SEBELAS

52 11 0
                                    

Written by : Zulfa_Fauziyyah dan syarahnt

Sang mentari hampir berada di ujung cakrawala ketika para anggota OSIS SMA Alamanda duduk melingkar di dalam aula. Satu orang berada di tengah, berdiri sambil menjelaskan apa-apa yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pentas seni yang akan segera diadakan sebelum hari pengambilan raport.

Beberapa anak terlihat menguap, beberapa hanya menyimak, dan beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting. Dan satu di antara anak-anak itu, Akmal masuk kategori terakhir. Notes di pangkuannya sudah penuh dengan coretan, sedang tangannya tak henti-henti menulis. Lagi dan lagi.

Satu orang lagi ikut berdiri, menggantikan posisi orang pertama untuk menyampaikan susunan acara mereka. Akmal kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

"So, kalian punya ide untuk tema kita kali ini?" tanya orang tadi.

"Gimana kalo tema kita tentang pelestarian lingkungan?" usul seorang pemuda yang Akmal tahu merupakan anggota pecinta alam.

Beberapa anak yang tadi sibuk sendiri rata-rata mengernyit heran ketika mendengar ide yang menurut mereka kurang oke itu dicetuskan.

"Lo nggak punya ide yang lebih oke dari itu atau gimana sih? Setiap tahun kita udah ngadain reboisasi, dan sekarang lo mau ngusulin tema itu buat pensi? Are you kidding me?" seloroh salah satu senior yang mendapat anggukan anak-anak lain.

Suasana yang tadinya sepi berubah ramai dalam sekejap.

"Hmm, kata-kata Putri ada benernya juga. Sebaiknya kita buat tema yang jarang kita pake untuk acara lainnya," ujar Angga–pemuda yang tadi berdiri di tengah.

Setelah itu satu per satu ide bermunculan dari hampir setiap mulut di ruangan berukuran 20x12 meter tersebut. Jam dinding terus bergerak cepat, sementara di luar, matahari sudah benar-benar meninggalkan kota Jakarta, digantikan kegelapan yang dihiasi bintang-bintang.

Mendesah berat, Akmal mengangkat tangannya dan berujar, "Gimana kalo tema kita kali ini keluarga aja?"

Berpuluh pasang mata menatapnya tak berkedip. Lama mereka terdiam sembari berpikir keras. Akmal tampak awas. Sementara itu, benak setiap anak di sana telah sepenuhnya lelah. Hanya masalah tema dan mereka belum memutuskan juga.

Tak lama kemudian, sang ketua OSIS–Tristan menjentikkan jarinya di udara. "Gue setuju."

Saling pandang, anggota OSIS yang lain juga tampak mengangguk setuju. Mengemasi alat tulis yang berceceran, satu per satu anak meninggalkan tempat itu dengan badan letih.

Beban mereka hari ini seperti terangkat begitu saja. Berjalan cepat menuju pintu gerbang, masing-masing dari mereka tengah memikirkan aroma lezat ala masakan rumah dan kasur empuk yang siap membawa mereka menjelajah dimensi lain.

Akmal tersenyum. Hari ini memang berat, tapi esok akan lebih berat saat tahu bahwa dia yang harus membuat proposal kegiatan untuk diajukan kepada kepala sekolah.

***

Akmal mendesah berat. Tangannya meraih laptop di meja belajarnya. Membukanya dan mulai mengetikkan proposal untuk diajukannya esok hari. Matanya sudah berat minta dipejamkan, tapi tugas yang diberikan padanya tak kunjung usai.

Dengan secangkir kopi untuk menemani prosesi begadangnya, pemuda itu menahan kantuk yang mulai menyergap. Kata per kata ia ketik. Sesekali ia memperhatikan agenda pensi yang akan dilaksanakan dengan cermat, menghalau adanya kesalahan pengetikan di sana.

Susunan acara :

1. Pembukaan dari anggota OSIS : menyanyikan mars SMA alamanda diikuti seluruh siswa-siswi

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang