ANNIVERSARY

791 69 18
                                    

"Kalian akan merayakan hari jadi ke seribu disini?" tanya Bohyuk seraya menyandarkan tubuhnya di kusen pintu masuk. Matanya memandangi Arin yang kini membalas tatapannya dengan binar senang.

"Oppa mengingatnya?"

Helaan nafas Bohyuk keluarkan. "Naeun memberitahuku soal kau yang koar-koar di kelas tentang cara merayakan hari keseribu kalian."

Binar di mata Arin meredup. "Tak bisakah sunbae berhobong sedikit untuk membuatku senang?" tanyanya. "Kau dan Wonwoo oppa itu sama saja. Terlalu jujur."

Bohyuk hanya mengangkat bahunya. Mencoba mengatakan pada Arin bahwa ia dan Wonwoo, kakaknya memang seperti itu adanya.

"Ngomong-ngomong soal perayaan keseribu hari itu, kau hanya memberi Wonwoo hyung kue ini saja?"

Arin terdiam.

"Tak ada sesuatu yang lebih spesial lagi dari ini?" Bohyuk melanjutkan pertanyaannya. "Orang-orang biasanya menyiapkan sesuatu yang spesial untuk merayakannya--"

"Sebaiknya kau minggir. Aku harus menemui Wonwoo oppa sekarang."

Dengan cepat Bohyuk menggeser tubuhnya ketika Arin mencoba masuk dengan paksa. Memutar tubuhnya, adik Wonwoo itu memperhatikan Arin yang kini menaikki tangga rumahnya dengan cepat.

"Aku yakin Naeun mengatakan sesuatu tentang hadiah spesial yang ingin anak itu berikan pada hyung...." katanya seraya memasang wajah berfikir.

"Aku tak akan pernah memaafkanmu kalau sampai kau mengangguku dan Wonwoo oppa lagi!"

Arin yang sudah berada setengah jalan menuju kamar Wonwoo menghentikan langkahnya. Memandangi Bohyuk yang menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum melanjutkan langkah dan sekarang, ia sudah tiba di kamar Wonwoo.

Menghembuskan nafas, ia mengetuk pintu itu. "Wonwoo oppa..." katanya pelan.

Tak ada sahutan dari dalam. Membuat Arin menggerakkan tangannya untuk kembali mengetuk kamar kekasihnya itu.

"Wonwoo--"

"Aku disini."

Suara berat nan datar dari arah belakangnya membuat Arin terlonjak. Memutar badannya kaku dan tersenyum kala mendapati Wonwoo berdiri di belakangnya dengan t-shirt abu-abu yang dilapisi kemeja hitam polos juga celana jeans hitam yang agak longgar.

Sebenarnya itu adalah pakaian sehari-hari yang Wonwoo kenakan jika bepergian. Tapi bagi Arin yang selalu memuja sosok Wonwoo, penampilan seperti itu pun tetap membuatnya terpesona.

"Ku-kukira kau ada dikamar," Arin menyahut. Berjalan selangkah kesamping, bermaksud membiarkan Wonwoo membuka pintu kamarnya.

"Eomma menyuruhku membeli gula," lelaki ini maju selangkah. Memasukkan kunci kamar yang ia ambil dari sakunya ke lubang kunci, sebelum memutarnya. "Bohyuk tak memberitahumu?"

Arin menggeleng.

"Masuklah," suruh Wonwoo setelah kamarnya terbuka. "Eomma bilang akan membawakan minum dan cemilan kesini."

"Ah..." Arin mengikuti langkah Wonwoo. "Ti-tidak perlu repot-repot, Oppa."

"Itu tidak merepotkan sama sekali," katanya. "Eomma juga sudah menganggapmu sebagai anaknya."

Jantung Arin seketika berdebar kencang sekali. Membuat wajahnya terasa sangat panas, hingga Arin yakin semua rona merah yang ada di dalamnya keluar. Kata-kata Wonwoo barusan secara tak langsung telah mengisyaratkan bahwa ibu lelaki itu menyetujui hubungan mereka berdua.

Relationships [OHMYTEEN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang