Yang terpikir di 00:15

288 7 0
                                    

Aku menulis ini di malam hari, pukul 00:15
Sudah berapa bulan kita saling mengenal
Mulai dari tak tahu, sebatas basa basi, berlanjut saling berbagi cerita dan canda tawa di tiap malam.

Kemudian malam kemarin kamu membuatku bertanya? Apa kamu memang seperti ini?
Lalu pernah melihatmu berbeda apakah salah satu kesalahan?

Lalu sekarang kamu hilang?
Apa aku telah memasuki zona hukuman darimu?
Atau kamu hanya ingin menghilang saja?

Kamu menghilang, tapi kamu tak benar-benar pergi, kamu menghindariku saja. Memasang batas. Kamu seperti sedang menghukumku.
Tapi kalau sudah tak digunakan, sebuah benda memang bisa dibuang. Anak panah tidak akan menangis, anak panah tidak punya perasaan. Lalu tanya dalam hatimu, apa aku ini benar-benar sebuah benda mati?

Katakan, beri aku petunjuk supaya jelas.
Supaya aku segera pergi dari tempat bernama penantian ini. Berhenti mengharapakan kamu akan kembali.

Terimakasih, karena mu aku sampai berani bangun di sepertiga malamku hanya untuk bertemukasih dengan sang illahi dan mendiskusikan perihal rasa.
Terimakasih, karena banyak sekali kebaikan yang kudapat dari apa yang kamu ucapkan.
Terimakasih, sudah mau membagi kisahmu denganku. Terimakasih, sudah mencoba percaya kepadaku.
Dan maaf, jika ternyata aku mengecewakan, jika ternyata tanpa aku sadar aku telah menjadi pengusik di malam-malam tenangmu. Maaf, atas segala yang tersembunyi dan tidak kau ketahui tentang dirimu di mataku. Kau bisa menganggapnya penghiantan. Tapi bagiku, mengatakan atau menyembunyikannya akan tetap berakhir sama, jika ini takdir tuhan.

Selama nyaris setahun ini, aku banyak mengalami jatuh bangun. Pokoknya terimaksih sudah mengambil peran yang cukup penting dalam hidupku.

Satu pesanku, tepati apa yang kamu ucapkan. Mieski pun itu tidak sesuai keinginanku, aku hanya ingin kau tepati ucapanmu. Berusahalah menjadi terbaik. Jangan melanggar meski sudah mendapatkan lampu hijau untuk pelanggaran itu.

Aku di sini hanya bingung, harus menjadi apa setelah ini... entah itu di hidupmu atau pun di hari-hariku. Rasaku dan harapku padamu tak bisa kupungkiri jika itu adalah jati diriku.

Do'akan aku, jangan benci diriku...
Jika di matamu aku kurang baik, do'akan aku supaya menjadi perempuan yang baik.

Jika pun berpisah adalah yang terbaik untuk kita, aku terima. Sebab aku masih yakin, pasti ada alasan kenapa tuhan mendekatkan kita beberapa bulan lalu, dan tuhan juga pasti punya rencana dan jawaban atas menghilangnya kamu dari hidupku. Apa itu, jelasnya aku tidak tahu. Tapi pasti sesuatu yang baik.

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang