Meet Julia

27 7 1
                                    

"JULIA KALANI LAVINA "teriak tante Risa dari bawah, "iya tan sabar, Julia sebentar lagi udah siap kok "ucapku sambil memakai kan dasi sekolah ku.'oke sudah siap 'batinku.

"cepetan Julia sayang, nanti om Yoga bakal ngomel "ucap tante Risa, "iya tante, kalau begitu Julia pergi dulu "ucapku sambil mencium telapak tangan tante Risa, "eits, minum dulu susu nya, kamu ntar pingsan "ucap tante Risa sambil menahan tangan ku.

"enggak usah tante, Julia pergi dulu "ucapku sambil berlari ke garasi dimana om Yoga atau suami tante Risa berada.

"ayo Julia "ucap om Yoga, aku pun langsung masuk ke mobil, dengan cepat om Yoga langsung mengeluarkan mobil dari garasi dan dengan kecepatan yang lumayan tinggi kami pun pergi meninggalkan rumah itu.

...

"enam lima belas, rekor baru om "ucapku sambil memperlihatkan jam tangan ku.

"haha, om kan memang hebat "ucap om Yoga, "Julia pergi dulu ya om "ucapku sambil mencium tangan om Yoga dan langsung keluar dari mobil menuju sekolah ku. Sesampainya di sekolah, aku pun kebelet pipis jadi terpaksa aku harus pergi ke toilet terlebih dahulu.

"LO JADI ADEK KELAS JANGAN SOK YA "suara kak Seina terdengar di telingaku.

Ternyata di toilet kak Seina lagi memarahi teman seangkatan ku.

"ma..maaf kak, tadi Deira nggak ss..sengaja "ucap Deira ketakutan.

"maaf, maaf, gue enggak butuh maaf lo, mana duit lo sini "ucap kak Seina, terlebih lagi dengan tampang menakutkan teman-teman nya itu. Kak Lena dan kak Veni, "maaf kak ini duit untuk.." "gue nggak peduli,mana cepetan "ucap kak Seina.

Terlihat disana Deira sudah ingin menangis, saat tangan kak Seina ingin menampar Deira aku pun langsung melindungi Deira.

PLAK..

Untung saja telapak tangan ku menepuk telapak tangan kak Seina, kalau muka gimana.

"lo lagi, lo lagi..masih mau gue bentakin lagi "omel kak Seina, "maaf kak, tapi Deira kan sudah ngomong nggak sengaja, Deira juga sudah minta maaf, apa semua itu enggak cukup untuk kakak ?"tanyaku. "Heh anak kecil,lo nggak tahu masalah gue sama temen lo itu apa, mendingan lo minggir atau gue gebuk lo berdua satu-satu "ucap kak Seina.

"aku nggak takut kok sama kakak "ucapku yakin.

"ooh nggak takut, dia enggak takut sama lo Sei "ucap kak Lena.

"Julia jang.." "enggak papa Ra "ucapku, "SEINA "teriak suara kak Rathan, "ugh, Rathan "kak Seina pun menjadi kalem.

"ngapain lo mukulin adek kelas, lo ingetkan apa kata gua waktu itu, di sekolah kita enggak ada yang nama nya senioritas "omel kak Rathan, "m..maaf Rat, gue cuman bilang ke adek kelas kalau jalan itu liat-liat "ucap kak Seina. "pergi gih lo, nge ganggu orang aja "ucap kak Rathan.

Kak Seina dan anak buahnya pun pergi, "lo nggak apa-apa Jul ?"tanya kak Rathan

"enggak kok kak, makasih ya kak "ucapku, "iya kak Rathan, makasih banget "ucap Deira, "ya udah, kalau begitu kakak pergi dulu ya, enggak enak soalnya ini wc cewek "ucap kak Rathan, kami pun mengangguk iya.

"Julia, makasih banget ya, kalo nggak ada lo muka gue pasti babak belur "ucap Deira saat kak Rathan sudah pergi.

"enggak apa-apa kok Ra, gue juga tahu kalau kak Seina itu main tangan dan gue juga enggak mau lo jadi target dia "ucapku 'kayak gue 'batinku dalam hati. Oh iya, aku masih kebelet pipis, "eum..Dei, gue mau pipis "ucapku, "o..oh iya silakan, sorry nutupin "ucap Deira yang langsung menyingkir dari pintu toilet.

Aku pun masuk kedalam toilet dan melakukan bisnis ku.

Dalam hitungan 30 detik aku pun keluar dari kamar mandi, ternyata Deira masih berada disana. "kenapa enggak ke kelas Ra ?"tanyaku, "enggak kok, cuman gue enggak enak aja sama lo "ucap Deira, aku pun mengangguk ngerti dan langsung mencuci tangan.

"Jul, gue bisa manggil lo Lia enggak "ucapan Deira langsung terngiang di kepalaku.

Kepalaku sedikit pusing, "eum, Dei gue permisi ke kelas duluan ya "ucapku yang langsung pergi menuju kelas. 'kenapa lupa minum obat segala 'ucapku dalam hati.

BRUGH!!!

"aduh maaf, permisi "ucapku tanpa melihat siapa itu tadi yang kutabrak, aku masih menjalankan kaki ku ke kelasku.

...

Saat upacara, Deira datang ke kelas ku menanyakan kabarku. Deira mengatakan kalau wajahku sangat pucat, katanya juga lebih baik tidak ikut upacara, "enggak Dei, gue kuat kok, palingan nanti ilang sendiri pusing nya "ucapku.

"gue khawatir aja "ucap Deira.

"gue nggak apa-apa, don't worry okay "ucapku yang langsung mendahului Deira, soalnya hanya tinggal kami berdua di dalam kelas, yang lain sudah berada di lapangan.

Dalam hitungan detik kemudian, semuanya menjadi gelap. Aku merasakan tubuhku menyentuh lantai yang terbuat dari balok es.

To be continued...

Diary For JuliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang