Enjoy!
[•]
"Rum, ayo lari. Kok malah bengong, sih." Alisha menyenggol lengan Narumi, hingga empunya tersentak.
Alisha menatap Narumi dengan khawatir sebelum menarik lengannya untuk berlari bersama.
Sejak tadi Alisha terus memperhatikan Narumi yang memandang Alisha dengan tatapan kosong. Alisha sudah mencoba melambaikan tangannya, juga tangannya tergerak untuk mencolok mata Narumi, namun hasilnya nihil. Narumi tak kunjung sadar akan kehadirannya.
"Rumi kenapa, sih? Ada masalah, ya?" tanya Alisha di sela-sela mereka berlari mengelilingi lapangan.
Narumi menggeleng, "Ah, nggak apa, kok. Eh, kayaknya Pak Tono udah nunggu tuh. Yuk Cha, kita kesana."
Narumi menarik Alisha bergerak ke tempat dimana Pak Tono melambaikan tangannya. Seluruh penghuni kelasnya pun ikut serta mengerubungi tempat olahraga mereka hari ini.
Matras. Pinggir lapangan. Sontak mereka semua mengerutkan dahi, bingung. Apa yang akan mereka lakukan dengan matras dipinggir lapangan?
"Pak, ini kita mau ngapain, sih? Kok ada matras dipinggir lapangan?" tanya Tika, sang ketua kelas. Sontak mereka semua melihat kearahnya dengan tatapan haru, seakan-akan mengacungkan jempolnya. Berani-beraninya ia bertanya pada Pak Tono, guru yang terkenal paling ganjen se-SMK Dharma Bakti.
Siapa, sih, anak SMK Dharma Bakti yang nggak kenal sama Bapak Tono Haryanto?
Kayaknya hampir nggak ada. Karna dia sama legendnya dengan Ibu Berty si Raja guguk. Beda Bu Berty beda juga dengan Pak Tono. Kalau Bu Berty terkenal dengan kekillerannya, Pak Tono terkenal dengan keganjenannya pada siswi-siswi SMK Dharma Bakti.
Bukan cuma ganjen, tapi juga mesum. Dia selalu menyangkutpautkan hal-hal sekitar dengan hal yang menurut para siswi sangat tidak patut untuk dibicarakan dalam lingkup pendidikan.
Narumi dan keseluruhan kelasnya membenci sosok yang bernama Tono Haryanto. Menurut Narumi, ia adalah pemenang guru dengan haters terbanyak di SMK Dharma Bakti. Mungkin itu akan terjadi kalau anak OSIS dengan teganya menambahkan kategori itu pada ajang penghargaan di hari guru nanti. Narumi berharap anak OSIS memiliki sikap tega agar pendapatnya dapat tercetus dengan baik.
Pak Tono bukan hanya ganjen. Namun, ia juga seorang koruptor kelas kakap yang mengincar uang berenang dan remidi dari para siswa-siswi.
Yup. Ia meminta para murid untuk menabung pada bendahara yang langsung ia tunjuk dengan tangan kotornya. Tidak berenang, tidak masalah, asalkan ia ikut menabung. Kalau tidak menabung, maka nilai kalian akan hangus. Begitu juga dengan remidi. Kalau saat kalian remidi tidak membayar sepeserpun, nilai kalian akan hangus pula.
Narumi dan siswa-siswi lainnya tidak keberatan jika disuruh mengeluarkan uang. Otomatis, waktu yang seharusnya dipakai untuk berenang, bisa dipakai untuk kegiatan yang lebih penting dari itu. Mereka semua tidak keberatan malah cenderung senang. Namun jika mereka sudah membayar tetapi nilainya masih dibawah KKM, itu yang tidak mereka senangi dan membayar seribu pun enggan. Itulah yang dilakukan oleh Pak Tono.
Kasus ini sudah beberapa kali diadukan dan Pak Tono juga sudah beberapa kali ditegur. Namun yang namanya manusia, pasti tobatnya sebentar saja. Ia menurut, melewati 1 bulan, lalu kembali menjalankan misinya sebagai koruptor. Susah memang. Narumi hanya berharap, ia cepat-cepat naik kelas agar tidak diajari oleh guru ganjen satu ini.
"Hari ini kita senam lantai. Rolling depan, rolling belakang, sikap lilin, dan khayang. Kita langsung ambil nilai."
Sengaja ia langsung mengambil nilai. Agar para siswi tidak bisa, dan ikut remedial dengan membayar 5 ribu rupiah. Dan mereka sudah tidak terkejut lagi akan sikap Pak Tono Haryanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA vs SMK
Teen FictionSMA itu isinya cowok berandalan. Banyak main daripada belajar. SMK dong, belajar dan banyak praktek lapangan. Lulus nanti, langsung terjun ke dunia kerja. SMA? Kuliahlah, inilah, itulah, ngabisin duit Orangtua! -Nar...