Wajah anak laki-laki itu lagi.
Setelah bertahun-tahun lamanya, wajah itu muncul kembali.Rambut hitam legam, dan mata coklat yang menatap seorang Vey kecil dengan hangat.
"Janji ya sama aku, Vey. Kita akan tetep temenan sampai gede nanti...", ia tersenyum cerah menampilkan gigi nya.
"Iya, aku janji.", balas Vey kecil dengan senyum yang sama cerah nya.
Percakapan itu ditutup dengan pinky promise yang manis.
Vey terbangun dengan sakit kepala.
Hal biasa yang selalu terjadi jika mimpi itu menghampiri.
"Ah mulai lagi..."
Ia beranjak dari tempat tidur dan segera meraih gelas di atas meja kamar nya.
Rasa penasaran itu datang kembali, menanyakan hal yang sama berulang-ulang tanpa henti,
"Siapa dia sebenarnya?"Berusaha untuk menepis jauh rasa penasarannya, Vey segera beranjak mandi, berpikir berada di bawah pancuran air mungkin bisa membuatnya sedikit lebih baik.
"Oi Vey!", Silvia berlari menghampiri.
"Eh, kelas pagi lo hari ini?"
"Iya, dosen gue kayaknya gabisa biarin gue istirahat bentar. Minggu ini full kelas pagi mulu, gile."
"Sabar ya, shay.", dengan ekspresi pura-pura prihatin, Vey menepuk bahu sobat nya dengan gerakan ringan.
Memutar bola mata nya dengan jengah, Silvia lalu segera menuju kelas nya.
Vey berjalan menuju kelas nya yang akan dimulai 15 menit lagi.
"Untung kali ini gue gak salah kelas lagi...", ia bergumam sendiri lalu duduk di atas kursi.
Sepanjang kelas itu dihabiskan Vey hanya untuk memikirkan mimpi tadi malam.
Berbagai pertanyaan muncul, tanpa adanya jawab."Siapa dia? Kok gue gak inget sama sekali ya...",
KAMU SEDANG MEMBACA
31%
Romance"I've been waiting for you, to complete me.. to complete this series in my head." Cerita Vey yang sepanjang hidupnya berusaha menemukan kepingan memori yang entah hilang kemana sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang 'mungkin' bisa melengkapi kep...