.
Taeyong pov.
Aku mendengar kabar ten tidak masuk hari ini. Apakah ten masih belum sembuh juga? Aku sedikit gusar setelah mendengarnya.
Aku mengecek ponselku berkali-kali berharap ten menghubungiku entah ten memberitahuku alasan mengapa ia tidak masuk. Tapi aku tidak mendapatkan sama sekali pesan atau sebuah panggilan yang selalu ten lakukan.
Apakah ten memang benar-benar tidak ada niatan untuk menghubungiku? Dan apa yang aku harapkan dari ten jika memang benar saat ini saja ten sedang sakit yang mana ten tidak akan sempat untuk memegang ponsel.
Apakah harus aku yang menghubunginya terlebih dahulu?
Aku mendial nomor ten. Untuk kali ini aku mengalahkan egoku. Aku ingin tahu keadaan ten. Orang yang selalu menetap dihatiku tapi tidak dengan jalan pikiranku.
Aku menghela nafas berat saat suara operator yang menjawab panggilanku. Dengan cepat aku memutuskan panggilan dan melempar ponselku di atas meja.
Beruntung kali ini aku masuk mengikuti pelajaran dengan guru yang membosankan. Jika saja aku sedang berkumpul membolos bersama temanku, aku rasa aku tidak akan pernah menghubungi ten seperti tadi. Aku memiliki gengsi yang tinggi untuk memulai sesuatu.
Moodku benar benar buruk ditemani dengan kekhawatiran yang sedang mendera diriku.
Apakah ten baik-baik saja?
. . . .
. . . .Yukhei memainkan pulpennya. Wajahnya tidak seperti biasa. Hyungsik yang duduk bersampingan dengan yukhei merasakan yukhei memang beda seperti biasanya.
"Kau kenapa?" Hyungsik menyenggol lengan yukhei.
Yukhei tidak menjawab pertanyaan hyungsik. Yukhei lebih memilih menompang dagunya dengan tangan kiri dan tangan kanan yang mengetuk meja dengan pulpen.
"The man who cant be move"
Yukhei dapat mendengar celetukan hyungsik. Setelah itu yukhei melihat hyungsik beranjak dari kursinya melangkah pergi meninggalkan kelas.
"Not cant but i don't wanna move." Gumam yukhei.
. . . .
. . . .Taeyong menatap kediaman rumah ten dari jauh. Dirinya tidak akan pernah bisa menginjak barang sedikitpun kedalam rumah ten. Dan bertemu dengan kedua orang tua ten adalah hal yang sangat buruk. Mungkin saja taeyong akan benar-benar membunuh ayah ten saat itu juga jika dirinya bertatapan langsung.
Taeyong menghela nafas berat, hubungannya dengan ten benar-benar dititik terjenuh. Mungkin saja besok ten akan datang tiba-tiba lalu mengatakan jika ten bosan dengannya. Jalan pikiran orang siapa yang tau?
Ayolah taeyong, untuk apa kau berdiam diri sendiri memandangi kediaman ten? Lebih baik kau pulang dan lakukan apapun sesukamu.
"Tidak ingin berkunjung melihat ten?" Taeyong tersentak mendengarnya.
"Kenapa diam saja? Aku bertanya padamu." Jujur saja taeyong lebih memilih dikejar-kejar anjing daripada harus dipergoki seseorang seperti ini yang sialnya orang itu adalah yukhei.
"Mungkin saja ten menunggumu datang" Yukhei tidak bermaksud untuk menyindir tapi taeyong menanggapi yukhei memang sengaja menyindirnya.
"Sudahlah tidak ada urusannya denganmu." Taeyong melangkah pergi melewati yukhei.
Yukhei sedikit mendecih saat taeyong menabrak bahunya. Yukhei melihat kepergian taeyong sebentar sampai dirinya kembali melangkahkan kaki panjangnya untuk menemui ten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight [ YukTen ft TaeTen ]
FanfictionMenghapus segala kegelapan yang datang menghampiri, tidak peduli seberapa sakit hati yang menjadi tempat persinggahan. Semakin mendekat, semakin kuat sakit yang terasa. Kau, sebuah tempat yang tidak dapat kusentuh. Sebuah tempat yang tidak dapat aku...