Bismillah , semoga kalian semua pada suka yah oh iyah , jgn lupa vote & coment nya ditunggu
Writter : Dede_pu
Editor. : LiaAmaliaHapppy reading kawan
____________________________________
Pinto The Crazy Killer
Pagar kokoh mengawasi dan menjaga sebuah gedung yang sangat besar. Di sekitar gedung tersebut terdapat beberapa pos penjaga. Setiap pos dijaga oleh beberapa orang bersenjata lengkap. Cahaya lampu sorot pengawas berputar melihat situasi tidak mau kecolongan. Dalam gedung tersebut terdapat lorong-lorong sempit yang sangat panjang. Lorong itu seakan tak memiliki ujung. Kiri dan kanan lorong berderet ruangan berukuran 6x6 meter. Ruang kecil lembab tak terurus.
Ruangan tersebut dibatasi oleh besi-besi padu, jeruji, yang tampak mulai berkarat. Setiap ruangan, diisi oleh tiga sampai lima orang, bahkan ada yang lebih. Ruangan kecil dan gelap tersebut hanya terdapat tikar dan bantal yang terbuat dari karung goni. Pencahayaannyapun hanya diselamatkan oleh redup lilin.
Semua penghuni sudah tidak ada yang terjaga. Jam sudah menunjukkan tengah malam. Semua terlelap puas oleh nyanyian hujan malam yang berkolaborasi apik dengan suara pilu sipir sang penjaga. Kolaborasi sipir dan hujan menyanyikan tembang Demi Kau dan Si Buah Hati, Pance P.
Mengapa harus begini? Tiada lagi kehangatan,
memang ku sadari, sering ku tinggalkan kau seorang diri.
Ku tahu bukan sengaja, kau tinggalakan ku sendiri,
aku menyadari, bukan sandiwara kasihmu kepadaku.
Tiap malam engkau ku tingal pergi,
Bukan-bukannya aku sengaja.
Demi kau dan si buah hati.
Terpaksa aku harus begini.
Tiada daya hingga di saat ini,
diriku masih juga terbaring lemah,
begitu tulusnya hatiku, hanya air mata yang tersisa.
Berbeda dari semua ruangan, di ujung lorong terdapat ruangan yang masih terdengar percakapan. Di dalamnya tampak empat orang sedang duduk membentuk setengah lingkaran. Tiga orang duduk tanpa alas menghadap ke arah pria berkumis tipis. Ketiganya seperti mengamati sosok pria berkumis tipis tersebut. Laki-laki yang duduk di tengah terlihat antusias, bertubuh kurus kerempeng dan berrambut keriting acak-acakan. Pria tersebut berusia sekitar dua puluh tahunan.
Sebelah kanan lelaki kurus tampak lelaki yang bertubuh gempal, tinggi, kulitnya hitam, berkumis lebat tak beraturan, dan sedikit pendiam. Sedangkan sebelah kanan si kurus tampak lelaki yang sudah berumur, sekitar enam puluh tahunan. Tubuhnya tidak terlihat gemuk, namun perutnya sangat buncit. Lelaki yang katanya mantan pejabat ini memiliki gaya bicara formal dan tatapan mata yang terlihat licik.
"Perkenalkan, saya adalah Pinto. Pinto The Crazy Killer" seraya menatap satu persatu orang yang ada di depannya.
"Yah, pembunuh yang gila" sambungnya dengan dada membusung seraya meyakinkan orang-orang dengan tawa khasnya.
"Huahahahahahaha. Iyaaa. Pinto yang selama ini kalian dengar kini berada di depan kalian" sambungnya penuh keyakinan.
Mereka yang duduk di depan pria berkumis tipis tersebut hanya menggeleng tidak percaya. Namun ada satu dari mereka menatap penuh yakin, bahwa yang berada di depannya tersebut adalah sosok yang dia kagumi."Benarkah Tuan ini sang legenda itu?" selidiknya, lelaki kurus kerempeng.
"Bukankah Tuan Pinto yang ku dengar telah lama mati?" sambung pria kurus yang terlihat kagum menyelidiki.
Huahahahahahaha. . . tawa menyindir Pinto."Mati? Tentu skenarioku berhasil rupanya. Semua orang menyangka aku sudah mati" Huahahahahahaha Pinto tertawa puas.
Semua orang yang berada di depan Pinto semakin merasa aneh dan tidak percaya. Menggeleng-geleng sambil memperhatikan pria berkumis tipis. Sesekeli mereka saling menatap penuh tanda tanya."Jika memang kamu ini Pinto sang legenda itu, tentu kamu punya bukti untuk meyakinkan kami ini?" tanya lelaki buncit tidak percaya.
"Iya Tuan, kami hanya mendengar cerita saja tentang bagaimana perjalanan Tuan. Bahkan penghuni yang lain hanya menganggap Tuan ini hanya dongeng pembangkit semangat sebelum mereka beraksi" sambung si kurus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alina ( The Romance Thriller Novel )
RandomALINA Perjalanan adalah penanda bagi manusia bahwasanya saat ini dia berada di dunia yang sangat kejam. Selama nafas masih memburu dan jantung masih berdegup, kisah dari perjalanan itu akan terus didagelankan. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depa...