Rumah Penyihir

11 7 0
                                    

Sebuah Bencana...
Bisa saja terjadi saat liburan
Ada banyak hal tak terduga
Apapun itu harus kuhadapi
Demi mengakhirinya

Libur telah tiba, Libur telah tiba, Hore, hore...

Terakhir kali lagu itu terdengar olehku ketika aku masih memasuki SD, namun kali ini akhirnya aku mendengarnya kembali setelah sekian lama aku tak mendengarnya. Sebuah headset yang tercolok dengan Hape, lalu kudengarlah sebuah lagu yang meningkatkan semangat liburanku.

Sepanjang waktu aku melalui hari - hariyang dipenuhi oleh setumpuk buku dan kertas, akhirnya akumerasakan liburan kembali bersama para sahabatku lagi. Berbeda dari tahun lalu, kalau sebelumnya kami liburan di Lampung kali kami akan liburan ke negeri Menara Eiffel. Semua yang ada disana pasti terasa sangat sejuk, indah, dan penglihatannya sungguh membuat orang betah sepanjang waktu disana. Tetapi, kudengar disekitar menara terdapat sebuah pemakaman yang membuatku jadi sedikit khawatir akan rumor tersebut.Sebelum kami sampai disana kami harus melalui pesawat terbang terlebih dahulu dari tanah air baru tiba di sana.

Di lobi bandara....

Dua orang wanita penggosip sang Tiwi dan Pricillia yang sedang duduk di sebelahku merencanakan sebuah kegiatan tempat - tempat yang akan dikunjungi nantinya,

" Nanti kalau sudah sampai di Perancis, aku mau foto di menara Eifel terus naik perahu sungai mengelilingi tempat yang indah, lalu mau nyobain makanan ala orang Perancis juga sekalian. Pokoknya soal foto kalo bisa di edit sebagus mungkin biar aku bisa update instagram nanti " Kata Tiwi yang terlihat gembira

Kalau Tiwik sudah bicara panjang lebar, sudah pasti Pricillia perkataan jadi serasa sebuah cerita gosip,

" Aku juga tidak sabar ingin pergi ke sana, nanti kita foto bareng yuk pas di Menara eifel. Coba kalau kita punya private jet, jadi gak perlu lagi harus nyewa pesawat apalagi harus nunggu di lobi sampe berjam - jam. Mending kalo tepat waktu, kalo misalnya delay malah bikin emosi jadinya "

Sungguh begitu lama menunggu pesawat keberangkatan kami di bandara, sampai - sampai Si Devito menganyunkan sebuah kipas untuk menghilangkan rasa di sekujur tubuhnya,

" Panas, coy. Gue mau kipas dulu nungguin pesawat datang "

Anehnya, kalau Si Devito pakai kipas supaya dingin, tapi Pricillia untuk mendinginkan tubuhnya yang jelas - jelas panas tidak akan keluar dari sekujur tubuhnya,

" Iya nih, panas banget. Coba kalau AC di rumah gue bisa dibawa ke sini pasti adem "

Sudah satu jam kami menunggu, akhirnya tiba juga dia menunggu kami dari luar. Satu - persatu kami memasuki ruang pesawat dan menaruh tas koper di tempat yang telah disediakan. Pesawat telah mengepakkan sayap yang hendak terbang ke langit. Dari udara, semuaorang - orang, bangunan, dan kendaraan yang berjalan tampak begitu kecil seperti semut. Pemandangan itu perlahan - lahan mulai hilang karena ditutupi oleh sekumpulan awan putih.

" Paris, kami datang !! " Kataku dalam hati

Perasaan yang sudah tak sabar ingin menikmati liburan di sebuah negeri Menara Eifel, kuharap liburan ini akan bisa menjadikan salah satu liburan yang terbaik selama hidupku ini, tentunya akan banyak foto - foto bersama di setiap tempat wisata Perancis. Namun, ada sesuatu yang menghambat perjalanan kami ketika aku melihat luar kaca pesawat, awan tiba - tiba menjadi gelap dan mengeluarkan suara petir yang begitu kuat. Perasaan ini bisa merasakan adanya hal yang buruk akan terjadi, sehingga aku dan juga penumpang lainnya panik ketakutan.
Petir itu merusak sayap pesawat sebelah kanan, pesawat pun akan jatuh. Kuharap kami mendarat di sebuah pulau dan tidak menabrak benda keras. Suara Lukman terdengar begitu keras memberikan sebuah perintah pada kami semua,

Let Them GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang