"Aku akan mengelilingi semesta
Untuk menemukanmu"...
Kupikir dia tahu tentangku. Mengenalku dengan baik, sebaik aku mengenalnya. Tapi dia sama dengan yang lain, tidak mengerti apapun. Hingga aku menyadari kami sama-sama masih belum saling mengenal.
Meringkuk di kasur tanpa melakukan apapun dan meratapi nasib telah kulakukan semenjak kepergiannya. Hanya ada rokok, alkohol dan kertas-kertas berserakan di sekitar kamarku. Biasanya dia akan marah dan menggerutu tidak jelas sambil membersihkan ruangan ini.
"Tidak usah kemana-mana, rumah masih kotor." -aku masih mau denganmu seharian.
"Kamu nggak kedinginan?" -sini kupegang tanganmu.
"Berhenti berteman dengan cowok itu!" -aku cemburu.
"Tidak usah bekerja." -kamu kelelahan.
"Sudah kubilang jangan pulang malam-malam!" -aku khawatir.
Kenangan ini membunuhku secara perlahan. Mengingat aku bukanlah pembicara yang baik, pasti banyak kata-kata yang tidak sesuai dengan maksud sebenarnya. Pasti dia kebingungan, dan bodohnya tidak mau bertanya.
Oh, maafkanlah lelaki temperamental ini sayangku.
...
"Dingin."
Malam itu dia mengeluh padaku. Tubuhnya yang mungil tertutup oleh selimut. Dia berjalan terhuyung dan duduk disampingku yang berada di balkon. Kepalanya menyandar di bahuku sedangkan kedua kakinya diangkat ke kursi.
"Kalau dingin masuk ke kamar." aku mematikan rokok ke asbak. Ada dia, aku tidak ingin asap mematikan itu dihirupnya.
"Nggak ada kamu." dia semakin merapatkan tubuhnya kepadaku.
Aku mengubah posisi tubuhku menjadi menyandar ke lengan sofa dan kedua kakiku mengangkang, menciptakan celah dimana ia bisa masuk dan meletakkan kepalanya di dadaku. Selimut yang dibawanya menutupi kami berdua dan suhu tubuhnya membuatku hangat."Elus kepalaku sampai tidur." perintahnya menggemaskan dan semakin menyamankan diri di pelukanku. Tanpa berkomentar apa-apa aku mengelus kepalanya, kebiasaan jika dirinya ingin bermanja-manja.
"Wendy..."
"Hm.."
"I love you."
Dia mendongak, menatapku dengan matanya yang Indah.
"I love you too." dan ia mencuri sebuah kecupan. Senyumnya melebar, terlihat bahagia.
Aku segera menangkup wajahnya dan menunduk. Menyatukan kedua bibir kami dan melumat bibir yang menjadi favoritku.
Malam itu aku menyadari jika ingin hidup seperti ini selamanya. Bahagia bersama Wendy-ku yang membenci dingin.
...
Hari ini aku bangun dari depresiku. Mencoba bangkit dari keterpurukan. Nyaris tiga hari aku hanya berada di kamar, menghabiskan rokok dan alkohol yang kusimpan.
Kaos lusuh yang tadi kukenakan jatuh ke lantai. Aku tertegun saat melihat kaca, tiba-tiba mataku berair.
'Wendy's universe' tertulis permanen di dada sebelah kiri. Tato yang kami buat untuk perayaan hari jadi ketiga.
Masih terbayang di kepalaku raut kesakitan dan betapa eratnya ia memegang lenganku saat jarum menusuk kulit dadanya. Aku mengelus kepalanya, berusaha menenangkan.
Tatonya tidak jauh beda denganku. 'Suga's universe' tertulis cantik di dadanya. Aku tersenyum bangga, tanda permanen yang menandakan kepemilikan ini akan selamanya melekat di dekat jantung.
Sialannya, aku sudah menangis mengingat semua itu.
...
Kafe yang biasanya kudatangi hari itu sepi. Americano yang kupesan mulai menurunkan suhunya. Tidak sepanas tadi.
Aku terlalu sibuk menatap panggung kecil yang biasanya menjadi tempat ia bernyanyi, dan juga menjadi saksi jatuh cintanya aku padanya.
Sekarang dia tidak ada di sana. Gitar yang biasa ia pakai terletak di tempatnya beserta kursi dan mic stand. Tidak ada yang berubah, hanya penyanyinya yang tak ada.
Ia menghilang di telan bumi. Bahkan olehku kekasih sehidup sematinya. Pergi tanpa pamit atau meninggalkan sesuatu. Wanitaku selalu sopan, tapi kali ini dia lupa akan kesopanannya.
Aku berdiri, meninggalkan secangkir kopi yang tidak kusentuh. Memesannya hanya sebagai alasan untuk datang kemari.
Aku muak berada di sini. Sendirian tanpa kekasih yang selalu ada. Aku harus mencari Wendy.
Kesayanganku, cintaku, semestaku.
...
Hai Son Wendy, bisakah kau melihatku kembali seperti dulu. Menatapku dengan tatapan memuja, bibir yang terus mengatakan betapa ia mencintaiku, tangan yang selalu merangkulku.
Dan sekarang semua telah hilang. Mati tertimbun tanah.
"YA SON WENDY!! KALAU KAMU TIDAK BANGUN, APA AKU HARUS NGEJAR KAMU? APA AKU HARUS NYUSUL KAMU? TOLONG BANGUN TERUS BILANG INI MIMPI."
Tangisku pecah. Seperti orang gila aku berteriak di pemakaman. Di depan nisannya.
Wendy, jangan buat aku jadi seperti ini. Aku butuh kamu, kenangan ini menyiksaku. Kalau pun hilang, hanya kamu yang tersisa.
Berhenti... Kumohon.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Songfiction || BANGTANVELVET
Fanfictionhanya sekumpulan drable atau ficlet dengan inti cerita berdasarkan lagu. Main Cast : BangtanVelvet & EXOPINK started : 10/01/18 End : -