.12

2K 265 14
                                    


A u d i e n c e



















Seperti biasa kali ini Taeyong datang lagi. Bukan hal yang asing lagi buat Taeyong merasakan bau obat - obatan semacam ini. Bahkan ini sudah menjadi bagian hidup seorang Lee Taeyong.

Bukan,














Bukan Taeyong yang sakit disini. Taeyong sama sekali gak punya masalah psikologis seperti apa yang dibicarakan anak - anak di kelas. Melainkan Ny. Lee atau biasa disebut ibu oleh Taeyong.

Benar sekali, ibu Taeyong sudah menjadi pasien di rumah sakit ini kurang lebih 3 bulan. Koma yang dialaminya ini disebabkan kejadian kecelakaan maut waktu lalu.

Saat itu Taeyong berada di rumah seorang diri. Sedangkan ibu juga ayah tirinya pergi untuk bertemu anak semata wayang dari ayah tiri Taeyong. Dan tepatnya bisa disebut calon adik bagi Taeyong.

Entah memang karena takdir ataupun keberuntungan tak berpihak pada ibu Taeyong. Kecelakaan maut terjadi. Mobil yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Semuanya bisa terselamatkan begitu bantuan datang. Namun, hanya Ny. Lee yang mengalami luka serius. Dan hal itu sempat membuat Taeyong depresi berat.

Taeyong telah mengganti seragamnya dengan kaos biasa. Seperti biasa, Taeyong akan mengganti bunga yang layu. Juga membuka tirai jendela. Menampakkan pemandangan kota di sore menjelang malam ini.

Taeyong membenarkan posisinya, merapatkan selimut serta merapikan anak - anak rambut yang menutupi sebagian wajah ibunya ini.

"Ma, ada hal yang mau aku ceritain ke mama. Tahu gak? Tadi aku berhasil ngajak Mina buat berkunjung ke makam ibundanya".

Tak ada jawaban sama sekali. Seperti biasa, Taeyong juga akan terus melanjutkan ceritanya.

"Aku sedih ma, aku masih belum bisa sepenuhnya jaga Mina. Andai aja dia tahu kenyataannya. Mungkin dia juga bakal nyesel udah benci mama dan aku".

"Ma, aku capek. Lelah denger setiap suara batin orang lain. Cuma disini aku jadi lebih tenang. Aku emang tenang disini, tapi aku juga sedih. Kenapa aku gak bisa denger suara mama? ". Keluh Taeyong.

Pikiran Taeyong memang serumit itu, hanya untuk mencari sebuah ketenagan Taeyong harus menghadapi kesedihan seperti ini. Tidak ada jalan lain untuk Taeyong merasakan ketenangan dalam kebahagiaan.

"Ma, Taeyong lupa. Baru ingat mau cerita soal temen sekelas Taeyong. Hehehe... ".

Yah, saat ini memang Taeyong mengingat salah satu teman sekelasnya. Bahkan Taeyong juga baru mengenalnya beberapa hari lalu. Taeyong selalu menceritakan semua hal yang terjadi padanya setiap Taeyong berada disini. Termasuk bagaimana Taeyong bertemu dengan "teman barunya" ini.

"Aku baru pertama kali bertemu dengannya, bahkan kami satu kelas. Sangat disayangkan sebelumnya. Aku gak tahu namanya siapa. Hehehe... ".

Taeyong terkekeh mengingat kejadian itu.

"Dan apa mama tahu? Sama kayak mama. Aku gak bisa denger suara batin dia".

Taeyong kembali mengambil segelas air untuk membasahi tenggorokannya yang tiba - tiba terasa panas.

"Dan untuk pertama kalinya juga, dia buat Taeyong penasaran tentang detail sosoknya. Taeyong merasa tenang jika berbicara dengannya. Dia memberi jawaban - jawaban yang tak terduga".

Audience | 95 linerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang