Chapter 4 ( permintaan sang ibu )

62 4 4
                                    

Hei hei hei... Maaf akan keterlambatan ini dikarenakan server dri akum wp ini tiba tiba eror :'' hehe maaf ya , okee selamat membaca

Vote & coment ditunggu sayang

***********
Malam ini Pinto akan menemui Ibunya tercinta. Pinto tidak lagi memiliki Ayah. Kabar yang beredar Ayahnya meninggal dalam perang besar yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Perang memperebutkan kekuasaan. Ayah pinto bersama kawan-kawannya ingin mengkudeta pemimpin saat itu. Hanya cerita singkat dan tidak jelas kebenarannya yang dia dengar.
Sekarang Pinto hanya memiliki seorang Ibu yang sudah sangat tua. Sesekali dia akan mengunjungi Ibunya agar dia tidak dianngap pembunuh lagi oleh ibunya. Tampaknya sekejam Pinto, dia juga masih  menyayangi Ibunya dengan tulus.

"Kalian harus waspada dan tetap menjaga Alina selama saya pergi.! Jangan sampai Alina kabur atau kepala kalian akan terancam tidak bisa menyatu lagi dengan tubuh kalian!" Pinto memberi perintah kepada anak buahnya.

"Berapa lama bos akan pergi?" tanya salah satu anak buah Pinto.

"Tidak lama, kemungkinan hanya semalam saja. Saya khawatir nanti Tuan Misterius datang ke markas kita," tambah Pinto.

"Baik bos, kami akan menjaga Alina selama bos pergi. Dan jika ada apa-apa, kami akan segera menghubung bos," lelaki tersebut menambahkan.

"Yah. . . jika ada apa-apa, kalian harus segera memberitahu saya.!" perintah Pinto sebelum dia meninggalkan markasnya menuju rumah tempat tinggal ibunya.

Pinto sampai di depan sebuah rumah sederhana. Rumah tersebut terbuat dari kayu-kayu yang sudah sangat tua. Rumah tersebut sudah nampak lapuk akibat rayap yang menggerogoti. Di rumah inilah Pinto dibesarkan oleh ibunya seorang, tanpa ayah.

Pinto sejenak mengingat saat-saat dia kecil dan bermain di depan rumah ini. Dia sering membantu ibunya dalam mengerjakan sesuatu. Dia sangat menyayangi ibunya melebihi apapun di dunia ini. Makanya dia tidak memberitahukan apa pekerjaannya kepada sang ibu. Walaupun sang ibu sering bertanya tentang pekerjaannya, Pinto selalu menutupi yang sebenarnya. Ibunya sangat berpihak pada keadilan absolut, ibunya sangat baik dan membenci yang namanya kejahatan.
Pernah sekali ibunya mendengar bahwa Pinto adalah seoarang pembunuh. Dia mendengar berita tersebut dari orang-orang yang mencarinya ke rumah. Ibunya sempat shock dan pinsan. Namun Pinto bisa meyakinkan ibunya bahwa dia bukanlah seorang pembunuh yang dikatakan banyak orang.

"Ibu. . . aku pulang Ibu. Ini aku anakmu, Pinto!" Pinto memanggil ibunya di depan pintu.

"Ibu, sudah tidurkah engkau Ibu?" sambung Pinto.
Pinto berdiri di depan pintu seraya menunggu Ibunya membukakn pintu.
Dari dalam terdengar suara langkah, Yah Pinto, Ibu akan membukakan pintu. pintu terbuka.
Tampaklah wanita yang sudah tua, terliahat dari keriput wajah dan tubuh yang mulai membungkuk.
" Masuklah anakku! Sudah lama kau tidak ke sini. Apa kau tidak rindu pada wanita tua ini?" berjalan ke arah ruang tamu yang sederhana.

"Bukan begitu Ibu, aku hanya sedikit sibuk akhir-akhir ini. Pekerjaanku menumpuk dan harus dikerjakan secepatnya," sambil merebahkan pantatnya di kursi kayu.

"Apa kabar Ibu? Ibu sehat-sehat sajakan? Ibu tidak merasa pusing lagi?" tanya pinto dengan perhatian.

"Ibu baik-baik saja Pinto. Malahan ibu lebih mengkhawatirkan kamu Pinto!" jawab ibu Pinto.

"Apa yang Ibu khawatirkan? Aku baik-baik saja Ibu. Aku ini anak lelakimu yang sudah besar, bukan anak lelakimu yang kecil lagi," Pinto membela.

"Iya Pinto, kamu sudah besar. Bukan lagi Pinto ibu yang dulu lagi, yang menangis saat Ibu terlambat pulang," Ibu Pinto tersenyum.

Alina ( The Romance Thriller Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang