Untuk pertama kalinya gadis bernama Rosy mengagumi sosok pria. Mengaguminya secara diam-diam. Menguburnya sangat dalam di lubuk hati, tanpa ada satu orang pun yang tahu. Namun, ia tidak mungkin menyimpan itu terlalu lama. Rosy berniat untuk menyampaikan secara langsung.
Leona, sahabat Rosy sejak pertama kali masuk SMA. Ia bahkan tidak tahu perasaan sahabatnya itu.
"Leon, gue pengen ngomong sesuatu," Rosy tersenyum sumringah membuat Leona mengernyit dan menampilkan sedikit gigi putihnya.
"Ngomong tinggal ngomong ngapain izin segala?" Ucap Leona acuh tak acuh.
Rosy menarik napas sedalamnya agar ia tidak kehabisan napas saat menceritakan perasaannya. "Jadi, selama ini gue naksir sama Ethan,". Senyum di wajah Rosy semakin mengembang. "Udah lama gue naksir dia,"
"Serius? Lo naksir sama sekretaris osis ganteng itu? Kok lo gak pernah cerita ke gue?"
"Gue belum yakin saat itu buat curhat ke lo," Jawab Rosy dengan cengirannya.
"Oh jadi gitu ya masih belum percaya sam—hmmmhm,"
Rosy menutup mulut Leona dengan telapak tangannya, memotong ucapan Leona. "Stop! Jadi hari ini gue udah siap mental buat nyatain cinta ke Ethan,"
"Lo udah yakin seratus persen?" Leona tampak ragu dengan Rosy karena Leona tahu ia akan ditolak mentah-mentah.
"Hmm?" Rosy tampak berpikir walau sebenarnya ia juga ragu-ragu. "Gue juga gak yakin. Lo dukung gue ya,"
Leona menghembuskan napasnya. "Kayanya lo bakalan ditolak deh, Ros. Soalnya setau gue dia udah punya pacar,".
"Apa itu jadi hambatan?" Rosy mengacuhkan ucapan Leona yang tidak mendukungnya sama sekali. "Gue mau nyatain sekarang keburu jam istirahat habis,".
Lo emang keras kepala, Ros. Lo lakuin itu tanpa lo pikir matang-matang dulu. Leona berbatin sedih dalam hati.
***
Keadaan lapangan seketika ricuh. Pertandingan sepak bola dihentikan karena secara tiba-tiba seorang gadis masuk ke jalur mereka dan menghampiri Ethan yang dengan malas menatap gadis sialan itu."Kak, gue suka sama lo," Rosy to the point tidak ingin berbasa-basi. Suaranya yang terdengar lantang itu mampu membuat para penonton maupun teman tim futsal Ethan menganga tidak percaya. "Gue udah lama suka sama lo sejak pertama kali gue disini. Gue diem-diem foto dan simpen semua foto lo. Gue gak tau harus ngomong apa disini karena seakan bibir gue kelu. Jadi, lo terima gue?"
Ethan tersenyum miring. Terlihat sinis. "Heh, dengar ya anak kecil, lo gak tau berita hangat minggu lalu kalo gue udah punya pacar? Otak lo dimana? Keliatan kayak murahan tau gak?".
Ucapan dengan nada sarkastik itu berhasil menyayat batin gadis berambut panjang sebahu itu. Kristal bening dari mata Rosy seakan mendorong untuk jatuh dan merembes ke pipinya.
"Miris," Sinis Ethan "Minggir," Ethan dengan kasarnya mendorong bahu mungil gadis dihadapannya dan berlalu.
Rosy membatu. Tidak tahu harus bagaimana dan apa yang harus dilakukannyan. Namun, entah setan apa yang merasuki jiwa Rosy untuk menghalang dan mencekal tangan Ethan.
"Kak, cuma itu tanggapan lo? Gak ada kata-kata yang buat bahagia gitu? Lo dengan teganya nyakitin hati seorang gadis dengan kata kasar lo itu," Pertahanan Rosy runtuh. Kristal bening itu berhasil lolos dengan hanya bicara seperti itu layaknya murahan.
"Lo itu bego atau goblok sih? Udah gue bilang gue gak suka sama lo, gue tolak lo, dan bahkan gue gak kenal lo itu siapa?" Dengan kesabaran yang masih tersisa Ethan berbicara semanis mungkin.
Namun, tiba-tiba suara manis datang dan menyambut Rosy dan Ethan. Bukan, ia hanya menyambut Ethan dan Rosy diabaikannya. Wajah tirus milik gadis itu sangat menarik. Matanya, rambutnya, bibirnya, hidungnya, dan segalanya sempurna. Tampangnya seakan menghipnotis Rosy.
Rosy sudah menduga bahwa gadis cantik itu adalah pacar Ethan. Dengan bersusah payah Rosy bernapas untuk menyaksikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
"Ada apa kok ribut gini? Dan lo siapa? Mau godain cowok gue?" Dengan percayanya gadis itu bertanya lantang.
"Iya, tiba-tiba ada orang gak jelas nyatain cinta ke gue," jawab Ethan cepat karena Rosy tak kunjung menjawab.
Gadis itu memutar bola matanya malas. "Murahan banget sih lo jadi cewek! Lo kesepian jadi mau rebut cowok orang? Dengar ya, lo sama gue gak ada apa-apanya. Bagi Ethan lo cuma cewek penganggu,".
"Gu-gue minta ma-maaf, kak. Gue gak ta-tau kalo lo pacar Ethan," Tunduk Rosy gelagapan.
Setelah itu mereka berdua pergi berlalu. Tangis Rosy semakin menjadi. Dengan tidak tahu malunya Rosy terduduk di tengah lapangan. Tidak peduli banyak orang yang mencibirnya. Harga dirinya sudah terinjak di depan banyak orang.
Rosy tidak kuat untuk bangun seakan ada lem yang menahan gadis itu. Jangankan bangun untuk membuka matanya saja susah. Tapi, tiba-tiba sebuah tangan besar membantu Rosy untuk berdiri.
"Udah jangan nangis, gue anter ke kelas lo ya," Rosy menatap pria itu. Wajahnya sangat asing di matanya. Pria itu sangat ramah padanya ditambah senyuman membuat kesan manis di wajahnya.
Rosy tidak menjawab lagipula pria itu tidak memaksa Rosy bicara. Ia menuntun Rosy dengan sangat pelan menuju kelasnya.
"Lo kelas 10 apa?" Tanyanya pada Rosy.
"10-3"
Sesampainya di depan kelas X-3, seorang gadis tengah berdiri di depan pintu. Leona. Ia menatap Rosy sendu.
"Rosy, lo gak pa-pa, kan?" Leona memeluk gadis itu berusaha menenangkan.
Tangis Rosy semakin pecah. Tubuhnya bergetar hebat. "Leon, gue minta maaf," suaranya pelan menahan rasa sesak di dadanya.
"Lo gak salah kok, udah ayo masuk," Leona membawa gadis itu masuk tapi, sebelum mereka masuk Leona berterima kasih pada pria yang masih setia menunggu Rosy. "Oh iya, makasih udah anterin Rosy kesini".
Mendengar itu pria tersebut mejauh dari kelas X-3. Berjalan santai namun terlihat cool.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can She Do?
Mystery / Thriller"Kenapa lo la-lakuin i-i-ini semua?" - Ethan Rosy menyeringai "Karena lo yang memulai jadi lo pantes dapetin ini semua," ***