinya, lagu mereka tidak terlalu buruk. Malahan, bagus juga.
Tepat ketika seorang laki-laki berpipi gembul sedang menyanyikan nada tinggi, Roma menepuk bahu Lovika. "Ini, ya?"
"Ah? Apa? Bukan!"
"Bukan, ya? Tapi wajahnya mengingatkanku pada seseorang..." gumam Roma.
"Benarkah?"
Roma mengangguk. "Ah, tapi aku tak terlalu ingat. Dia ini... Namanya siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Undeniable
RomanceKadang, kamu tidak menyadari kapan kebencian atau perasaan kagum didalam hatimu bisa berubah menjadi sebuah perasaan cinta. "Aku tidak akan pernah menyukaimu, walaupun hanya sekali. " // "Kalau begitu, berikan waktu padaku untuk membuktikannya p...