Jaehyun mengerang kesal, bagaimana tidak? Kepala divisi-nya meminta dia untuk ikut dalam acara tahunan rumah sakit. Tidak, bukan itu yang membuatnya kesal! Tapi dia harus tinggal selama sebulan di desa! Oh, harusnya dia meminta ayahnya untuk menghapus agenda tahunan itu. Dia bisa saja menolak tapi tidak mungkin karena ayahnya yang meminta, dia lebih memilih pergi ke desa daripada namanya dicoret dari kartu keluarga!
"Sudahlah Jae, kau hanya pergi sebulan, bukan selamanya. Lagipula aku akan ikut bersamamu bukan?" ucap Johnny. Dan oh, jangan lupa senyuman teduh miliknya, membuat para perawat yang sedang berkeliaran di sekitar bangsal rumah sakit memekik tertahan. Jaehyun diam, oh tidak, rayuan seorang Johnny Seo ditambah dengan senyuman hangat miliknya dari dulu dapat meluluhkan sisi keras hati sang sahabat.
"Baiklah aku akan memikirkannya lagi" balas Jaehyun singkat kemudian melirik arloji mahal yang berada di pergelangan tangan kirinya
"Kita ada jadwal operasi sejam lagi, lebih baik kita makan siang sekarang" Jaehyun melirik Johnny yang berada disampingnya, "Hmm, oke. Kita lebih baik makan di cafe sebrang, aku bosan dengan menu kantin. Tapi Jae, kau harus benar-benar memikirkan ucapanku tadi, okay? Anggap saja kita sedang berlibur, healing time! Lagipula sudah lama kita tidak menikmati udara bersih 'kan?" oh tidak! Jangan dengan rayuan lagi! Jaehyun tentu tidak bisa menolak rayuan si jangkung itu!
"Baiklah kita pergi. Sudahlah, jangan membahas itu lagi, biarkan aku menggunakan waktu makan siangku dengan baik," ucap Jaehyun final, lalu Johnny tersenyum senang "Baiklah, ayo, aku yang akan bayar"
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
"Hey, Jung Jaehyun! Ini hadiah dari para penggemarmu" Ten menyodorkan kardus berisi hadiah dari para pasien dan staff rumah sakit lain ke arah Jaehyun."Sudah kubilang jangan diterima bukan? Lagipula kau ini senang sekali merepotkan dirimu sendiri" Jaehyun melipat kedua tangannya di dada.
"Enak saja! Aku merasa tidak enak kalau menolaknya" Ten memberengut kesal, bagaimana sih Jaehyun ini? Punya banyak penggemar kok malah menolak, batin Ten "Ambil saja itu semua, aku tidak membutuhkan itu"
"Aish! Oh! Yuta, Johnny! Kemarilah!" Ten mengayunkan tangannya kearah mereka berdua, menyuruh mereka mendekat
"Kenapa?"
Ten tersenyum manis, lalu berkata "Ayo nanti kita pergi ke kedai samgyeopsal, bukankah Johnny dan Jaehyun akan mengikuti acara amal itu sebulan kedepan?""Baiklah, tapi aku akan mengecek keadaan pasien yang kemarin kecelakaan itu dulu. Lalu aku akan-"
"Ya ya ya.. Baiklah Yuta, lebih baik kau cepat. Sekarang sudah jam, hmm.. Setengah delapan malam. Kita bertemu di kedai biasa jam setengah sembilan, ok? Bye..." Ten melambaikan tangan kearah tiga pria tadi, lalu berlari menjauh.
Jaehyun melirik kedua temannya "Ayo pergi" lalu berjalan mendahului Johnny dan Yuta, dia berbelok memasuki ruangan dengan papan nama 'Dr. Jung Jaehyun' 'Ahli Bedah' itu. Jaehyun kemudian duduk di kursi nya lalu mengambil sekaleng soft drink dan dengan segera menegak minuman itu cepat, terdengar helaan nafas dari dokter tampan itu, matanya menangkap sebuah figur salah satu orang terkasihnya. Ibu dan adiknya
'Ibu, bagaimana kabar Ibu? Apa Ibu bahagia di surga sana? Pasti Ibu sudah bahagia dikelilingi para malaikat bukan? Ibu sudah bertemu Heejin?' batinnya sambil menatap sendu potret cantik mereka berdua.
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar dan Jaehyun dengan segera mengalihkan pandangannya ke pintu yang berjarak tiga meter dari meja miliknya itu
"Masuk""Dokter Jung! Terjadi kecelakaan bus di daerah Gangnam. Lebih dari tiga per empat korban dikirim ke rumah sakit kita. Kita kekurangan staff dan anda ditunggu di ruang operasi nomer empat"
"Baiklah aku akan segera kesana. Kau segera hubungi rumah sakit yang paling dekat dari sini dan kirim korban yang lukanya tidak terlalu barat dan tidak memerlukan penanganan khusus" Jaehyun berkata tegas, lelaki itu langsung menyambar jas dokter miliknya lalu keluar dari ruangannya diikuti staff tadi.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
It's (Not) My Fault -JaeYong-
Romance"Kesalahannya bukan terletak padamu. Kesalahannya terletak padaku, karena aku yang menolak perasaan ini, hingga aku mencampakkanmu, hampir meninggalkanmu untuk kesenangan yang semu, membiarkanmu terpuruk sendirian, lalu membuatku merasa terbebani ka...