Disclaimer: Naruto dkk akan tetap milik MK-sensei
Pairing: Always SasuNaru (yang lain nyusul)
Rate: T (berubah seiring waktu)
Warning: cerita ini mengandung unsur yaoi, boyxboy, boyslove, dan sejenisnya. Bagi yang tidak suka alias homopobic harap meninggalkan cerita ini dengan suka rela.
"Aku....."
Jawaban ragu-ragu Minato memantapkan keyakinan Naruto. Ia tak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Sedangkan Deidara merunduk menyembunyikan seringaian merasakan kemengangan yang mendekatinya. Perlahan Naruto melepaskan rengkuhan Minato. Dengan wajah teduh Naruto memberikan senyum tulusnya walaupun Minato mengetahui bahwa senyum itu penuh dengan luka yang terpendam. Naruto berjalam nemasuki kamarnya. Ia menutup pintunya pelahan seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk melakukannya.
"Aku mempercayainya Kushina. Mempercayai pura bungsu kita," ucap Minato. Tatapan Minato tak terarah pada sang istri maupun sang anak yang ia manjakan bagai hime. Akan tetapi irisnya tak sekalipun berkedip memandang lurus pintu si bungsu yang entah kenapa terasa dingin. Bahkan Minato tak memperdulikan teriakan kemarahan san instri atau-pun permintaan kepercayaan sang putri. Minato dapat melihat pintu yang menjadi objek pandangannya terbuka. Minato terdiap dengan apa yang ada di depannya. Bukan Naruto, tapi sebuah koper dan ransel besar yang menyertainya. Jantung Minato bedegup kencang. Ada kekhawatiran yang menelusup di hatinya.
"Na-Naru..."
"Aku putuskan untuk belajar mandiri Tou-san. Aku lelah dengan kehidupan penuh kebohongan seperti ini. Aku bukan malaikat yang tak memiliki emosi apapun. Ini semua aku lakukan agar aku tak berubah menjadi iblis mengerikan. Jadi, tolong terima keputusanku!"
Naruto melangkah seraya menyeret kopernya miliknya. Ia berusaha untuk tak memperduliakan teriakkan penolakkan dari sang ayah. Naruto memasukkan semua barang bawaannya ke dalam mobil sport orangenya. Sebenarnya Naruto lebih suka berjalan kaki tapi dengan swmua barang bawaannya itu? Tidak terima kasih.
Sebelum Naruto pergi, ia menyempatkan diri untuk menengok ke belakang. Dapat dilihat wajah sayu sang ayah yang bersedih. Sang ibu yang terus menatapnya sinis. Maupun sang kakak yang menyeringai penuh kemenangan. Dua puluh tahun ia bertahan di mansion megah ini dan sekaranglah saatnya untuk membebaskan diri. Terbesit sedikit rasa ragu untuk pergi apalagi ia tak melihat sosok Kyuubi. Naruto berharap Kyuubi dapat bertahan dan menemani Minato. Naruto juga berharap dengan kepergiannya sang ibu dapat sedikit saja merasakan rindu untuknya. Naruto segera melajukkan kendaraannya. Melaju kencang berusaha meninggalkan segala kenangan pahit dari masa lalunya.
"Sayonara," lirih Naruto.
-XxX-
Sinar matahari menerobos sela-sela gorden kamar mewah villa di atas bukit. Sepasang anak adam tengan bergelung nyaman di dalam selimut dengan keadaan telanjang. Jangan berpikir macam-macam! Walaupun kedua makhluk itu dalam keadaan naked bukan berarti mereka melakukan yang ia-ia.
"Ngghhh," sosok yang lebih kecil menggeliatkan tubuhnya. Iris ruby yang perlahan mulai terbuka memandang wajah kriput mempesona di depannya. Tanpa sadar ia tersenyum,"Ohayou 'Tachi."
"Ohayou Kyuu-chan. Tidurelah lagi!," perintah Itachi. Ia sangat suka acara bangun pagi dengan Kyuubi. Karena disaat seperti inilah Kyuubi dapat menjelma sebagai sosok manja nan penurut.
"Hmm," jawab Kyuubi seraya lebih mendekatkan dirinya pada Itachi untuk mencari kehangatan. Itachi terkekeh pelan melihat kemanjaan sang calon kekasih. Calon? Ya, walaupun mereka sudah sangat dekat dan telah memasuki taham saling jilat dan gigit, akan tetapi mereka belumlah resmi menjadi sepasang kekasih apalagi makan memakan. Iatchi tak mengerti dengan apa yang dipikirkan rubah di dekapannya itu. Mereka sudah sangat intim tetapi kenapa Kyuubi tetap kekeh tak ingin terikat dengannya. Itachi terus memikirkannya hingga tak menyadari bahwa Kyuubi tak lah tertidur lagi. Kyuubi mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Coz I Love You
FanfictionNamikaze Naruto tak pernah menyimpan dendam pada sang kakak yang telah merebut kekasihnya. Ia juga tak marah ketika sang kekasih memilih meninggalkannya. Kecewa itu pasti.Tapi tak semata-mata membuat Naruto menjadi tokoh antagonis dalam drama hidupn...