Part 4

5 0 0
                                    

Niello berdiri di pusat keramaian, matanya mengernyit pada silau matahari kuning yang siap berpamitan. Dalam waktu satu jam lagi, Niello akan kembali ke Jakarta, kembali pada Hana. Sungguh tak sabar rasanya.

Oleh sebab itu, disinilah Niello sekarang, di Bugis Junction—salah tempat hiburan dan pusat perbelanjaan di Singapura. Yah—barang-barang disini bukannya tidak ada di Indonesia, hanya saja Niello harus beli oleh-oleh, kalau tidak, Hana pasti marah besar karena merasa tidak dispesialkan. Bisa-bisa cowok itu akan dicuekin selama seminggu!

Hana adalah seorang gadis rasa sederhana, dia hanya butuh hal kecil dan tidak mahal. Gampang membuat seorang Hana merasa istimewa, karena sebenarnya hati cewek itu begitu polos dan rapuh. Tetapi, gampang juga mengacak hati yang rapuh itu, bahkan seringkali Niello tidak sadar telah mengusik dan membuat berantakan di dalam sana.

Hana, seorang gadis yang bahagia dengan sederhana, namun sangat susah diredakan kalau hati rapuhnya itu sudah tersenggol walau hanya sedikit. Ribetnya cewek satu ini, batin Niello sering bergumam seperti itu. Tapi, setiap harinya, tidak tahu mengapa, ia semakin tidak mau berjauh-jauh dari Hana, apalagi pisah, Niello bahkan tidak pernah membayangkannya. Hana selalu ada dalam bayangan masa depannya, karena jika satu orang sudah cocok, ia ingin hanya sosok itu saja untuk selamanya.

Gedung beratap kaca dengan sejuta gerai produk-produk yang ia kenali, juga beberapa yang tidak ia kenali, berjajar menyambut kedatangan setiap orang. Kakinya melangkah seiring matanya mengobservasi.

Hana, cewek itu sebenarnya tidak kalem-kalem banget. Tapi Hana juga tidak cowok-cowok banget. Intinya, Hana adalah cewek imut yang sok galak, menurut Niello.

Langkahnya berhenti di depan sebuah rak kaca.

"Niello! Have you get what you want?" Tanya Casie yang entah darimana sudah berdiri disampingnya.

Iya. Mereka berdua sedang mencari oleh-oleh bersama.

Casie menunjuk ke rak kaca dengan jari telunjuk bercat birunya. "This one is cute!" Serunya.

"This one? Em—" Niello menatap benda itu ragu-ragu. Bukannya apa, dia tahu sifat Hana.

Seolah bisa membaca pikiran Niello, Casie tertawa pelan. "She kinda cute or manly hah?"

Mengundang tawa Niello. "Both of those, cute and manly."

"So—" Casie memandangi satu per satu benda cantik di rak kaca itu. "This one is perfect!" Tunjuknya pada sebuah kalung bermatakan bola kristal kecil berwarna hijau toska.

Wow! Niello terkesan! Bahkan dari awal, cowok itu sudah berpikir untuk memilih kalung ini. Dia dan Casie sudah sependapat, tanpa banyak berpikir lagi, Niello lantas membeli kalung itu.

"Can I choose the colour, Miss?" Tanya Niello saat sang kasir mengeluarkan kotak beludru berwarna merah gelap.

"Oh, you can, you can!" Jawab kasir bermata sipit itu antusias. "Just a second haa." Katanya lagi dengan logat kental yang terdengar familiar di telinga Niello.

Dalam sekejap, kasir tersebut membawakan tumpukan kotak beludru, ada warna merah, biru, hitam, dan hijau.

"The green one, please."

"Green ho? Okay, okay." Kasir tersebut mengangguk mengerti.

Memang tak seperti kebanyakan cewek, Hana suka warna hijau. Tak seperti kebanyakan cewek juga, Hana menyukai Niello yang padahal sebagian besar cewek disekolahan selalu menghindar dan menatap ilfeel padanya.

Memangnya kenapa berpenampilan cupu ke sekolah? Memangnya kenapa kalau Niello selalu mengutarakan pikiran dan perasaannya secara jujur pada semua orang?

Hana's #LSS2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang