17

8.5K 335 8
                                    

Happy reading 😊😊

Bel apartment yang berbunyi membuat Bisma meletakkan laptopnya dan berjalan ke arah pintu.

"selamat pagi Pak" sapa Reza.
"ini masih sangat pagi. ada apa ?"
"Dokter Evans ingin bertemu dengan anda sekarang juga Pak"
"sekarang ?"
"katanya ada hal yang sangat penting yang harus beliau sampaikan"
"apa mengenai penyakitku ?"
"Beliau tidak ingin memberi tahu saya dahulu Pak. Dokter Evans ingin bicara langsung dengan anda"
"tunggu sebentar, aku akan mengambil jaketku"
"baik Pak"
Bisma kembali masuk ke apartmentnya dan mengambil jas juga jaketnya lalu keluar bersama Reza untuk ke rumah sakit.
"kapan mommy akan datang ?" tanya Bisma sembari menunggu pintu lift terbuka.
"nanti siang Pak"
Bisma pun mengangguk mengerti.
*
*
*
Pukul 10 pagi, Annelise baru terbangun dari tidurnya setelah semalam mengadakan pesta kecil bersama teman-temannya untuk menyambut dirinya yang akan tinggal di kota ini.
Pantas saja ia kesiangan karena seingat Annelise, ia baru pulang ke apartment saat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.

Baru sehari Annelise ada disini tapi kenapa ia sudah merasa sangat bosan dan merindukan pria itu lagi ?

"sial !" dengusnya tak terima ketika benaknya kembali memikirkan Bisma.
"bodoh kau Annelise. kau memikirkannya hingga membuatmu sakit kepala sedangkan pria yang kau pikirkan mungkin sedang bahagia dengan wanita lain" ucap Annelise mengejek dirinya sendiri agar ia berhenti mengingat penghancur hatinya itu.

Wanita itu menghembuskan napasnya kasar "mungkin jalan-jalan dulu disini tidak buruk. Sebelum aku lusa kembali masuk kuliah" Annelise bangkit dengan semangat menuju lemari dan memilih pakaian yang sekiranya cocok untuk di kenakan hari ini.
Saat ini di New York sedang memasuki musim dingin. Annelise mengambil sebuah stelan coat juga celana jeans biru untuk acaranya hari ini.

Teringat akan ponselnya yang tidak ia jamah setelah tadi pagi sampai di apartment, Annelise cepat-cepat mencarinya di dalam tas yang ia bawa semalam.

Annelise terlihat bahagia mendapati 7 panggilan tak terjawab dari Vanesa dan Vanya.
Ia segera membuka group chat mereka.

Annelise terkekeh melihat Vanesa dan Vanya yang kesal semalaman karena pesan mereka tak di jawab Annelise.
Memang kemarin saat Annelise baru mengaktifkan ponselnya lagi, ia segera memberitahu Vanesa dan Vanya bahwa ia telah sampai.

Annelise mengetikkan chat singkat untuk keduanya lantas melenggang ke kamar mandi.
*
*
*
Suasana tegang seketika tercipta ketika Dokter berusia 40-an itu menjelaskan hasil pemeriksaan yang Bisma lakukan kemarin.

Kedua tangan pria itu sudah mengepal sejak tadi. Ntah harus bahagia atau sedih, Bisma tak bisa memikirkannya saat ini.

"mungkin hasil pemeriksaan anda di Indonesia tertukar dengan orang lain Sir, apalagi hasilnya keluar hanya berselang 3 jam pemeriksaan. Mungkin juga dokter sebelumnya salah mendiagnosa anda" Jelas dokter Evans yang melihat Bisma sangat marah.
Bisma menghembuskan napasnya kasar "jadi ?"
"anda baik-baik saja, Sir"
Bisma mengangguk satu kali lantas mengetuk meja dokter Evans dengan satu ujung jarinya.

"Mr. Bisma ?" sapa dokter Evans ketika Bisma sudah lama terdiam "anda baik-baik saja ?"
Bisma mengangkat sebelah bahunya acuh "ntahlah. Sekretaris saya akan menyelesaikan semua urusan saya disini. Terimakasih dokter, dan permisi"
"sama-sama, Sir" mereka berjabat tangan sebentar "silakan"

Bisma sekali lagi menyuap napasnya ke udara dengan keras saat keluar dari ruangan Dokter Evans. Menenangkan dirinya yang ingin meledak saat itu juga.

Reza sudah siaga menunggunya di depan sana.
Bisma langsung berjalan meninggalkan tempat itu di ikuti Reza dari belakang.

"anda baik-baik saja Pak ?"
"dokter mengatakan begitu, tapi aku merasa tidak" jawaban Bisma membuat Reza mengernyit bingung.
"maksud anda ?" Reza bertanya apakah Bisma baik-baik saja maksudnya perasaan pria itu yang terlihat marah saat keluar dari ruangan Dokter Evans.

Bisma menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Reza "tak pernah ada kanker dalam tubuhku"
Reza melebarkan matanya terkejut "maksud anda diagnosa dari Indonesia salah ?"
Bisma mengangguk malas.
"syukurlah. saya sangat senang mendengarnya"
"tak ada kanker, juga tak ada Annelise. kau bersyukur atas itu ?" tanya Bisma tak suka.
Reza tampak kikuk menatapnya karena merasa salah berbicara.

"oh sialan, bagaimana caranya aku meminta maaf pada Annelise ?" geram Bisma terlihat sangat frustasi.
"katakan saja yang sebenarnya Pak, nona Annelise pasti akan mengerti"
"kau tak mengenal Annelise" ucap Bisma sinis.
Reza memilih bungkam sekarang. Suasana hati Bisma sedang sangat buruk dan apapun yang akan Reza ucapkan pasti mendapat tanggapan negatif dari Bisma.

"Reza"
"ya Pak ?"
"jemput Mommy dan bawa pulang ke Indonesia"
"anda akan kemana ?"
"siapkan pesawat. aku akan ke Indonesia lebih dulu"
"baik Pak"
"jelaskan pada mommy jika beliau bertanya. aku akan di sibukkan dengan urusan Annelise"
"baik Pak. saya akan melaksanakannya"
"satu lagi. tuntut rumah sakit dan dokterku di Indonesia" Bisma merapikan jaketnya kemudian berjalan meninggalkan rumah sakit.
*
*
*
Kini, Annelise tengah duduk di sebuah halte Bus setelah 2 jam mengelilingi kota New York dengan sebuah Bus.
Annelise tak pernah merasa sebebas ini sebelumnya. Pergi dengan angkutan umum dan berhenti di semua tempat yang ia inginkan.

Namun, di tengah keramaian kota New York anehnya Annelise merasa sangat kesepian.
Bohong jika ia mengatakan tidak merindukan Bisma.
Bisma dengan segala sikap over protectivenya dan semua peraturannya. Annelise merindukan pria itu.
Pria yang perhatian dan selalu mencemaskannya. Annelise sangat merindukan omelan khawatir dari pria itu.

Perlahan kepala Annelise tertunduk saat merasakan hatinya kembali tercabik ketika mengingat Bisma mengatakan memiliki wanita lain. Annelise tak bisa menerima itu. Annelise berusaha menjadi seorang kekasih yang baik untuk Bisma. Ia selalu menuruti perintah Bisma walau ia tak ingin.
Annelise selama ini selalu bersabar pada kelakuan Bisma yang mengatur hidupnya sesuka hati. Hingga Annelise merasa mulai biasa dengan itu semua.
Dan kini saat Annelise benar-benar mempercayakan hatinya pada Bisma, akhirnya Annelise harus menerima saat dirinya ditinggalkan Bisma untuk wanita lain. Dengan keadaan hatinya yang ntah bagaimana harus di gambarkan sekarang.

ting !
Annelise mengusap air matanya yang mengalir ntah sejak kapan itu dengan cepat saat ponselnya memberikan tanda ada pesan yang masuk.
Annelise merogoh ponselnya dengan cepat dan membaca pesan yang masuk.

'ikutlah denganku nanti malam'

Annelise mengernyitkan keningnya mendapati pesan dari Monica.

'kemana'
Balas Annelise.

'bersenang-senang darling'

Annelise menggigit bibir bawahnya lalu mengirimkan balasan untuk Monica 'baiklah. jemput aku ya'

Annelise menghela napasnya saat langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi sedikit gelap. Annelise memutuskan untuk kembali ke apartment nya dengan Bus.

Cukup, hari ini cukup usahanya untuk mengenyahkan Bisma dari pikirannya.
Hidup terus berjalan, dan Annelise tak bisa terus diam di tempat !

Hidup terus berjalan, dan Annelise tak bisa terus diam di tempat !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 18 ada di Dreame dengan nama akun kiranoviani yes 😍

BARBIE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang