#3-LIFT

1.6K 83 2
                                    

#3- [LIFT]

Dua pasang tungkai berbalut celana sekolah itu menderapkan langkahnya menyusuri lantai dasar sebuah apartemen elit. Si pemilik kaki tengah berbincang seru dengan lawan bicaranya, yang sesekali terdengar derai tawa keduanya.

"Kau beruntung, taehyung-ah. Tinggal sendiri di apartemen mewah seperti ini, aku sering memimpikan bisa berada di kawasan elit seperti Gangnam ini." Ujar salah seorang yang berambut coklat pada pemuda di sampingnya. Mereka berhenti di depan pintu lift.

"jimin-ie, apa kau tahu, tinggal sendiri itu kesepian. Jika diperbolehkan, aku ingin pindah saja mengikuti kedua orang tuaku. Sayangnya mereka melarang, huh." Timpalnya sambil menggembungkan pipi. Jimin terkikik pelan mendengar keluhan sahabatnya itu.

"Tidak akan seburuk itu jika kau mau mengajakku setiap hari ke apartemenmu ini. Aku mau menemanimu bermain game seharian penuh. Hahaha...!"

"Itu akal-akalanmu saja agar bisa mengacak-acak apartemenku! Iya 'kan?" Repet taehyung yang masuk lebih dulu ke dalam lift disusul jimin. Keduanya melanjutkan percakapan di dalam lift yang akan naik ke lantai delapan.

"Mau mendengarkan lagu?" jimin menawari taehyung earphone yang sebelahnya lagi telah ia pasang di telinganya sendiri. Pemuda berwajah manis itu mengangguk dan menerima benda kecil yang tersambung pada iPod tersebut. Mereka sama-sama mendengarkan alunan musik rapp yang terputar dari iPod milik jimin seraya menunggu lift bergerak satu lantai perwaktunya.

"Ik.. Ik.. Ik.." Suara tidak enak itu berasal dari mulut jimin yang mendadak cegukan. Bahunya sesekali terangkat karena sentakan yang diakibatkan oleh kontraksi tiba-tiba pada otot diafragmanya. Taehyung terganggu karenanya lalu menoleh.

"Kau pasti kebanyakan makan tadi di kantin sekolah." Tuduhnya pada jimin yang berdiri di sebelah kiri, tepat satu langkah di belakangnya. Pemuda tinggi itu hanya meringis sambil berusaha menghentikan cegukannya.

"Ik... Ini kau pakai saja. Ik..." jimin menyerahkan earphone-nya pada taehyung yang langsung menyetel lagu kesukaannya. Masih dengan cegukannya,jimin memainkan ponselnya dan entah kenapa ia tiba-tiba membuang wajah ke arah kiri dan pada saat itulah ia menyadari keberadaan sesosok makhluk yang seharusnya tidak ada dalam penalarannya tampak di dinding lift.

Bayangan berbentuk wanita berambut panjang yang sebagian surainya menutupi wajah pucat itu tertunduk sebelum akhirnya menengadah perlahan dan manik matanya yang angker bertubrukan dengan lensa mata milik jimin. Ponsel di tangannya terjatuh dan rusak.

Tubuh jimin mendadak limbung dan terdorong ke belakang membentur dinding lift. Ia shock dan menelan ludah pun rasanya seperti menelan duri. Kerongkongannya kering, meski cegukan yang dialaminya tadi sudah sirna.

"tae-taehyung-ah... Ka-kau... Lihat di sana-" ucapannya tersendat-sendat kala sosok mengerikan itu tersenyum sinis dan terus menatapnya tajam seakan hendak membunuhnya saat itu juga. Taehyung yang kedua telinganya disumpal earphone tidak mendengar sama sekali rintihan ketakutan jimin.

"tae-taehyung..!" Panggil jimin sekali lagi disertai tepukannya di bahu pemuda itu. Tubuhnya sukses merosot ke lantai lift yang dingin dengan peluh menghiasi pelipisnya. Ia gemetar hebat dan seluruh badannya menggigil.

"Mwoya?! Aku tidak bisa menyembuhkan cegukanmu-" taehyung berbalik dengan gusar karena ia mengira jimin sengaja mengganggunya. Tetapi kini ekspresinya berubah terbalik, ia kaget mendapati keadaan sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan.

"jimin-ie, kau kenapa?! Ada apa??" taehyung menyentuh pundak jimin yang menutup matanya rapat-rapat. Perlahan telunjuknya bergerak mengarah pada dinding lift yang memantulkan bayangan seperti halnya cermin. "Gwi-Gwishin... Hhh-" suplai oksigen serasa habis dan tak mampu lagi masuk ke paru-parunya yang dicekik rasa takut.

Taehyung menelan ludahnya, ia menolehkan wajah ke arah yang ditunjuk jimin. Tidak ada hal aneh yang bisa dilihatnya, hanya ada pantulan bayangan mereka di dinding lift. "jimin-ie! Kau mengigau! Tidak ada hantu atau apapun di sana! Sadarlah!" ia tetap mengguncang bahu pemuda di hadapannya itu.

Jimin menggeleng keras. "Ania! Aku tidak bohong! Tadi benar-benar ada hantu perempuan yang berdiri di sana!" sahutnya tidak mau kalah. Taehyung mendecak kesal, ia baru tahu kalau sahabatnya ini ternyata penakut sekali dengan hantu.

"Hantu itu tidak ada! Buka matamu jim-" Belum sempat ia menuntaskan kalimatnya, lampu lift berkedip beberapa kali disertai guncangan yang hebat. Kemudian terdengar bunyi sesuatu terjatuh dan lift benar-benar berhenti di tengah jalan. Keadaan di sana gelap gulita.

"Kita terjebak... Sekarang... Kau percaya- padaku 'kan?" Desis jimin memeluk ranselnya erat. Sementara taehyung berusaha tetap siaga dan terus membantah jika sekarang ia juga mulai ketakutan.

"Tidak ada hantu! Ini hanya kerusakan lift dan tidak lama lagi pasti ada orang yang datang menolong kita! Percaya padaku!" Bantah taehyung bersikeras tidak mempercayai apa yang dikatakan jimin. Ia mengeluarkan ponsel dari saku almamaternya, berusaha menelepon siapa saja untuk memberitahu jikalau mereka terjebak lift. Namun sialnya ponsel canggih itu mati tanpa sebab yang jelas.

"Sial! Ada apa dengan ponsel ini?! Park jimin, aku pinjam ponselmu!"

"Po-ponselku rusak..." jawabnya. Taehyung mengumpat sebanyak yang ia bisa. Di saat-saat genting kenapa semua jadi kacau balau? Tak ambil pusing, taehyung memukul-mukul pintu lift menggunakan tangannya dan menggedor-gedor lempengan baja tersebut, berharap ada satu orang saja yang mendengarnya.

"Siapapun yang ada di luar dan mendengarku, tolong keluarkan kami! Ada yang terjebak di dalam sini!" Meski tangannya terasa ngilu taehyung tidak berputus asa mengerahkan seluruh tenaganya untuk hal yang sia-sia tersebut.

Sementara di tempat lain...

Beberapa orang penghuni apartemen yang lain berkerumun di pintu lift lantai dasar. Mereka bingung karena lift tidak berfungsi dengan baik dan tidak mau terbuka. Petugas keamanan ikut bergelut untuk menembus lift yang macet.

"Perhatian semuanya. Diharapkan kepada seluruh penghuni apartemen yang berada di lantai berapapun jangan ada yang mengoperasikan lift karena saat ini lift tengah mengalami kerusakan. Mohon bersabar karena kami akan segera memperbaikinya. Terima kasih." Sebuah pemberitahuan terdengar membuat kasak-kusuk jubelan orang-orang bertambah bising. Sebagian ada yang berasumsi negatif.

"Bagaimana kalau ada yang naik lift sebelum ini? Mereka bisa terjebak..." dan "Bla.. Bla.. Bla.." Semua orang itu bisa saja menebak-nebak namun belum tentu yakin ada dua orang siswa SMU yang terjebak dalam lift di antara lantai enam dan lima.

"taehyung-ah~ aku.. aku takut... Sshhh.." jimin mencengkram erat tangan taehyung. Firasatnya mengatakan akan terjadi hal yang tak diinginkan setelah ini. Taehyung hanya bisa menenangkan dirinya dengan kalimat-kalimat positif dan itu tidak berarti saat keduanya mendengar lagi bunyi desingan seperti benda yang jatuh dari atas. Persis di atas mereka.

Taehyung melotot menatap jimin yang berurai air mata, kini mereka hanya bisa pasrah dengan nasib buruk yang menghadang. Bunyi benda jatuh-yang jimin perkirakan lift-itu semakin dekat dan jatuh menghimpit lift yang di dalamnya terdapat taehyung dan jimin.

TING!

Keriuhan orang-orang yang menunggu di lantai dasar terhenti saat terdengar kode bahwa lift akan terbuka. Semua keheranan, bukankah tadinya lift tidak berfungsi lalu kenapa ada lift yang turun? Mereka kembali berkerumun saat pintu baja itu perlahan terbuka.

Beberapa dari mereka-terutama kaum hawa-memekik histeris melihat kondisi lift yang tiba itu remuk bahkan tak berbentuk lagi karena hantaman lift lain yang menumbuk di atasnya. Sebagian dari mereka bergidik ngeri ketika kucuran darah mengalir dari sela-sela bagian bawah lift yang rusak.

"KYAAAAA....!!!!"

***

.
.
.
.
.
.
..
Ada part selanjutnya

BTS HORROR (Oneshoot/Twoshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang