Kata orang hujan itu indah untuk dinikmati. Katanya rindu dapat tersampaikan lewat rintik hujan. Tentang hujan dan kerinduan, mengapa merindumu sesakit ini?
-Author-❄❄❄
Rintik hujan masih turun. Namun sudah tak sederas tadi. Membuat banyak genangan di sepanjang jalan. Sehingga banyak air yang terciprat saat dilalui kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Rellea masih menatap ponsel nya. Sudah 30 menit dia menunggu balasan dari orang yang sedang ditunggunya. Pesan itu bahkan tidak dibaca sama sekali. Dia tahu kakaknya memang sibuk. Tapi, sesibuk-sibuknya kakaknya, Rellea selalu menjadi prioritasnya.
Rellea memandang sekitarnya. Di halte itu sudah tidak banyak orang. Hanya sepasang kakek nenek yang menunggu angkutan umum dan seorang remaja smp yang juga sepertinya menunggu jemputan orang tua.
"Apa gue pulang sendiri aja ya." Dia menghela nafas panjang. Mungkin kakaknya memang sedang sibuk. Sekali lagi dia memandang sekitar. Meskipun hujan sudah tidak sederas tadi, tetap saja masih turun dengan teraturnya. "Lagi pula hujannya juga udah mau reda." Gumam Rellea menghibur hati.
Rellea beranjak dari bangku halte, namun seketika gerakannya terhenti saat melihat sebuah motor berhenti didepannya.
Laki-laki itu melepas helm yang dikenakannya. Dia berjalan menghampiri gadis itu. Sebenarnya tadi dia sudah berencana untuk segera pulang. Namun melihat gadis itu di halte dekat sekolah, seketika rencananya dia urungkan.
"Deren! Lo baru selesai rapat?" Tanya Rellea sambil tersenyum. Biasanya Rellea memang selalu ditemani Deren bila dia sedang menunggu kakaknya. Berbeda dengan Chaca. Chaca selalu langsung pulang saat bel sudah berbunyi. Dengan alasan dia membantu ibunya membuat kue.
"Iya gue udah selesai. Ngapain tadi nggak nungguin gue dulu. Rapatnya juga sebentar." Jawab Deren santai.
"Gue kira abang gue udah jemput, makanya gue kesini." Ungkap Rellea kesal. Sejujurnya dia sangat kesal sekali dengan kakaknya. Dan Rellea pastikan, kakaknya tidak akan termaafkan.
Deren tertawa melihat wajah Rellea yang kesal. "Udah udah mau gue temenin nunggu atau mau gue anterin pulang langsung?" Tanya Deren lembut. Dia memperhatikan sahabatnya yang sedang berfikir.
"Langsung pulang aja deh." Ucap Rellea pelan. Dia sudah malas menunggu.
"Yaudah yuk." Ajak Deren lembut sambil menggandeng tangan Rellea. "Pakai jaket gue nih Le, dingin, nanti lo sakit." Deren melepas jaket yang dikenakannya.
"Makasih Renn, sahabat paling perhatian deh lo." Ucap Rellea tersenyum.
"Ya udah cepet naik, keburu hujan lagi." Timpal Deren yang sudah berada di motor nya.
Sedetik kemudian motor melaju pelan menembus rintik hujan.
❄❄❄
"Woyy van oper tuh bolanya." Rega berteriak.
Saat ini Devan dan teman-temannya memang sedang bermain basket. Rencana bermain basket saat hujan-hujan ini dipelopori oleh teman paling konyolnya, siapa lagi kalo bukan Rega. Awalnya ketiganya menolak, tetapi Rega terus-menerus memaksa, dan pada akhirnya disinilah mereka berada.
"Gue udahan ah." Ucap Raka sambil mengambil botol minumannya.
"Payah lo Ka, gitu aja capek." Ucap Rega berapi-rapi.
"Gue juga udahan." Deka ikut menimpali. Sudah satu jam mereka disini. Badan mereka sudah basah oleh air hujan.
"Yahh nggak seru ini mah, lo masih mau main kan Van?" Sekarang Rega sudah berpaling meghadap Devan yang saat ini sudah berjalan mendekat ke tempat Raka dan Deka.
"Nggak." Ucap Devan singkat.
"Anjirr, masa gue main sendiri. Nggak seru lo semua. Masa dedek Rega main sendiri sih." Gerutu Rega sebal.
"Jijik anjirr." Ucap Deka dan Raka bersamaan.
Devan menenggak minumnya setengah. Dia sama sekali malas ikut serta dalam keributan teman-temannya. Wajahnya ia tengadahkan. Sambil memejamkan mata, merasakan perihnya rintik hujan yang turun mengenai wajahnya. Dia hanya merasakan bagaimana hujan membasahi wajahnya. Merasakan sisi indahnya hujan. Dan merasakan sisi perihnya hujan. Mendengarkan suara hujan yang beradu dengan tanah dan membentuk sebuah nada. Dan Devan hanya menikmatinya.
Sedetik kemudian Devan menghela nafas panjang. Dadanya sesak. "Lo semua tau nggak kesamaan hujan dan kerinduan? Tanya Devan masih terpejam. Tidak menunggu respon dari teman-temannya, Devan langsung melanjutkan kata-katanya.
"Mereka sama-sama datang tanpa ijin." Ucap Devan tenang. Matanya terbuka, menatap sendu langit mendung diatas sana.
Mereka bertiga memperhatikkan Devan dalam diam. Mereka tau seberapa besar masalah yang dihadapi temannya itu. Mereka juga tau, Devan hanya meluapkan emosinya lewat hujan. Sedetik kemudian Devan melanjutkan kata-katanya.
"Tentang hujan dan kerinduan, mengapa merindumu sesakit ini?"
❄❄❄
Halloooo❤
Btw Devan rindu siapa yaa?
Untuk vote dan comment masih ditunggu.Happy reading!
9 Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEVANT
Teen FictionBukahkah yang mengenal yang dapat bersatu? Lalu rasa apa yang masuk saat kedua orang sama-sama tidak mengenal? Tentang dirimu dan diriku Tentang kemustahilan yang aku semogakan Tentang aku yang selalu bertanya dalam diam Apakah kita dapat saling ber...