Relevant - 4

96 14 2
                                    

Bukan kenyataan yang terasa pahit. Nyatanya kita sendiri yang membuatnya semakin rumit
-Author-

❄❄❄

Rellea duduk bersila di lantai kamarnya. Badannya ia sandarkan. Di depannya sudah terdapat laptop dan beberapa makanan ringan. Rellea menatap laptopnya tanpa minat. Pikirannya tidak fokus dengan apa yang ia kerjakan saat ini. Terbayang jelas laki-laki yang sangat Rellea hindari menatapnya penuh maksud. Rellea tidak membencinya, Rellea hanya menghindari apa yang selama ini dia lihat. Laki-laki playboy yang selalu memainkan hati perempuan. Dan laki-laki itu daftar nomor 1 yang dihindari oleh Rellea Divandra.

Pikirannya buyar oleh suara pintu yang dibuka. Rellea mengalihkan tatapannya dari laptop. Terlihat seorang laki-laki berpostur tinggi menjulang, dengan kaos oblong dan celana pendek masuk ke kamarnya.

"Daritadi abang panggil nggak nyahut sih Rel." Ucap Deo lembut. Tatapannya teduh.

Deo Regantara. Jurusan Bahasa semester 2 di universitas ternama. Fakta lain yang selalu Rellea benci, Deo selalu menatapnya.....

Berbeda.

"Eh sorry bang, gue lagi fokus ngerjain tugas." Ucap Rellea.

Deo tersenyum simpul sambil berjalan mendekati Rellea. Dia ikut mendudukkan diri dilantai. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Rellea. Dan itu membuat Rellea nyaman.

"Elle ada masalah?" Tanya Deo pelan. Tatapannya masih tertuju kearah adiknya yang saat ini memalingkan wajah.

"Nggak, Nggak ada bang." Jawab Rellea singkat. Pikirannya terhadap Devan hilang begitu saja. Tetapannya tertuju kearah kakaknya. Rellea melihat kesenduan dimata hitam Deo.

Disaat mereka berdua seperti ini, rasa sesak selalu saja menghampiri Deo. Dan Deo tau ini sulit baginya. Deo selalu menyembunyikan perasaannya kesemua orang. Termasuk adiknya sendiri. Sedetik kemudian Deo menghela nafas panjang.

Lelah.

Deo lelah dengan apa yang dia sembunyikan selama ini. Dimana dia harus berpura-pura tidak tau apa-apa. Dimana dia harus menjaga semuanya tetap baik-baik saja. Dan dimana dia harus membuat adiknya itu tetap di dalam jangkauannya.

"Bang Deo." Panggil Rellea pelan. Panggilan itu menyadarkan lamunan Deo. Tatapannya semakin sendu.

"Bang Deo ada masalah?" Tanya Rellea persis yang dikatakan kakaknya tadi. Rellea tau kakaknya jauh dari kata "baik-baik saja".

Deo tersenyum menatap adiknya. Sedetik kemudian Deo meraih tubuh Rellea ke dalam dekapannya. Rellea yang terkejut oleh hal itu, hanya bisa menurut. Tidak biasanya Deo seperti ini. Dan ini membuat Rellea tidak nyaman.

"Elle... gue sayang banget sama lo." Ucap Deo nyaris sebuah bisikan tidak jelas.

❄❄❄

"Deren Alvaro!" Teriak Chaca dari ujung koridor. Seketika langkah Deren berhenti begitu saja. Kepalanya menoleh ke sumber suara. Deren melihat Chaca yang saat ini berjalan mendekat kearahnya.

"Kenapa?" Tanya Deren datar.

"Lo mau kemana sih, buru-buru banget." Ucap Chaca sambil melirik sesuatu yang berada ditangan laki-laki itu.

"Gue mau ke perpus. Nganterin makanan buat Relle." Ucap Deren santai. Sedetik setelah mengucapkan itu, Deren meninggalkan Chaca yang masih belum beranjak dari tempatnya.

"Ikutt Deren. Kebiasaan deh, gue terus yang harus ngejar lo." Seru Chaca kesal.

Setelah melewati beberapa kelas, mereka berdua sampai di depan pintu perpustakaan.

"Gini ya Ren, berhubung lo itu mau nyari mati sama guru perpus gara-gara bawa makanan masuk ke dalem." Ucap Chaca pelan, "Jadi, gue sebagai sahabat yang baik, gue bantuin deh lo, biar masuk dengan selamat." Ucap Chaca lagi.

"Terserah lo deh Cha." Balas Deren masih datar. Deren melihat keadaan perpustakaan yang sepi. Padangannya tertuju kearah gadis yang duduk sendirian di pojok baca. Di depannya terdapat banyak buku tebal. Deren tau gadis itu tidak baik-baik saja. Deren berjalan menghampiri gadis itu.

"Lee.. nih makan dulu." Ucap Deren lembut. Rellea mendongakkan kepala. Mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Lo repot-repot banget sih Ren, gue nggak laper." Ucap Rellea pelan. Pandangannya mengarah ke arah Guru perpus berada. Disana guru itu sedang sibuk berbicara dengan Chaca.

Deren tersenyum. "Gue sama sekali nggak repot."

Rellea memperhatikan Deren dalam diam. Deren selalu ada buat Rellea. Deren yang cuek selalu memberi perhatian lebih untuk Rellea.

"Loh ngapain pada bengong gini." Ucap Chaca bingung. Mengalihkan perhatian dari tatapan satu sama lain.

"Gilaa, Chaca Septia, lo ngagetin gue aja." Seru Rellea kesal.

"Ngagetin gimana sih Le, kalian berdua aja nggak nyadar dari tadi gue disini." Timpal Chaca tak terima.

Deren hanya memperhatikkan kedua temannya dalam diam. Tatapannya beralih  kearah pintu masuk perpustakaan. Terlihat laki-laki berperawakan tinggi tegap sedang memandang kearah Rellea berada. Tatapannya tajam dan lurus.

Deren menghela nafas panjang. Tatapannya beralih menatap Rellea. Sedetik kemudian tangannya terulur menggandeng tangan Rellea.

"Kita harus balik ke kelas sekarang."

❄❄❄

Ahollaaa😚
I'm come back❤❤
Ku harapkan kritik dan saran kalian semua❤
Eitss don't forget voment nya💋

16 Januari 2018

RELEVANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang