know

386 78 16
                                    

"The biggest problem is:
I still care"

. . . .
. . . .

Ten pov.

Ketika hubungan terasa hambar. Itu saat untuk menghentikan dan mengakhiri. Tapi aku tidak bisa. Meninggalkan tidak mudah bagiku dan aku tidak dapat melakukannya.

Karna aku mencintainya.

Aku melangkah pelan dengan sisa tenaga yang masih tersisa. Tujuanku sekarang adalah ruang uks. Aku ingin menidurkan diriku disana agar tubuhku merasa lebih baik.

Aku meminta izin saat pelajaran masih berlangsung. Aku tidak dapat menahan rasa pusing dikepalaku jadi aku putuskan untuk mengangkat tanganku pada saat itu juga dan keluar sendiri. Tadi sebelum aku benar-benar keluar dari kelas aku melihat ada jinri yang ingin mengantarku. Mungkin dia khawatir melihat wajahku yang sudah memucat tapi aku menolak dengan halus.

Aku membuka pintu uks dengan pelan agar tidak mengganggu penghuni uks yang lain. Tapi aku lihat ruang uks sepi. Petugas yang biasa jaga juga tidak ada. Mungkin keluar sementara mencari makan.

Aku menempatkan diri dikasur pojok paling kanan dekat jendela. Aku mulai memejamkan kedua mataku ketika tubuh lemasku sudah aku baringkan.

Sampai saat ini aku merasa tenang sampai akhirnya sebuah suara pintu yang terbuka terdengar ditelingaku. Aku pikir mungkin itu petugas yang baru kembali atau murid lain.

Tapi aku merasa terganggu saat musik mulai terdengar dan itu tepat disamping tirai sebelahku.

Aku mengernyitkan dahi merasa tidak mengerti dengan orang yang berada di samping pembatas tirai tempatku terbaring disini. jika memang dia keuks hanya untuk bersantai sambil mendengarkan musik lebih baik di atap sekolah saja karna aku pikir itu tempat paling nyaman.

'Sreekk...'
Itu bunyi tirai yang berhasil aku sibak.

Aku lihat orang itu sedikit terkejut. Mungkin dia tidak menyadari ada seseorang yang sedang sakit sepertiku disamping tirainya.

Dan aku tersenyum tipis saat aku mengenalinya.
. . . .

"Ten?" Yuta terkejut. Ternyata sedari tadi ada ten disamping tirainya.

"Kau sakit?" Sebenarnya tidak usah yuta tanya karna wajah ten sudah sangat jelas terlihat.

"Maafkan aku mengganggumu" Ten hanya mengangguk mengiyakan.

"Aku hanya terganggu dengan suara musik dari ponselmu itu yuta." Ten memang selalu berkata jujur dengan apa yang ia pikirkan.

"Ah iya." Yuta dengan segera mematikan musik yang sedang berputar diponselnya.

"Aku kira disini tidak ada orang karna petugas tidak ada tapi ternyata ada kau." Yuta memandangi ten dari kasur sebelah.

Yuta berpikir, mungkinkah ten merasa pusing? Karna yuta lihat dikasur sebelah ten sedang memijat keningnya.

"Kau sudah minum obat ten?" Ten yang ditanya oleh yuta hanya menggeleng.

Niat ten keuks kan hanya ingin berbaring dan istirahat agar pusing yang melandanya reda. Ten juga tidak berpikiran untuk meminum obat.

Moonlight [ YukTen ft TaeTen ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang