🂱 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐔𝐬 𝐔𝐬𝐮𝐚𝐥

7.2K 619 37
                                    

⊱🍑⊰








Tokyo University - Canteen, Monday 02.12 pm

Laki laki bersurai hitam menguap lebar mengabaikan orang-orang yang menatapnya jengah dan sedikit menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki laki bersurai hitam menguap lebar mengabaikan orang-orang yang menatapnya jengah dan sedikit menjauh. Semalam ia bergadang mengerjakan tugas makalah dari dosen paling disiplin di Universitas Tokyo. Jadi tidur selama kurang lebih 2 jam tidak akan cukup membuatnya bugar kembali. Apalagi untuk seorang yang malas seperti dirinya, Shikamaru Nara.

Hampir saja kepala itu membentur keras meja jika seseorang dengan tidak cepat menahannya.

"Bergadang lagi?"

Shikamaru sedikit membuka mata, melirik sekilas pada Naruto yang baru saja datang dengan dua buah jus kaleng dan roti melon. Ia menerima uluran itu dan mengunyahnya dengan pelan. Sedangkan sosok di hadapan hanya memperhatikan dengan sesekali menyeruput jus di tangan.

Naruto Uzumaki, ia mengenal laki-laki berperawakan kecil ini dua tahun lalu saat penerimaan mahasiswa baru. Hari itu dirinya yang mencari tempat untuk menutup mata bertemu dengan Naruto yang duduk sedang membaca di bawah pohon bersama earphone juga permen karet di mulut. Entah apa yang Shikamaru lakukan saat itu hingga mendatangi si Pirang kemudian duduk di sampingnya.

Awal tahun hubungan mereka baik-baik saja, hanya hubungan kedua sahabat yang sangat erat. Hingga akhirnya Shikamaru mulai menyadari ada yang aneh dengan perasaannya. Shikamaru tahu dirinya tidak lagi menatap Naruto sebagai seorang sahabat tapi ia lebih memilih menjaga hubungan persahabatan mereka karena terlalu takut membuat Naruto kecewa.

"Kau melamun."

Sebuah pertanyaan lebih terdengar pernyataan itu memasuki indra pendengaran. Shikamaru menatap sahabat pirangnya malas, menguap lalu bergumam mendokusei. Naruto menyentil dahi lebar itu dengan sedikit menopang tubuh pada meja kantin yang panjang.

"Bangun rusa pemalas," ujar Naruto sedikit menyeringai jahil.

Shikamaru mengusap dahinya, menaikkan alis saat selintas ia melihat sorot asing di dua bola mata safir.

"Kau tau Shika."

Naruto mencondongkan tubuh mendekatkan diri pada Shikamaru.

"Hm?"

Yang lebih kecil semakin mendekat, berbisik sepelan mungkin agar hanya Shikamaru yang bisa mendengarnya. "Tadi Sasori mengajakku makan malam."

Sedetik Shikamaru bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak sebelum kembali berdetak lebih kencang. "Lalu?" tanyanya lirih.

Ia sudah menduga kemana pembicaraan ini berlanjut. Naruto akan meminta pendapatnya dan kemudian laki-laki itu akan pergi dengan orang yang sudah mengajaknya pergi. Seminggu atau bahkan 3 hari, ia akan di tinggalkan oleh Naruto yang disibukkan dengan incaran barunya lalu kembali padanya saat sudah merasa bosan. Yah, rutinitas ini sudah sering terjadi sejak dua tahun yang lalu.

Naruto yang merupakan primadona kampus tanpa memandang gender berhasil merebut perhatian hampir semua perempuan bahkan laki-laki. Tapi tidak ada yang bisa menaklukan hati seorang Uzumaki, bahkan pangeran kampus mereka juga di tolak mentah-mentah oleh Naruto.

Shikamaru menopang pipinya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanab sibuk memainkan ponsel. Lebih tepatnya berpura-pura sibuk dengan mata malas.

"Aku harus terima tawaran itu tidak?" tanya Naruto dengan suara yang sangat pelan.

Shikamaru kembali menaikkan sebelah alis, melirik Naruto singkat lalu kembali pada ponsel yang sedang memutar video musik. "Terserah kau."

"ISH!"

Lelaki itu bisa melihat pipi si Pirang yang menggembung lucu menatapnya dengan alis bertaut, pertanda kesal.

"Hari ini aku akan kelapangan dekat komplek. Kau ikut?"

"IKUT!!"

Naruto langsung menggandeng lengan Shikamaru yang sudah berdiri. Menyandarkan kepala pirangnya di bahu itu lalu mengikuti langkah temannya keluar kantin.

"Kau menanggapi tawaranku dengan sangat cepat. Kenapa tawaran mereka masih berpikir?" tanya Shikamaru.

Naruto menegakkan kepala, dahinya sedikit mengernyit saat menyadari apa yang dikatakan Shikamaru memang benar. Jika Shikamaru yang menawarkan sesuatu padanya, ia akan langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang tapi jika itu orang lain kenapa memikirkan jawabannya cukup lama. Padahal hanya tinggal menjawab ya atau tidak.

"Entahlah," jawab Naruto sedikit menggendikkan bahu tidak peduli.

"Mungkin karena aku menyukaimu," lanjut Naruto sukses membuat jantung Shikamaru berdetak semakin keras. Sedikit ujung telinga lelaki itu memerah walau luput dari pandangan si Pirang.

"Bercanda." tambahnya lagi dengan cengiran saat melihat wajah kaget Shikamaru, merasa tidak enak.

Shikamaru menghela nafas, mengacak rambut halus Naruto lalu kembali melanjutkan langkah mereka yang terhenti. "Mendokusei."

"Hm? Kenapa Shika? Kau terlihat kecewa." Naruto menunjuk hidung mancung Shikamaru dengan seringai jahil.

Shikamaru menyentil bibir itu sambil meredam debaran jantungnya yang sangat kencang. "Ck, diamlah!"

"Ittei, sakit baka."

Naruto baru saja ingin membalas perlakuannya sebelum lelaki itu mengunci lehernya. "Oy, oy. Sakit, Shika lepaskan! Kau bau."

Mengabaikan teriakan Naruto walau telinganya harus sedikit berdenging, ia membawa si Manis pergi keluar dari lorong kampus dengan senyum tipis sedikit jahil.

"SHIKA LEPASKAN AKU!"

"KAU BAU BAKA!"

"ASTAGA SUDAH BERAPA LAMA KAU TIDAK MANDI."

"SHIKAAAAAA!!"

"NARUTO!"

"Begitu saja kau sudah pingsan, mendokusei."

Astaga Shikamaru.

Temanmu itu pingsan karena mencium bau ketekmu. Sebenarnya sudah berapa lama kau tidak mandi? Ckckck.

Shikamaru sedikit mencium ketiaknya, hidungnya langsung mengerut. Sepertinya karena tugas dari para dosen, ia sampai lupa mandi. Tidak heran Naruto sampai pingsan seperti ini. Shikamaru terkekeh kecil memperhatikan temannya yang berbaring di atas kasur UKS.

"Aku akan menjaga hubungan ini Naruto. Sampai kau sendiri yang memilih pergi dan meninggalkanku."

Perlahan pipi halus itu ia usap sembari semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Naruto. Kedua mata sipit memperhatikan raut tenang yang selalu menemaninya di alam mimpi selama hampir setahun. Sekali lagi ia memperhatikan wajah itu seolah sedang merekamnya dengan baik-baik.

"Seperti yang kau bilang. Kita sahabat─hanya sahabat."

Kecupan itu ringan dan lembut, Shikamaru bisa merasakan sedikit manis jeruk dan cokelat dari bibir Naruto. Dia berjanji akan selalu menjaga Naruto dan mengubur dalam perasaannya demi ikatan persahabatan mereka. Uzumaki Naruto, akan selalu menjadi prioritasnya apapun yang terjadi.

"Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaanku," bisik Shikamaru menyandarkan dahinya pada dahi yang lebih kecil, menutup mata menikmati kebersamaannya dengan sang sahabat.

Ya, hanya sahabat tidak lebih.

"Dan kuharap kau tidak akan pernah menyadarinya."

to be continue❜

𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐙𝐎𝐍𝐄 • shikanaru fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang