Lovely complex [Meanie]

250 25 3
                                    

Sungguh bukan hal biasa ketika melihat lelaki bermata rubah itu masih berada di dalam kelasnya sore itu. Padahal biasanya dia adalah orang pertama yang menghilang ketika bel pulang sekolah berbunyi. Namun nyatanya sekarang dia asyik memandang lapangan outdoor yang sedang digunakan latihan oleh klub basket sekolah.

“Ah, Kim Mingyu memang sangat memesona. Benar begitu kan, Jeon Wonwoo?”

Pemuda itu tersentak mendengar salah seorang teman sekelasnya berbicara santai tanpa memandangnya, menatap ke arah yang sama dengan si sulung Jeon beberapa waktu lalu.

“Hah?” Berlakulah seolah tidak tahu apa-apa ketika dirimu tertangkap basah melakukan sesuatu, sesuai kamus Jeon Wonwoo.

“Lihat ini!” Tunjuk teman sipitnya pada selembar kertas yang sedari tadi ingin diberikan pada Wonwoo, namun urung dilakukan ketika melihat laki-laki itu tengah melamun.
“Ada apa dengan kertas ulanganku, Soon?”

“Sejak kapan cerita pendek ini menceritakan Kim Mingyu si anak baik hati yang mau bekerja keras demi menghidupi keluarganya yang miskin? Di sini hanya ada tokoh Kim Minjoo, neneknya dan dua adiknya. Dan tidak ada Kim Mingyu, tentu saja.”

Seketika Wonwoo menutupi wajahnya. Dia malu. Sungguh, bahkan di hadapan sahabatnya, Kwon Soonyoung.

Wonwoo segera merebut kertas yang dipermasalahkan itu dari tangan Soonyoung, kemudian meremas dan melemparnya ke tempat sampah tepat di luar jendela kelasnya.

"Oke, semua manusia waras pasti mengatakan Kim Mingyu itu mempesona. Dia bagaikan jelmaan Akashi Seijuurou yang turun ke sekolah kita," aku Wonwoo, dengan nada yang sangat kentara bahwa dia terpaksa mengatakannya.

"Dasar." Soonyoung terkekeh mendengarnya. Khas sahabat emonya sekali.

Wonwoo bangkit dari bangkunya dan membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas meja. "Ayo pulang," ujarnya.

"Hm? Yakin? Latihan Kim Mingyu belum selesai, lho," ujar Soonyoung sambil memperhatikan adik kelasnya yang sangat populer itu.

"Dengar, Soon. Aku memperhatikan Kim Mingyu tadi hanya karena aku kebetulan berada di kelas dan dia kebetulan berada di lapangan, itu saja. Kalau aku ingin pulang, ya aku pulang. Mengapa harus menunggu Kim Mingyu?" Elak Wonwoo dengan mulusnya—atau setidaknya begitulah harapan siswa kelas 2 SMA itu.

"Oh jadi hanya kebetulan ya..." Senyum jahil mengembang di wajah Soonyoung. Yang menjadi alasan merekahnya senyum tersebut hanya berpura-pura tidak mendengar dan fokus dengan ritualnya sebelum pulang sekolah.

"Soon, kau lihat kertas ulanganku?" tanya Wonwoo. Ia membongkar kembali tasnya.

"Bukannya barusan kau lempar ke tong sampah?"

Lelaki berambut hitam itu sontak menepuk dahinya dengan keras. "Ah... Sial. Terkutuk kau dan mulut menyebalkanmu itu, Kwon Soonyoung," gerutunya.

Soonyoung tidak bisa melakukan apa-apa selain menertawakan kebodohan sahabatnya sedari kecil itu.

***

Wonwoo berlari menuju tempat sampah terdekat yang dia curigai sebagai tempatnya melempar kertas ulangannya tadi.

Dia melonggok hendak memeriksa isi benda itu namun kosong, tak ada satupun sampah tersisa.

"Sepertinya petugas kebersihan sudah mendahului dirimu." Soonyoung menepuk pundak Wonwoo dari belakang tanpa menghilangkan senyum jahil di wajahnya.

Wonwoo mendengus sebal.

"Sudahlah, tenang saja. Nilainya kan sudah dimasukkan –"

"Yang aku cemaskan bukan nilaiku, tapi isi dari kertas itu. Bagaimana kalau orang lain membacanya dan mengatakannya pada Kim Mingyu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshot Relay [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang