Written by : MelvaSabrina dan Zulfa_Fauziyyah
"My prince!" teriak Windi saat masuk ke dalam kelas X IPA 2.
Beberapa anak tampak terkejut dan sebagian malah tersenyum penuh arti. Mereka sudah hafal betul bagaimana tabiat salah satu gadis populer itu. Dan mungkin terhitung sudah setengah tahun sejak pertengahan semester satu.
Mungkin sebagian dari mereka bertanya apa yang membuat gadis seperti Windi terobsesi pada seorang Akmal. Kebanyakan dari mereka mungkin menduga bahwa semuanya hanya permainan belaka, tak mungkin anak cheers jatuh cinta pada pemuda biasa saja yang jelas-jelas menolak semua perhatiannya. Windi tidak mungkin benar-benar menyukai Akmal. Meskipun pemuda itu tergolong cukup tampan untuk pemuda sejenisnya, tetap saja ketidakmungkinan itu lebih dominan bagi mereka.
"Diem! Berisik banget!" ucap Akmal kesal walau sudah tau kebiasaan gadis itu.
Kapan pun dan dimana pun Windi bertemu Akmal pasti segala hal berubah menjadi heboh. Gadis itu berlari ke arah Akmal setelah sedikit berbasa-basi pada setiap anak yang ia temui.
"My prince lagi ngapain?" tanyanya sambil memeluk tangan Akmal. Melihat ke arah meja pemuda itu, Windi lantas mengacak-acaknya.
"Kalau mau tanya, tanya aja nggak usah pake meluk tangan orang segala, apalagi sampai ngacak-ngacak meja orang," ucap Akmal sambil berusaha menarik tangannya meskipun gagal lantaran pelukan Windi semakin kuat.
Akmal hanya pasrah karena tangannya semakin sakit ketika dia berusaha melepas pelukan yang sedari tadi didapatnya.
"Ih jangan malu gitu dong, jadi makin imut deh," ucap Windi sambil menyubit pipi Akmal tanpa rasa bersalah.
"Apaan sih!" ucap Akmal kesal dan langsung berdiri. Seketika itu juga pelukan Windi di tangannya lepas.
Windi ikut berdiri dan berniat memeluk tangan Akmal lagi, tapi sebelum Windi melakukan itu Akmal sudah lebih dulu bergerak.
"Gue kasih tau lagi ya! Jangan ganggu gue!" ucap Akmal kesal lalu berjalan cepat meninggalkan kelas.
"Ah! My prince!" ucap Windi sambil mengikuti langkah kaki Akmal yang entah menuju kemana.
Setelah beberapa lama berjalan, ternyata Akmal berjalan ke arah taman. Melihat itu, Windi sudah berencana melakukan hal yang romantis di sana.
Tapi ternyata di sana sudah ada Riana!
Gadis itu sedang duduk di bangku taman sambil membaca sebuah buku, dia terlihat asik dengan bacaannya.
Dan tepat seperti dugaan Windi, Akmal berjalan ke arah Riana.
Untuk sekarang Windi masih menahan diri untuk menghampiri Akmal dan Riana, dia lebih memilih untuk menguping pembicaraan mereka terlebih dahulu.
"Ri!" sapa Akmal.
Riana mendongak. "Hai, Mal!" ucapnya sambil menutup buku yang tadi dibacanya.
"Sorry lama," ucap Akmal.
"Iya nggak masalah," jawab Riana santai.
"Sorry juga karena kita nggak bisa ngobrol di kelas, malah harus di taman begini," ucap Akmal dengan perasaan bersalah.
"Santai aja lah, taman bukan tempat yang buruk buat ketemuan kok!" ucap Riana berusaha agar Akmal tidak merasa bersalah.
"Ya udah deh kalau kamu nggak masalah," ucap pemuda itu akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror
JugendliteraturWe fall in love with people we can't have. Ada sebuah cerita dibalik setiap manusia. Ada alasan yang mengapa mereka berbeda. Masa lalu telah menciptakan mereka, dan kadang, mustahil untuk bisa memperbaikinya. Seperti aku, jatuh cinta pada orang yan...