100 vote + 100 komentar gue lanjut. Kalo ga sampe segitu, berarti ini part terakhir yang kalian baca:)
Enjoy!
[•]
"Pertandingan ini dimenangkan oleh suduuutttt.. Biru! Dengan nilai 0-3." Wasit juri mengangkat lengan kiri Nigoro dengan tinggi. Ya, Nigoro menempati sudut biru.
Nigoro segera membungkukkan badannya, bersalaman dengan manager dan official dari tim lawan, lalu berhambur pada timnya sendiri.
"Hebat lo, Go! Juara pertama gini," ucap Sandy seraya menepukkan bahu Nigoro dengan bangga.
"Selamat, Mas! Kan, feeling gue emang lo itu pasti menang," sahut officialnya, Sesil.
Nigoro mengangguk. Mereka bertiga akhirnya melenggang bersama menuju pinggiran arena.
"Makan-makan, yok, Go! Ngerayain kemenangan lo, nih."
Nigoro menoleh, melihat kearah jam yang terletak tak jauh dari sana, lalu meringis. "Sekarang nggak bisa, Mas. Besok-besok aja gimana? Gue mau tempat cewek gue soalnya."
Sandy mengangguk paham. Ia tersenyum seraya mengulurkan air mineral. "Asal jangan pance aja. Tuh, kawan lo nungguin, samperin sana."
Nigoro balas senyum, lalu pamit dari pelatihnya. Dengan cepat ia mengguyur wajahnya, lalu berbalik dan berlari kencang menuju Rafly dan Arjuna yang sudah merentangkan tangannya.
"Emaaaaaaaakk! Bapaaaaaakkkk!"
"Ya Allah, anak Emak menang lomba! Akhirnya setelah beribu abad berlalu, anak Emak menang juga, nggak jadi blangsak lagi," kata Arjuna seraya menepuk-nepuk punggung Nigoro dengan tenaga yang terlampau kuat.
Rafly menggigit bibir bawahnya untuk kemudian tersenyum bangga. "Lo emang anak Bapak. Bapak bangga sama lo tong."
Setelahnya, 3 orang idiot ini tertawa lepas. Tak peduli tatapan sekitar. Tak peduli ucapan sekitar. Seolah-olah tempat ini hanya milik mereka bertiga. Déja vu, hm.
"Makan-makan lah, ya, inimah."
"Ke club, lah, minimal."
Nigoro mendelik pada Rafly yang sedang tersenyum bangga pada kata-katanya sendiri. "Club apaan, minum cola aja muntah, sok-sokan lo, Pli!"
Arjuna tertawa kencang. "Saoloh, masih inget aja lo, Guk."
Nigoro tertawa. "Eh, tapi kalo hari ini gue nggak bisa. Mau langsung tempat cewek gue, nih." Ia menaik-turunkan alisnya.
"Kutikut! Gue ikut, cum galecum!"
"Nggak-nggak! Apa-apaan lo kutu beras, ikut segala? Meracau suasana gitu? Ogah!"
Arjuna melotot. "Apa jangan-jangan lo mau praktek sama yayang gue, ya, makanya gue nggak boleh ikut?"
Sontak Nigoro meraih leher Arjuna untuk dipitingnya keras, sampai Arjuna mengaduh. Dengan kompak Nigoro dan Rafly menghadiahi Arjuna dengan jitakan-jitakan manjah. Arjuna mengaduh, lagi.
"IYA-IYA AMPUN! PERGI SANA LO BANGSAT, GAUSAH BALIK LAGI! EMANG ANAK KURANG AJAR LO YE!"
Nigoro dan Rafly tertawa. Kemudian mereka berlari sejauh mungkin, meninggalkan Arjuna yang tengah dihujami dengan tatapan kebingungan dari orang-orang sekitar.
Seraya tersenyum malu, Arjuna beranjak pergi dan bergumam pelan, "Anak sama laki gue sama-sama bangsat, rupanya."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA vs SMK
Genç KurguSMA itu isinya cowok berandalan. Banyak main daripada belajar. SMK dong, belajar dan banyak praktek lapangan. Lulus nanti, langsung terjun ke dunia kerja. SMA? Kuliahlah, inilah, itulah, ngabisin duit Orangtua! -Nar...