Bitter sweet

19 1 4
                                    

Tahun 2016, persis nya aku lupa

Seseorang yang ku kira tak kan datang itu, masih ingat?

Ia hari ini mengirimku pesan singkat, menanyakan aku sudah mengurus surat kelulusan ku atau belum

Ku jawab singkat, "belum, kamu?"
Tak lama ia membalas lagi "belum"
Lalu ia menambahkan "bareng, yuk?"

Aku sedikit kaget, oh tidak kaget sih karena akhir-akhir ini kita memang sering saling sapa atau sedikit mengobrol

Tapi,dari puluhan anak perempuan di kelas, kenapa harus aku yang ia ajak?

Aku sajakah yang dia ajak?

Ah, mungkin karena kebetulan ia lihat aku sedang online, jadi langsung kirim pesan saja

Ingatan ku tentang kondisi kamar ku saat kami bertukar pesan, dan perasaan ku saat itu masih segar dalam memori

"Kapan?" Aku bertanya. "Besok? Atau Sabtu?" Kira-kira ia bertanya seperti itu. "Besok" Kalau tidak salah aku balas seperti itu, agar lekas bertemu, benakku.

Aku pun mulai membahas hal diluar topik.

"Ada pertemuan, pasti ada perpisahan" kalimat yang paling ku ingat sampai saat ini

Ia menganggapku cengeng, biarlah. Memang benar.

Hari yang ditunggu datang juga

Aku bersiap

Aku tak menjelaskan pada ibu dengan siapa aku akan bertemu

Sebenarnya begini, ibu tak terlalu suka jika anak gadisnya dekat dengan lelaki, bahkan lelaki manapun sepanjang ibu ku tidak mengenal kebaikan nya

Terlebih lagi,

Lelaki yang membuat janji dengan ku hari ini, kita berbeda. Maksudku, kami punya kepercayaan masing-masing

Ya,

Aku Muslim,

Dia nasrani.

Kondisi jalanan macet saat itu

Cuaca panas, namun hatiku dingin, entah mengapa aku suka saat ia terus menanyakan posisiku ada dimana

Aku tak mau menjawab, karena tau ia pasti akan menjemput ku jika ia tau posisi ku

Aku tak mau merepotkan, pikirku

"Saya di perpus"
"Aku di depan perpus, nih"
"Saya di dalam"

Benar, aku lihat ia berada di dekat rak buku

Entah mengapa, ada yang aneh dalam hatiku, semakin aku mendekat, semakin rasanya hati ini senang, gugup atau ah aku pun tak faham

"Maaf, lama. Tadi macet"
"Ooh, yaa gapapa kok"

Dia diam, aku pun sama.

Kami lalu masuk ke ruang tata usaha, meminta surat tanda kelulusan kami

Sembari menunggu, kami berbicara sedikit

Aku duduk di sebuah bangku yang mungkin itu bangku SMA terakhir yang aku tempati

Kami berbincang, kali ini agak serius. Tentang masa depan. Tidak detail, sih. Tapi entah kenapa aku senang.

Aku duduk, ia berdiri di sampingku. Keadaan SMA waktu itu lumayan riuh, namun dikeramaian yang bisa ku lihat hanya dia. Ya, lelaki yang ada di samping ku kini

Aku menengadah, mencari sorot mata nya yang menenangkan. Lelaki disampingku kini sebentar lagi jadi mahasiswa dan mungkin akan berbeda lingkungan dengan ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang