Makna

1.7K 225 40
                                    


©𝓉𝓎𝒸𝒽𝒶𝓈𝓉𝒾𝑒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©𝓉𝓎𝒸𝒽𝒶𝓈𝓉𝒾𝑒

"Gue selalu suka orang-orang baru, tapi enggak dengan konsekuensi yang harus didapatkan untuk itu. Contohnya, kehilangan orang-orang lama. Sayangnya, hal-hal begini udah pasti merupakan siklus berkala. Coba gue tanya, berapa biji temen lo yang masih bertahan? Itungan jari. Sama-sama terus sampe lulus? Halah, basi!"

Hoseok Stefan Anggani


                                                                                               • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



• • •

04

Hari ini adalah hari senin, hari yang selalu dikutuk masal oleh hampir seratus persen orang-orang dari beragam kalangan, kecuali kaum pensiunan, mungkin. Class-meeting resmi berakhir sabtu lalu, dan sekarang sudah dihajar beragam macam tugas dari guru-guru.

"Tuh, gini, habis dibuat senang eh habis itu disiksa habis-habisan!" Angga buka suara, lalu menidurkan kepalanya di atas meja. Sedangkan Bang nampak menghela napas sembari menutup majalah sekolah yang baru terbit pagi ini. "Ngeluh terus deh, enggak ada bosen-bosennya?"

"Ya, gimana enggak dibikin ngeluh? Tersiksa raga abang dek."

"Lebay lu, Ndro."

"Bodo. Eh ... omong-omong, itu majalah sekolah?"

"Iya, terbitan sekolah. Tim kreatif keren juga. Class-meeting baru kelar kemarin lusa, artikel tentang Azka dengan titel Anak baru, Idola baru yang menang di cabang basket, atau tentang Alaska yang juga menang cabang voli udah mampu di-input dan diterbitkan lusanya, gila ga?"

"Gila-gila, liat." Angga yang semula malas-malasan akhirnya terlihat lebih hidup, sambil membolak-balik majalah sekolah dengan sebegitu semangatnya. "Ada kita juga cuy, mantep-mantep!"

cerita SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang