bagian 1

18 2 2
                                    


  *☘☘☘ cerita pertama saya, mohon dimaklumi apabila typo dalam penulisan atau juga alurnya yang kurang nyambung. Apabila pembaca ada kritik dan saran mohon untuk disampaikan ke saya, bagi saya itu cukup bermanfaat untuk kedepannya. Dan satu lagi, ini hanya cerita fiktif, bukan kisah nyata ya. Mencoba untuk membumbui  dengan hal hal agama.☘☘☘*
                                       .

                 ❇❇ Selamat membaca ❇❇

"Bik, nanti aku pulang agak sore ya, mau main sama temenku dulu." Kata Ai yang kurang jelas karena masih mengunyah roti dimulutnya dengan tergesa gesa.

"Iya mbak, tapi kalo makan jangan sambil bicara mbak, itu nggak baik" ucap Bik Inah yang setia merapikan peralatan masak.

"Aku buru-buru bik, ntar aku telat masuknya, udah ah Ai mau berangkat" kata Ai yang kini meraih segelas susu coklat kesukaannya setelah itu meneguknya dengan berdiri.

Bik Inah yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. "Ya Allah mbak, sebenarnya hati mbak itu baik namun kenapa mbak kadang lalai dengan kata hijrah yang mbak ucapkan dulu itu" batin bik Inah.

Flash back on

Braaakk...!!
Suara gebrakan meja makan yang cukup nyaring sampai pada gendang telingan bik Inah yang usianya sudah mencapai 50 tahunan yang baru setahun setengah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Pak Hendra dan Bu Rahma.

"Aa..da apa mb..ak..?" Ucap bik Inah yang tiba tiba gugup dan gagap melihat wajah merah masam milik Ai.

"Pake' nanya ada apa, ini susu coklatku mana! Bisa kerja nggak sih?. Udah dibilang aku nggak suka jus jeruk masih aja dibuatin kayak gini !!." Ucap Ai dengan tatapan intens nan sadis pada pembantunya.

"Maa ..aaf mb..aak, bik tadi lupa..aa, seinget bibik, bii..bik ma..sih bekerja sa..maa tuan Herman yang pu..punya anak yang suka..a minuu..um jus jeruk". Ucap bik Inah dengan tangan gemetaran dan memilin ujung kerudung yang dipakainya.

"Lain kali diinget inget, aku ya aku nggak sama dengan majikanmu dulu !!" Bentak Ai tepat didepan Bik Inah yang menunduk lemah. Lalu Ai langsung berlalu dengan sadis meninggalkan bik Inah.

Flash back off

   "Huuffft... " helaan nafas Ai yang naik turun karena tadi terburu buru saat ke kelas. Dengan sadisnya Ai sedikit melempar tasnya kemeja.

   "Heey, santai kali Ai masih pagi juga, udah asem aja tuh muka, nggak enak d pandang kali" gerutu Alya yang tadi sempat terkejut dengan kedatangan Ai.

   "Tau aah Ya, capek akutuuh ..heemm, sampek kelas gurunya juga belum dateng. Hadeeh" jawab Ai dengan wajah manjanya.

    "Ya udah istirahat aja dulu, dasar kebiasaanmu kek gitu kok ya akutu dah faham." Jawab Alya dengan sedikit menoel pipi kanan kiri Ai..
   
     "Heeemmmm...." Ai menepis tangan Alya.

~~~~
      "Aku pulang duluan ya, assalamu'allaikum." Ucap Fikri mengakhiri perjumpaan dengan shohibnya saat keluar kelas. Namanya Muhammad Fikri Ar Razi, maba salah satu perguruan tinggi di Surakarta. Ia merupakan salah satu alumni berprestasi di SMA tempat Ai menuntut ilmu.
~~~
    "Assalamu'allaikum Umi." Ucapan pertama Fikri disaat ia memasuki rumah, menuju kamar yang selalu ia rindukan ketika bosen dikelas.

   "Wa'alaikumussalam nak, buruan ganti pakaian terus makan ya, Umi udah makanan kesukaanmu." Suara lembut Umi Hasna dari dapur namun masih tertangkap oleh gendang telinga Fikri.

   "Iya Umi.." jawab Fikri lesu yang mungkin tak terdengar oleh wanita yang telah melahirkannya itu.

    Tak lama kemudian Fikri keluar dengan pakaian ala rumahan berjalan menuju tempat makan, dari meja makan terlihat Uminya yang berdiri mencuci alat masak yang kotor, dalam hati Fikri terbesit 'yaAllah terima kasih telah menakdirkanku lahir dari rahim seorang wanita luar biasa,  dan tolong panjangkan umurnya, beri keharmonisan antara Abi, Umi, Kak Fauzi dan termasuk saya Ya Rabb. Dan saya mohon permudahkanlah hamba dalam menghadapi masa depan, karuniakanlah pendamping yang sifat, akhlak serta akidahnya seperti Umi ya Allah. Aamiin'
     Tanpa disadari Umi Hasna memperhatikan Fikri yang tengah melamun, menyelami alam angan yang tanpa batas. Menepuk pundak anaknya yang tengah melamun. "Ada apa nak, ada masalah dikampus? Apa yang Fikri pikirkan? Coba cerita sama Umi."
   
    Sontak membuat Fikri terkejut, menoleh ke sumber suara. "Ee..enggak kok Mi, tidak ada masalah dikampus, hanya capek aja Mi...hehehe" ucap Fikri dengan memamerkan sedikit lesung pipi tipis yang menjadi pemanis alami pada saat setiap kali senyum.  Lelaki sholeh yang menjadi idaman para akhwat, pandai berdakwah, shalat rajin, kuliah juga pinter, namun ia sedikit merasa masa bodoh dengan akhwat akhwat, bukan apa apa hanya saja ia menundukkan pandangan.

     Jawaban Fikri dibalas dengan senyuman manis yang terlukis diwajah Uminya yang memberi keteduhan serta kenyamanan saat Fikri merasa lesu, dan lelah.

Separuh SenyumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang