55. A little bit more

3.5K 263 57
                                    

Kalo ada waktu, mampir ke akunnya ynwlx19 yaa.. Ada Alodia si mulut cabe yang siap menghibur kalian!

****

Senyam, senyum, senyam, senyum.

Khanara paling suka dengan senyumnya Nigoro. Tetapi, entah mengapa untuk beberapa hari ini ia membencinya.

Sadar akan kenyataan bahwa senyuman Nigoro kali ini sama dengan senyumannya beberapa hari terakhir, membuat Khanara tambah kesal.

Sudah pasti tertebak bahwa alasan senyuman Nigoro kali ini adalah bekal dari Narumi sialan yang membuatnya hampir menggila.

Mengapa perebut itu selalu berputar pada kehidupannya dengan Nigoro? Mengapa ia begitu ahli merebut Nigoro darinya? Ugh! Kesal kesal!

"Ro, jangan dimakan, deh. Nanti sakit perut, lagi," rayu Khanara halus.

Memang. Semua makanan yang Narumi berikan kepada Nigoro, mendapat campur tangan Khanara. Oh--tentu saja dengan cara yang menakjubkan. Dan pilihan Khanara jatuh pada bubuk cabai yang berlimpah.

Ia menuangkan banyak sekali bubuk cabai ke dalam bakso yang Narumi beri, sehingga tak lama kemudian, Nigoro akan pergi ke toilet dengan perut yang melilit.

Jahat? Tentu tidak!

Lebih baik melihat Nigoro hilir mudik kelas—toilet daripada melihat ia tersenyum lagi-lagi karena pemberian Narumi.

Tetapi, lagi-lagi sialnya, Nigoro memaklumi. Ia pasti akan membalasnya--

"Nggak apa, lah. Dia belum tau selera gue aja."

Hais, Narumi, bisa nggak sih percepat perjalanan lo ke alam baka?

****

"Oro, kita ke kedai es krim dulu, ya! Ara pengin banget makan es krim vanila!" seru Khanara girang, dengan tangan yang melingkar sempurna pada perut Nigoro.

Nigoro menghentikan laju sepeda motornya, lalu menengok pada Khanara. "Kenapa nggak bilang?" Nigoro mengedarkan pandangannya, masih dekat dengan Sekolah. "Yaudah, lo tunggu disini."

"Kok gitu, sih?"

Sontak alis Nigoro menyambung. "Katanya mau ke kedai es krim? Gue mau tukar mobil sama Rafly bentaran."

"Loh, loh, kenapa gitu, sihh?" protes Khanara dengan nada kesal.

"Ya penyakit lo gimana?"

"Penyakit apaan sih? Ara nggak sa——" Sadar akan sesuatu, Khanara menghela napasnya. "Maksud Ara, ini nggak bakal ngaruh sama penyakit Ara, Oro. Angin nggak bakal ngaruh! Gu-"

"Udah lo diem aja. Lo tunggu sini, gue tukar mobil dulu," potong Nigoro cepat.

Dengan dengusan tertahan, Khanara turun dari sepeda motor Nigoro.

"Ara tunggu di bawah pohon deket SMK itu, ya. Di sini panas."

"Jangan. Disana sepi, rawan. Ntar lo kenapa-napa gimana?"

Khanara mendesah dengan sedikit tersipu karena Nigoro mengkhawatirkannya. "Disini panas, Oroooo. Disana aja, yah? Kan bentar doang."

Nigoro terdiam lalu menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah, seperti memberi komando pada Khanara untuk segera menyebrang jalan menuju pohon rindang milik SMK Dharma Bakti yang sudah sepi.

Disini terasa nyaman. Sinar matahari yang menyengat terhalang oleh dedaunan rindang. Jadi, ia tak perlu khawatir akan sinar ultraviolet yang dapat merusak kulitnya.

SMA vs SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang