Hujan

19 4 3
                                    

-Kenangan manis kembali memenuhi pikiranku. Diiringi dengan hujan yang dengan setia menemaniku memikirkan kenangan-kenangan manis yang mungkin tak akan pernah kurasakan lagi. Satu kenyataan yang tak bisa aku tutupi adalah bahwa aku merindukanmu.- Kim Mingyu

''Anna-ya, bangunlah. Kita sudah hampir sampai.'' Ucap Mingyu kepada Anna saat bis mereka hampir sampai pada halte yang ada di pemberhentian dekat rumah Anna. Anna mengerang malas dan kaget saat mendapati bahwa ia ternyata tertidur, di bahunya Mingyu tentu saja.

''Hah... Eoh? Omo-ya... Mianhae (maaf) Mingyu-ya...'' Ia kaget dan langsung tersadar dari tidurnya.

'Aghh jinjja (yang benar saja), bodohnya aku...' Batinnya sembari menepuk dahinya pelan. ''Mingyu-ya jinjja mianhae. Aku nggak tau kalo aku tertidur...''

''Gwenchana (tidak apa-apa). Kamu capek banget kan. Yaudah, sebentar lagi kamu sampai di rumahmu, bersiaplah.'' Mingyu membalas hangat perkataan Anna dan melontarkan senyum ke arahnya. Lalu ia membantu Anna berdiri dan bilang kalau Anna harus tidur secepatnya kalau sudah sampai di rumah.

''Mingyu-ya, gomawo (terima kasih).'' Ucap Anna perlahan kemudian ia melambaikan tangannya sebentar kepada Mingyu. 

''Ne cheonmaneyo (iya sama-sama)...'' Balas Mingyu.

Lalu Anna meninggalkan Mingyu dan segera turun dari bis.

Mingyu tak melepaskan pandangannya pada Anna, bola matanya hanya tertuju pada Anna. Anna pun kembali melambaikan tangannya kepada Mingyu sesaat sesudah ia keluar dari bis dan berjalan ke arah salah satu gang yang tak jauh dari halte tersebut. Mingyu membalas lambaian tangan Anna dan kembali tersenyum kepadanya, untuk yang kesekian kalinya hari ini. Ia merasa sangat senang. Ia melemparkan pandangannya ke arah yang berlawanan, bisnya terasa sangat sepi.

Lalu suasana menjadi hening.

Hanya suara beberapa kendaraan yang melintas yang membuat suasana bis terasa menjadi sedikit lebih berisik dari sebelumnya. Ia melihat ke sekelilingnya, lalu kembali membalikkan kepalanya dan melemparkan pandangannya ke luar kaca jendela. Mingyu menyadari suara rintik-rintik hujan yang mulai memenuhi kesunyian di kala itu. Kaca jendela yang tadinya kering, sekarang sudah mulai meninggalkan jejak air yang hanya akan menghalangi pandangan orang untuk melihat ke arah luar bis.

Mingyu menyukai hujan.

Ia bisa saja memikirkan hal yang tak pernah ia pikir sekalipun, namun ia bisa memikirkannya ketika hujan turun. Dan satu hal yang paling indah mengenai hujan, kenangannya bersama Ayahnya yang kembali terlintas di dalam pikirannya.

'Aku biasanya bermain hujan dengan Ayahku dahulu.' Batinnya dalam.

Ia terus menatap hujan yang mulai turun dengan derasnya. Menyapu keheningan yang memenuhi bis itu. Lalu ia mendapati seorang anak kecil yang sedang berlari sendirian di tengah derasnya hujan, yang disusul seorang lelaki paruh baya yang cepat-cepat membagi payungnya dengan anak kecil tersebut.

'Appa (Ayah), aku merindukanmu.' Batin Mingyu.

Lelaki paruh baya yang berbagi payungnya kepada anak kecil itu tiba-tiba menggendongnya dan berlari berusaha menghindari hujan yang dengan derasnya turun dan akan membasahi tubuh mereka jika mereka tidak berlari melindungi diri. 

Lalu Mingyu tersadar.

Lelaki paruh baya itu adalah Ayah dari anak kecil tersebut. Ia tersenyum pahit dan mencoba menahan air matanya. Kenangannya bersama Ayahnya kembali memenuhi pikirannya. Lalu tanpa sadar, ia meneteskan air matanya dan menatap langit mendung sambil berbisik,

'Hei, apa hujanmu tidak bisa mengembalikan Ayahku lagi? Karena aku sangat merindukannya.'

***

Mian kalo chapter hari ini pendek dan akhir-akhir ini jarang up

Tetep setia ngikutin ceritanya yaa, hihi :**

Gomawo!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRREPLACEABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang