Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit lalu. Namun, Raya masih tidak beranjak dari kelasnya. Ajeng mengajaknya pulang dengan segala cara. Raya menolaknya dengan segala diam.
"Ray...."
Tanpa ba-bi-bu, Raya menghambur pada lelaki yang telah berdiri di depan ruang kelasnya. Sosok itu adalah Ardit.
Entah apa yang mendorong Ardit untuk menghampiri Raya di kelasnya, tidak ada yang tahu. Mungkin semacam telepati? Sungguh, hati mereka sangat canggih bila benar.
"Dit, maafin gue dengan segala kekurangan gue."
"Ray, maafin gue dengan segala kekurangan gue."
"Gue sayang Ardit."
"Gue sayang banget sama Raya."
"Tapi gue jahat, Dit. Gue udah nyakitin hati orang."
"Gue tahu yang lo maksud itu Kak Angkasa. Tapi lo nggak salah, begitu pun dia."
Setelah itu, tidak terdengar lagi obrolan mereka. Hanya tersisa tangis Raya yang tertahan. Raya dengan berbagai alasannya sengaja menahan air matanya.
Apakah salah bila gue lebih memilih setia? Batin Raya terus mempertanyakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Days Tablemate [COMPLETED]
Short Story"Dek, tahu rumus segitiga istimewa nggak?" "Kerjain sendiri kenapa, sih? Gue udah pusing sama soal-soal ini, kak!" "Duh, aku nggak paham segitiga istimewa, soalnya buat aku yang istimewa itu cuma kamu." "Berisik!" . . Dipertemukan dan berkenalan ket...