Haloo semua!! Hehe bertemu lagi nih, di chapter yang ditunggu tunggu penasaran kan sama kelanjutan ceritanya?? Oke langsung aja yaa!!
Happy reading kawan!
Vote & comentnya jangan lupa yaa
*******
Pinto bersama para anak buahnya sedang berkumpul. Mereka sedang membicarakan proses penyerahan Alina kepada Tuan Misterius. Malam ini, mereka tidak mau kecolongan terhadap Tuan Misterius. Walaupun Tuan Misterius datang secara baik-baik melalui anak buahnya, namun Pinto tetap curiga dan merasa harus waspada. Satu pertanyaan dalam benak Pinto. Mengapa Tuan Misterius menginginkan Alina dalam keadaan hidup-hidup dan tidak boleh lecet sedikitpun? Pertanyaan itu terus menghantui Pinto. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Tuan Misterius?"Roy, apa kau sudah menemukan identitas sebenarnya Tuan Misterius itu?" Pinto bertanya pada salah satu anak buahnya.
"Belum Bos, saya sudah kerahkan mata-mata untuk mencari tahu tentang Tuan Misterius itu, namun hasilnya nihil, tidak ada info tentang Tuan Misterius ini," menjelaskan kepada Pinto.
"Maaf Bos, eyke sangat heran dengan Tuan Misterius ini. Janagn-jangan ada udang di balik bakwan Bos. Ops . . . salah cyiin. Maksud eyke ada udang di balik batu," tambah anak buah Pinto yang lainnya.
"Aku juga heran dengan Dia. Ini tidak masuk akal sama sekali," selidik Pinto.
"Bagaimanapun juga kita harus waspada dengan tamu kita malam ini. Jangan sampai kita tertipu. Kalau tamu kita ini macam-macam, kita habisi merka semuanya, tanpa sisa!" sambung Pinto tertawa dengan kerasnya.
"Iya bos, kami akan selalu waspada dan menunggu perintah dari Bos. A\pakah beraksi atau tidak untuk malam ini,"
lelaki lain menambahkan."Yah.... Dia tidak tahu bermain dengan siapa. Pinto pembunuh yang gila. Huahahahahahaha,"
tawa lagi dari Pinto.Mereka mempersiapkan segala sesuatu menyambut tamu yang akan datang nanti malam. Mereka tidak mau kecolongan oleh Tuan Misterius. Pinto pun sudah mencium aroma kelicikan pada malam nanti.
~~~~
Di tempat penyekapan Alina. Gadis tersebut tampak terduduk di sudut ruangan. Sekarang dia sudah tidak diikat lagi. Alina tampak memikirkan nasibnya setelah malam ini. Apakah dia akan mati atau tetap hidup. Tapi untuk hidup, hanya kecil kemungkinan tersebut pikirnya.
"Tuhan. . . apa yang harus saya lakukan?" bisik Alina pada dirinya sendiri.
Keputusasaannya sudah memuncak. Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya seorang gadis yang hidup sebatang kara, meskipun sudah dipungut oleh wanita tua, tanpa keluarga yang sebenarnya. Alina merasa lengkap sudah penderitaan hidupnya.Dia sebenarnya tidak menginginkan apa-apa. Hanya mengiginkan kembali bersama keluarga kandungnya. Kini malah terjebak di antara orang-orang sadis dan gila.
"Apa kau sekarang sudah mau makan Alina?" terdengar suara mengejutkan Alina.
Yah, Pinto mengejutkan Alina. Dia tidak tahu sejak kapan Pinto sudah berada di sana, di sudut ruangan. Alina melihat dengan tatapan sayu."Su... su... dah Pinto," suara Alina bergetar dan terputus-putus karena ketakutan.
"Kenapa kau Alina? Apa kau sakit?" mengusap kening Alina.
"Tidak, saya tidak sakit. Saya sehat Pinto,"Alina menerangkan.
"Terus kenapa suaramu seperti
itu? Apa kau takut kepada aku? Aku ini tidak perlu ditakuti Alina. Aku orang baik. Tak perlu kau takut Alina!" menenangkan Alina dengan memegang tangan Alina."Jangan kau sentuh aku Pinto! Kau ini orang jahat. Jangan berpura-pura baik padaku! Aku tidak akan terpedaya pada rayuanmu Pinto!" melepaskan tangan Pinto dan berusaha menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alina ( The Romance Thriller Novel )
AléatoireALINA Perjalanan adalah penanda bagi manusia bahwasanya saat ini dia berada di dunia yang sangat kejam. Selama nafas masih memburu dan jantung masih berdegup, kisah dari perjalanan itu akan terus didagelankan. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depa...