Enam

4.9K 520 30
                                    

••-••

Tolong sebelum meninggalkan, beri aku alasan yang jelas agar hati ini rela melepaskanmu.

Tolong, jangan pergi tanpa alasan yang jelas.

••-••

Mata gadis itu masih setia memandang layar laptop dihadapannya sambil berbaring di ranjang kamarnya. Dirinya memang lebih sering menghabiskan waktu untuk menonton drama Korea, apalagi saat ini dirinya sudah tak kuliah dan juga Fian yang sedang menyelesaikannya di Perancis. Ponsel yang sedari tadi terus berbunyi juga diabaikan olehnya. "Paling juga dari operator," gumannya.

Seketika dirinya teringat, "Bego! Haduh Prill... Prill... mana mungkin operator nelpon. Biasanya juga sms karena mereka kan, cuma modal pulsa sms." Dengan gerakan cepat gadis itu mengambil ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur. Terpampang dengan jelas nama Fian di sana ingin melakukan facetime.

Sejujurnya Prilly malas berhubungan dengan Fian untuk saat ini karena kejadian-kejadian sebelumnya yang melibatkan dirinya dengan Ali. Ah, hatinya kembali bingung harus memilih siapa. Walaupun sebenarnya ia setengah hati menerima Fian saat itu karena hatinya masih memilih Ali untuk saat ini. Dirinya tak bodoh, Ali perhatian, perduli, dapat menjaga dirinya walaupun terkesan over protective.

Kalau boleh jujur kembali, Prilly hanya menyalahkan waktu. Waktu mendatangkan Fian disaat yang tidak tepat. Disaat hatinya sehabis disakiti oleh seorang pria yang sampai saat ini masih sangat dicintainya. Entah bagaimana perasaan dirinya untuk saat ini, karena menyakiti hati Fian pun tak tega dirinya. Fian baik, mungkin hanya tinggal menunggu waktu agar hatinya sepenuh hati menerima pria itu.

Dengan cepat Prilly mengangkat panggilan tersebut, detik berikutnya layar ponsel miliknya menampilkan wajah Fian sepenuhnya. Sambil tersenyum lebar dirinya menyapa, "Haiii sayangg... I miss you so much!"

Disebrang sana pria itu terkekeh melihat wajah gemas yang ditunjukkan kekasihnya. "Aku juga kangen kamu, sini nyusul kayak waktu itu," ucapnya yang masih terkekeh.

Hingga akhirnya obrolan mereka berlanjut, lebih tepatnya Fian yang bercerita akan kesepiannya dirinya di Perancis.

"Aku ingat banget kita ketemu di Menara Eiffel, kamu lagi duduk sendirian dan dengan nekatnya aku dekati kamu. Eh, ternyata pada saat itu kamu nggak nolak kehadiran aku," ucap Fian sambil mengingat kembali pertemuan mereka.

"Terus beberapa hari aku nemenin kamu disana karena pacar kamu yang nggak datang-datang, sampai akhirnya kita ketemu lagi di Indonesia dengan status kamu yang udah gak punya status hahaha," Fian kembali bercerita hingga tawanya lepas mengingat itu semua membuat Prilly mau tidak mau harus ikut tertawa seakan-akan itu sebuah lelucon.

Nyatanya, saat ini hatinya sakit harus mengingat itu semua. Karena selang beberapa hari dirinya kembali ke Indonesia, pada saat itulah Ali memutuskannya dengan alasan yang tidak jelas.

"Kamu tahu? Waktu kamu terima aku, aku beneran bahagia banget. secara kita ketemu aja nggak sengaja di Perancis, eh jadiannya malah di Indonesia." Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya seolah-olah setuju oleh pemikiran Fian.

"Kayaknya di sini aku yang banyak cerita deh, kamu tumben diam aja? Kenapa?" Pria itu mengerutkan keningnya bingung karena tak biasanya kekasihnya ini hanya diam saja.

"Aku ngantuk, udah dulu deh yaa.. ini aja lagi nonton drama tanggung, tapi udah enggak kuat matanya," alibi Prilly. Akhirnya sambungan terputus, detik itu juga air mata Prilly turun.

Ingatannya kembali berputar pada kejadian di Perancis kala itu. Dirinya yang dengan bahagia menunggu kedatangan Ali di kursi dekat Menara Eiffel, menunggu kekasihnya hadir sambil mengucapkan 'Happy Anniversary yang ke 5, Sayang!' Atau kejutan yang lainnya. Tetapi takdir tak mempertemukan mereka pada saat itu, melainkan menemukan Prilly dengan seorang pria yang bernama Fian.

COMEBACK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang