Bel yang ada di atas pintu kafe kembali berdering untuk kesekian kalinya. Membuat kepala seorang Wen Junhui tertoleh dan sekali lagi harus merasa kecewa karena yang masuk bukanlah seseorang yang sedang ia tunggu.
"Kopimu bisa dingin kalau kau membiarkannya seperti itu."
Sebuah tepukan dibahunya, membuat Junhui menoleh. Didapatinya Kwon Soonyoung, salah satu temannya yang bekerja menjadi pelayan di kafe langganannya itu.
"Urusi saja urusanmu sendiri," suruhnya. Sesaat kemudian, mata itu melirik rekannya. "Kenapa masih disini? Bukannya kau harus melayani pelanggan lain?"
Soonyoung terkekeh. Gerak-geriknya yang sempat terlihat hendak mendudukki kursi di depan Junhui ia batalkan. Berdiri lagi, mata itu mengawasi sekitar kafenya yang sepi. "Sajangnim cerewet itu sedang tak ada disini," bisiknya. "Jadi aku bisa sedikit santai."
Junhui hanya mengangkat alisnya. Tak merespon ucapan Soonyoung, ia kembali mengarahkan pandangannya ke jendela.
"Kau benar-benar akan mengatakannya?"
Masih tak ada respon dari Junhui.
"Ayolah," Soonyoung menyandarkan lengannya pada meja kafe. Ia berjongkok kali ini. "Kalian sudah menghabiskan tiga tahun untuk--"
"Sudah kubilang urusi saja urusanmu."
Soonyoung cemberut. Berdiri, ia mengangkat nampannya. Berpose seolah ia akan memukul Junhui karena kesal ucapannya dipotong. "Kalau kau bukan temanku, akan kupukul kepalamu sampai kau sadar kalau ini bukanlah solusi dari masalahmu itu."
Menghela nafas menjadi respon yang Junhui berikan. "Aku juga tak ingin semuanya menjadi seperti ini--"
"Oh, oh..."
Junhui melirik Soonyoung yang terlihat terkejut.
"Ia datang..." lanjut Soonyoung.
Mengetahui siapa yang teman lelakinya maksud, Junhui secara refleks mengikuti arah tunjuk temannya dan mata coklat itu menemukan satu sosok gadis dengan rambut sebahu coklatnya yang sedang menyebrang jalan.
Menggunakan long coat tebal berwarna biru levis yang dipadu dengan celana legging hitam serta sweater krem yang panjangnya di atas lutut, gadis yang sudah menjadi kekasihnya selama tiga tahun belakangan itu masih terlihat mempesona bahkan ketika Junhui melihatnya dari kaca kafe yang memburam.
Tersenyum, matanya terpaku pada satu sosok itu. Membuat Soonyoung menghembuskan nafas panjang, memandangi Junhui iba.
"Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian," katanya seraya menepuk lagi bahu Junhui dan ketika bel kafenya kembali berbunyi, Soonyoung berjalan menjauh.
"Jun-ah..."
Panggilan khas dengan suara lembut sang wanita, entah mengapa terasa menyakitkan hati hari itu. Tapi senyum tetap berusaha Junhui tampilkan. Setidaknya dengan begitu ia bisa menunjukkan kalau ia merasa senang dengan kedatangan wanitanya.
"Maaf aku terlambat."
Sepasang iris kecoklatan indah itu memandangi si wanita yang langsung saja mengambil tempat di depannya tanpa aba-aba. Mendudukki kursi yang sempat ingin diisi oleh Soonyoung, mata indah wanita di depannya itu memandangi hot americano milik Junhui yang sudah kehilangan uapnya karena terlalu lama dibiarkan.
"Americano-mu bahkan sudah dingin seperti itu..." sesalnya.
"Gwenchana," Junhui tersenyum paksa. "Kau bisa datang saja, aku sudah senang."
"Mwoya..." Kim Mihyun, terkekeh. Memandangi Junhui dengan tatapan lucunya. "Kalau itu kau, waktu pun pasti bisa kutaklukan."
Junhui mendengus tawa. Kata-kata wanitanya barusan membawa pikirannya bernostalgia. "Sejak kapan kau pandai meniru seperti ini?" tanyanya dengan nada bercanda yang terdengar garing. "Kau bahkan bisa mengucapkannya persis sepertiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationships [OHMYTEEN] ✔
FanfictionMulai dari pertemuan pertama hingga Move on, inilah kisah tujuh gadis dan lelakinya yang terjebak dalam satu siklus kehidupan yang bernama 'hubungan'. -- OMG and SVT's Oneshoot (only 7 members) Enjoy, ©2018 Sooyasauce_