Five

46 2 0
                                    

Plak

"Gue gak main-main soal ini. Lo harus jadi babu gue dan lo malah kabur," Bentak Ava mengeluarkan seluruh amarahnya.

Ethan hanya diam saja dibelakang Ava. Namun, di bibirnya tercetak jelas seringaian. Seperti puas sekali memperlakukan Rosy menderita. Rosy hanya pasrah saja diperlakukan seperti itu karena dirinya amat mencintai Ethan.

Dengan sekuat tenaga, Rosy menahan air matanya agar tidak tumpah. Rasa sakit di dadanya mulai menyerang dan tenggorokannya mulai tercekat.

"Gue bakal lakuin sesuatu sebagai pelajaran,"

Kedua mata Rosy membulat sempurna dengan air mata yang mengambang di matanya yang entah kapan akan tumpah. "Gue salah apa?".

"Oh, jadi lo udah berani sama gue?. Inget ya lo itu cuma anak kemaren sore yang nggak ngerti apa-apa" ucap Ava sarkastik

"Gue gak punya salah apa-apa sama lo jadi lo gak berhal ngelakuin gue kaya gini,"

"Ergh ... Ethan kok lo diem aja, bantuin gue dong. Gue kan pacar lo,"

Ethan tersenyum miring. Wajahnya susah untuk diartikan. Namun, tanpa diduga Ethan menarik rambut Rosy sangat kencang membuat gadis itu meringis.

"Jangan beraninya lo lawan pacar gue, brengsek," Ethan semakin kencang menarik rambut Rosy.

"Lo denger gue ngomong, kan?" Bentak Ethan sambil menarik lebih dalam lagi rambut Rosy hingga putus dari kelopaknya.

"Aaa...," Ringis Rosy dan tak tahan untuk menahan air matanya.

"Kalo lo udah tahu akan jadi seperti ini, besok lo harus ikutin janji kita,"

"Dan satu lagi jangan pernah bilang sama siapapun soal ini,"

Setelah Ethan mengucapkan kalimat panjang itu mereka pun pergi meninggalkan Rosy yang masih membatu.

Air matanya turun semakin deras mengalir. Dadanya sangat sakit di dalam sana.

"Jadi ini tanggapan lo ke gue? Sebuah perasaan tulus yang hanya dibalas dengan kekejaman lo. Gue gak tau harus ngomong apa selain membatu di tempat. Sekarang, gue benci kenapa gue harus mencintai orang sejahat lo," Dengan kesabaran yang masih tersisa ia mengeluarkan seluruh kekesalannya pada dirinya sendiri.

Tak ada pilihan lain selain harus pulang. Ia tak mungkin diam di ruangan putih ini.

***

Cklek

"Mama?" Panggil Rosy saat memasuki rumahnya. Namun, tak ada jawaban seperti biasa.

Rosy pun lebih memilih untuk mencari mamanya ke seluruh ruangan. Namun, sama saja tak ada siapa pun dirumah ini selain dirinya.

"Mama?" Teriaknya sekali lagi dan bertepatan saat matanya menemui selembar kertas yang ditempel di pintu kulkas.

Dear my daughter,

Rosy, mama ada panggilan mendadak di luar kota dan harus tinggal di sana kurang lebih 1 bulan. Kamu baik-baik disana dan jangan lupa makan. Bahan makanan sudah tersedia semua di kulkas kalau kurang mama sudah tinggalkan uang 500rb untuk kamu di bawah kulkas.

What Can She Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang