3. I trust her

89 4 1
                                    

Mencintai dalam diam itu sakitnya luar biasa, melihat kamu dengannya hatiku hancur tak tersisa.
-Another Feya-


***

Sudah tiga hari Naya tidak menemui Aslan, ia masih merasa kecewa dan sedih atas perlakuan Aslan padanya. Tiga hari ini juga, Naya uring - uringan. Jujur, ia ingin sekali bertemu Aslan. Hati memang tidak bisa berbohong, ia rindu Aslan.

Tapi apa boleh buat, ia juga merasa kesal luar biasa. Aslan bukan meminta maaf tapi malah bersikap biasa saja seperti tidak melakukan kesalahan apapun padanya. Apa sebaiknya Naya berhenti menyukai Aslan saja??.
Gue tobat aja kali ya?!,pikirnya menimbang-nimbang.

"Feya anaya Amarilis". Naya terkejut mendengar teriakan Dinda yang cukup keras ditelinganya membuat indra pendengarannya terasa berdenging. Dengan kesal dipukulnya pundak Dinda membuat sang empu meringis kesakitan.

"Aduh Nay sakit". Dinda mendengus tidak terima atas tindak kekerasan yang baru saja dilakukan temannya itu.

"Tetangga gue kemarin meninggal gara - gara suka ngagetin orang".

Naya mengusap telinganya yang lumayan sakit akibat ulah Dinda. Sekarang bukan hatinya saja yang sakit karena Aslan. Telinganya juga ikut - ikutan sakit.
Huh lengkap sudah!!!

"Dan untungnya gue bukan tetangga lo. Makanya jangan suka bengong, kabarnya sekolah ini bekas kuburan. Emang lo mau kesurupan?!?".

"Mana mungkin gue kesurupan, yang temennya hantu kan lo bukan gue".

Dinda mendelik mendengar perkataan Naya, tega sekali mengatakan dirinya berteman dengan hantu!!. Tunggu saja, tidak usah menunggu Tuhan yang memberi karma, dia sendiri yang akan memberikannya.

oke Nay, gue bakal kasih lo karma!.

"ehm.. Nay, tadi gue ketemu kak Akram. Katanya sepulang sekolah lo ikut nemenin dia buat rapat sama anak - anak jurnalis buat ngebahas program kerja kita sama anak-anak club jurnalis". Dinda tersenyum puas.

mamam tuh Nay karma dari gue.

"Lah kok gue??, itu kan udah jatah kak Anggi dia kan sekertarisnya, harusnya dia dong yang ikut rapat ngapain gue??".

Naya bersungut kesal mendengar perkataan Dinda, yang benar saja itu kan bukan tugasnya. Lagian buat apa osis sama club jurnalis bikin proker bareng-bareng, mereka pikir bikin proker itu semacam duet antara lagu dangdut sama lagu rock apa!!.

"Gak usah protes ke gue dong?!?, gue kan cuman disuruh bilang kayak gitu sama kak Akram, tanya sama orangnya, seinget gue lo kan sekertaris osis juga".

"Tapikan gak bisa gitu. Dia itu ketua osis paling nyebelin, gak tau apa gue kan ada acara habis pulang sekol- aduh..!!". Belum sempat Naya merampungkan ucapannya sebuah kotak pensil sudah mendarat manis dikepalanya, siapa lagi kalau bukan ulah Dinda.

"Heh tukang jamu, perasaan baru kemaren deh lo muji-muji tuh ketua osis. Pake bilang 'ya ampun kak Akram baik banget ya, Kak Akram cocok ya jadi ketua osis bla..blaa..bla' gue rasa otak lo gak seimbang deh Nay". Ledek Dinda dengan mimik yang di lebih- lebihkan, membuat Naya merengut kesal.

"Oke jangan harap gue mau ngasih lo contekan lagi!!!". Balas Naya mengancam.

"Ya udah si terserah lo, lagian hari ini kan gak ada PR". Ucap Dinda diakhiri dengan memeletkan lidahnya mengejek.

Another FeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang