Two

53 3 0
                                    

Leona tampak heran dengan sahabatnya itu. Daritadi tatapan Rosy kosong. Ditanya juga diam saja, tidak ada respon. Terkadang air matanya menetes sekali atau dua kali.

"Rosy, udah dong jangan gini terus lo kaya orang gila jadinya," Ucap Leona sambil mengguncang tubuh Rosy walau tidak ada reaksi sama sekali.

Leona masih tidak ingin putus asa. Berusaha untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Ia tidak ingin sahabat satu-satunya gila hanya karena terobsesi oleh seorang cowok. Jika saja kemarin Rosy mau mendengarkan ucapan Leona pasti tidak akan terjadi kejadian seperti Ini.

Namun, secara tiba-tiba Rosy bangun dan keluar. Leona yang baru sadar akan itu langsung mengejar Rosy ,tapi nihil Rosy sudah tidak terlihat batang hidungnya.

"Rosy, lo bikin gue stres!" Kesal Leona pada dirinya sendiri.

***
Langkah Rosy berhenti tepat di depan perpustakaan. Perlahan ia memutar knop pintu itu sampai terdengar cklek. Penjaga perpustakaan itu tersenyum ramah pada Rosy. Rosy pun membalas senyuman juga.

"Apa yang membawa kamu kesini? Tidak biasanya ada orang yang berkunjung,"

"Saya hanya ingin meminjam buku tentang spiritual," Sejak kejadian kemarin Rosy lebih suka dengan hal yang berbau seperti itu, menurutnya itu lebih menyenangkan tapi, usaha untuk mengejar Ethan ia belum juga putus asa. Rosy mengamati wajah wanita tua penjaga perpus itu yang tengah berpikir. Cukup lama untuk menunggu wanita itu menjawab.

Sambil menunggu Rosy menyapu sekeliling. Sangat banyak buku disini namun banyak yang sudah terlihat usang dan berdebu. Tidak seperti di SMP nya dahulu, hanya ada sedikit buku namun tidak usang dan berdebu karena terjaga dengan baik.

Mata Rosy pun berhenti pada rak buku yang tidak terlalu jauh darinya, jadi masih bisa terbaca judul yang tertera dibuku itu.

"Permisi, saya akan kesana sebentar. Lupakanlah buku spiritual itu," Tak perlu menunggu wanita tua itu menjawab, Rosy pun menuju buku yang dimaksud.

Telekinesis.

Judul yang menarik menurut Rosy. Rosy mengambil bebarapa tumpukan buku yang masih sama judulnya tapi, tentu saja isinya berbeda dan memiliki makna yang tersirat masing-masing. Ia pun dengan cepat menuju wanita tua itu untuk mendata diri meminjam buku.

"Oh, pilihan yang bagus," wanita tua itu tersenyum seraya mengambil buku data. "Tulis namamu disini dan judul bukunya disini,".

Rosy Brooke. Seperti biasanya tulisannya rapi dan cepat. Kemudian setelah itu Rosy berlalu meninggalkan wanita tua itu tanpa mengucap sepatah kata pun.

Saat hendak menaiki tangga mata Rosy bertemu dengan gadis kemarin yang tak lain adalah pacar Ethan. Entah siapa namanya Rosy tidak tahu. Namun, ia membisikkan sesuatu.

"Temuin gue di belakang sekolah,"

Hanya itu yang didengar Rosy. Entah Rosy akan menuruti permintaannya atau mengabaikannya.

Di lain sisi sepasang mata mengamati baik-baik kejadian itu tapi, ia hanya diam saja.

***

Sepulang sekolah ...

Tidak seperti biasa Rosy pulang sendiri karena biasanya ia akan beriringan pulang dengan Leona. Tapi, kali ini tidak. Rosy lebih ingin menyendiri.

Sadar, ia lupa akan janji gadis itu. Ia pun beranjak pergi menuju belakang sekolah. Tetapi, tiba-tiba Rosy terjatuh karena sebuah kaki menyandungnya. Entah itu disengaja atau tidak disengaja. Terdengarlah suara tawa yang menggelegar. Satu cowok dan satunya lagi cewek.

"Posisi yang bagus, gadis manis," Ledek gadis itu tanpa membantu Rosy. "Buruan, cuma jatuh gitu doang lebay banget,"

Dengan cepat Rosy berusaha berdiri secara terpaksa. Ia tidak menyangka semuanya akan terjadi seperi ini. Tidak sesuai ekspetasi. Ethan yang juga masih tertawa karena posisi jatuh Rosy yang memalukan.

Rosy meringis sebab lutut dan telapak tangannya tergores aspal. Sedikit perih tapi ia mengabaikannya.

"Sebelumnya gue sama lo gak saling kenal. Gue Eva, dan lo?"

"Rosy,"

Tatapan jahat Eva terpancarkan. Mata tajamnya menusuk kedua bola mata Rosy. "Gue minta mulai sekarang lo jadi babu gue sama Ethan,".

Mata Rosy membulat sempurna. Membelalak tidak percaya. Sejak kapan ia bercita-cita menjadi babu.

"Gak ada kata penolakan," Eva tersenyum sinis begitu juga dengan Ethan.

"Gue harap lo mau kalau gak lo bakal tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," Penekanan terdengar di setiap kata yang dilontarkan Ethan.

Mereka berlalu pergi. Rosy pun juga pergi dari sana. Walau kakinya terasa sakit dan itu juga ia paksakan. Tapi, tiba-tiba sebuah motor menghalangi jalan Rosy.

"Keberatan kalo gue anter lo pulang?" pria itu melepas helm merah dengan berkacakan hitam.

"Lo siapa seenaknya aja halangin jalan orang?"

Pria tersenyum ramah dan baru Rosy sadar ia adalah pria yang kemarin mengantarnya ke kelas. Rosy tetap bersikap acuh tak peduli.

"Gue Alvino kelas XI-1," "Lo yakin pulang dengan kaki pincang lo itu?. Lebih baik gue anter, gue gak tega ngeliat lo,"

Rosy berpikir. Menimbang-nimbang tawaran Alvino. Dan akhirnya ia mengangguk. Rosy menaiki motor ninja yang berwarna merah itu lalu motor itu pun melesat pergi dengan dua orang dia atasnya.

Di tengah perjalanan suasana canggung menyelimuti keduanya. Tidak tahu harus memulai dari mana. Tapi, tak lama Alvino membuka suara.

"Alamat rumah lo dimana?"

Mata Rosy beralih ke kaca spion. Bayangan Alvino terpantul disana. Ia juga tengah menatapnya. "Perumahan Ubud,"

"Oh, gue juga sama tinggal disana jadi arah jalan rumah kita searah,"

Rosy mengangguk canggung.

Sesampainya Rosy segera turun dari motor ninja Alvino itu. Baru saja Rosy hendak berbalik sebuah tangan menarik tangan Rosy.

"Lo gak tawarin gue untuk masuk dulu?"

"Tujuan lo kesini cuma mau nganter gue, jadi buat apa lo mampir ke rumah gue?" Pernyataan Rosy tidak menunjuk ke pertanyaan.

"Sorry, udah buat lo marah," "Oh iya, kalo perlu besok gue jemput lo".

"Gak usah, gue bisa berangkat sendiri," Ketus Rosy.

"Oke, tapi kalo perlu gue kasih id Line gue yang gampang banget diinget. Al_123,"

"Buat apa?"

"Buat kalau lo butuh gue,"

Rosy memutar bola matanya lalu masuk ke dalam rumahnya. Begitupun dengan Alvino yang langsung melesat pergi.

-Bersambung

What Can She Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang