Tangkai 3

23 6 3
                                    


Aku sedang tidak di kota sekarang. Sedang ada program pengabdian untuk mahasiswa semester tujuh. Program ini biasanya dinamakan KKN dan wajib diikuti semua mahasiswa sebagai salah satu syarat wisuda. Satu kelompok berisi maksimal empat belas orang.

Lokasi pengabdian kami di desa Santong yang letaknya di sisi utara Pulau Lombok. Daerah yang penuh dengan deretan bukit dan lereng berhias pohon yang rindang. Penduduk disini banyak yang menjadi petani cengkeh karena daerah ini memang terkenal sebagai perghasil cengkeh terbesar di Lombok. Sudah setengah masa pengabdian kami jalani. Hanya tersisa lima belas hari lagi.

Aku tidak menyangka akan betah dengan kelompok yang sekarang. Karena kelompok yang sekarang ini sebenarnya hanya kelompok pelarian. Ceritaku tentang kelompok pengabdian ini agak dramatis. Dulunya aku sudah punya kelompok pengabdian lain. Sudah akrab dan sudah sampai membahas program kerja. Tapi entah awan hitam tersesat darimana yang membuat pihak kampus gerah lalu mengubah kebijakan jadi maksimal empat belas orang satu kelompok. Kelompok ku yang beranggotakan lima belas orang tentu saja harus mengeluarkan satu orang.

Setelah diskusi yang agak serius akhirnya kami memutuskan untuk memilih satu orang itu dengan cara diundi. Setelah dikocok bak kocokan arisan di komplek, hasilnya ya begitulah.

Karena terdesak harus pengabdian semester ini, aku sebarkan info ke seluruh grup yang ada di akun whatsapp, line, path, telegram dan bbm ku. Dari grup teman SD, SMP, SMA, teman kelas di kampus, teman organisasi bahkan sampai posting status di facebook. Ketemu deh sama kelompok ini. Kalau diibaratkan, kelompok yang dulu seperti kapal yang membuang Nabi Yunus, kelompok yang sekarang seperti Ikan Paus yang menelan Nabi Yunus. Dan aku? Tentu saja nggak se-sholeh Nabi Yunus.

🌻🌻🌻

Aku duduk di teras posko setelah pagi ini senam bersama anak-anak desa. Kami memang memprogamkan untuk senam di hari Sabtu di halaman kantor desa. Mungkin setelah ini berat badanku yang kian menanjak bisa agak seimbang.

“Nay, hari ini giliran kamu belanja ke pasar ya? Nanti aku kasih uang sama catatan belanjanya. Tapi kayaknya kamu harus pergi sekarang deh,
keburu pasar sepi nanti.” Kata Meta bendahara kelompok kami.

“Siap BuBen!” kataku kepada Meta sambil menunjukkan sikap hormat bendera.

Kemudian aku berangkat ke pasar tanpa ditemani yang lain. Pasar hari ini lebih ramai dari biasanya. Hari ini pekenan untuk desa ini. Pekenan itu adalah hari khusus satu kali seminggu pasar akan sangat ramai. Setiap pasar biasanya memiliki hari pekenan yang berbeda. Pedagang-pedagang yang berasal dari jauh pun akan datang di hari pekenan. Pekenan desa ini adalah hari Sabtu.

Ku buka catatan belanja yang diberikan Meta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku buka catatan belanja yang diberikan Meta. Beras, minyak goreng, gula, garam, kopi, teh,  ikan, tempe,  kacang panjang, jagung, bihun, dan sederet lagi belanjaan yang lainnya. Kalau sebanyak ini seharusnya aku minta ditemani saja tadi.

MARIGOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang