2. Coklat

72 5 2
                                    

Andaikan hati punyaku ada setirnya, sudah kubelokkan hatiku biar gak jalan ke kamu
-Another Feya-


***

"Harusnya lo gak percaya gitu aja sama ucapan Evan".

Naya tersentak begitu saja ketika mendengar suara Akram dari balik punggungnya yang bersandar di bangku taman sekolahnya.

Belum sempat Naya menyuarakan argumennya, Akram sudah menyodorkan tissue dari kantung baju seragamnya. Namun Naya justru diam saja sambil menatap tissue yang disodorkan Akram untuknya.

Merasa tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya, ia menarik tangan Naya. Memaksa Naya untuk menerima tisu darinya. Namun lagi - lagi respon yang diberikan Naya masih tetap sama membuat Akram kesal setangah mati.

Suara decakan lolos begitu saja dari mulut Akram, dengan gerakan kentara kesal ditariknya lagi tisu yang tadi ia berikan. Akram duduk disebelah Naya kemudian diusapnya air mata gadis itu menggunakan tisu yang ada dipegangnya.

"Lo itu kenapa bikin gue kesel mulu, tinggal ngelap air mata kayak gini aja susah".

Naya tercekat, merasa kaget dengan apa yang Akram lakukan. Ditambah lagi jantungnya berdetak cepat ketika berada diposisi yang sangat dekat dengan Akram, matanya bergerak begitu saja menelusuri wajah Akram.


Kalau dilihat - lihat Kak Akram ganteng juga, andai saja gue sukanya sama kak Akram.

Naya menggelengkan kepalanya merasa bodoh dengan pemikiran yang terlintas dibenaknya.
Yang benar aja Nay, rutuknya dalam hati.

Akram mengernyit melihat Naya yang menggeleng - gelengkan kepalanya kekanan dan kekiri.

"Kenapa lo gelengin kepala? lo mikir jorok ya?"

Perkataan Akram barusan, membuat Naya reflek mendorong dada laki - laki itu menjauh darinya. Apa katanya tadi mikir jorok?!?.
Mana mungkin Naya melakukan hal seperti itu, tapi tadi itu termasuk mikir jorok tidak ya? Naya berdecak, ada apa dengan otaknya.

"Mikir jorok apanya? gak usah nuduh yang enggak - enggak deh".

Naya mengerucutkan bibirnya merasa sebal dengan Akram. Sedangkan Akram yang melihatnya hanya terkekeh kecil, diberikannya tisu yang tadi ia gunakan kepada Naya, menyuruh gadis itu menghapus air matanya sendiri.

" Seharusnya lo gak bertindak bodoh kaya tadi ".

Naya menghentikan pergerakan tangannya yang baru saja ingin menghapus air matanya. Entah kenapa dari intonasi yang digunakan Akram tersirat rasa kecewa, atau ini memang hanya perasaannya saja.

"Kata kak Evan kalian berantem, aku takut terjadi apa - apa".

" Nay, gue sama Aslan itu sahabatan mana mungkin kita tonjok - tojokan, ini bukan drama korea yang selalu lo tonton".

Naya hanya menunduk lesu, seharusnya ia memang tidak melakukan hal itu, Aslan pasti marah karena perbuatannya. Tapi Aslan tidah harus membentaknya dikantin kan??.

Akram menghela napas, merasa prihatin dengan gadis itu. Seharusnya Naya tidak menyukai Aslan, ia akan sakit hati nantinya jika membiarkan perasaan itu terus berkembang.

"Kaum gue itu sukanya ngejar, bukan dikejar sama kaum lo. Apalagi cowok kaya Aslan, tipe kaya dia itu sukanya sama tantangan. Lo harus bisa buat Aslan balik ngejar lo, buat Aslan penasaran sama lo. Buat dia merasa kagum, setelah itu lo pasang sikap jual maha ke dia!!".

Another FeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang