First Secret & First Fight

461 60 0
                                    

First Secret

Ya, disinilah aku. Menemani Jeonghan, sahabatku selain Jihoon, yang sepertinya sedang ingin cheese cake buatan kafe ini. Kafe yang dipenuhi lelaki tampan berkacamata. Seharusnya aku tahu Jeonghan memiliki maksud tersendiri mengajakku dan Jihoon sekedar untuk melepaskan hasratnya akan cheese cake. Seungcheol hyung. Aku mengenalnya. Jeonghan sepertinya menyukai lelaki yang menjadi butler di kafe ini. Atau bahkan mereka sudah berhubungan lebih dari yang kubayangkan. Berpacaran, mungkin.

"Terimakasih Wonie!" Jeonghan memelukku. Aku tak bisa menolak tampang cantiknya ini. Dia memang sangat cantik. Aku ragu dia ini lelaki. Tapi jika melihat dada yang rata dan bagian yang menonjol di bawah cepat-cepat membuatku kembali berpikir Jeonghan adalah lelaki.

"Dasar childish!" Celetuk Jihoon sambil menyeruput teh hijaunya.

"Jihoon!" Jeonghan memajukan bibirnya. Masih tetap cantik.

Aku hanya bisa tertawa.

"Tapi kuakui Seungcheolmu keren sih~" Jihoon menarik hidung mancung Jeonghan yang segera membuat wajah Jeonghan bersemu merah.

"Tapi, apa kau tidak cemburu melihat Seungcheol hyung melayani wanita lain?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah Seungcheol hyung yang sedang melayani segerombolan anak SMA.

"Cemburu tau! Sakit! Tapi, Aku tak bisa berbuat apa-apa. Seungcheol hyung suka. Aku hanya bisa meliat dari jauh saja." Sesaat Jeonghan tersenyum melihat Seungcheol hyung yang ternyata senyuman itu merupakan balasan terhadap senyuman Seungcheol hyung yang melihat Jeonghan dari tadi.

"Jeonghan bisa dewasa juga ternyata." Jihoon menerima pukulan di kepalanya dari Jeonghan.

"Eh, Aku kebelakang dulu, ya?" Jeonghan melap bibirnya sebentar dan pamit permisi ke belakang. Seem likes women do.

"Ck, kedua temanku ini semakin lama semakin mirip gadis." Gumam Jihoon pelan tapi masih bisa terdengar olehku.

Aku tersenyum.

"Owh, Shit!" Umpat Jihoon dengan paras terkejut.

"Kenapa Jihoon?" Tanyaku yang mengikuti pandangan mata Jihoon.

"Jangan Wonie!" Jihoon menarik kepalaku cepat. Memaksaku melihatnya. Wajahnya diliputi kekhawatiran.

"Kenapa Jihoon? Ada apa di belakang?" Aku sungguh penasaran dengan apa yang membuat Jihoon terkejut.

"Tidak ada apa-apa. Ayo temani aku ke toilet saja." Jihoon menarik tanganku dengan kepala yang masih tertahan dengan satu tangannya lagi.

"Kenapa sih?"

"Cerewet!" Jihoon tetap menarik tanganku sampai di depan toilet.

"Jangan kemana-mana! Tetep disini ajah! Oke?" Jihoon mewanti-wantiku seperti seorang ibu. Aneh. Kembali aku tertawa melihat tingkahnya.

Pintu toilet telah di tutup Jihoon. Aku yang berdiri di depan pintu hanya bisa mengotak-ngatik ponsel pintar kesayanganku. Ada foto Mingyu yang kuambil secara diam-diam ketika kami belajar bersama di perpus beberapa minggu yang lalu.

"Apa kau tidak berlebihan terhadap pelangganmu?" Suara seorang gadis mengusik konsentrasiku. Suara yang berada di di sudut lorong sana.

"Kalau pelanggan sepertimu aku tidak kan pernah menyesal." Suara itu? Suara yang sangat ku kenal. Ku mohon bukan dia.

Diam-diam aku melangkahkan kakiku menuju ke balik dinding yang menjadi asal suara itu. Hatiku menjadi sangat tidak tenang. Khawatir apa yang kutakutkan menjadi kenyataan. Seorang gadis dengan rok minim tersudut dengan tangan kiri sang lelai mengapit tubuhnya sehingga gadis itu seperti terkurung dalam kekuasaannya. Lelaki dengan pakaian yang sama seperti Seungcheol hyung, lelaki dengan kacamata berbingkai hitam yang bertengger di atas hidungnya. Lelaki yang baru saja kulihat fotonya dari ponselku. Lelaki yang bernama Kim Mingyu.

"Kau nakal!" Gadis itu tidak segan-segan mencium leher jenjang Mingyu yang lebih tinggi darinya. Mingyu membiarkannya. Tangan kanannya yang memegang soft drink dingin di sentuhkannya ke pahanya yang membuat gadis itu menggelinjang kegelian. Menyusuri paha putih yang memang betul-betul terekspos dengan jelasnya.

"Kau memang benar-benar nakal!"

"I am." Mingyu tersenyum.

Aku sudah tidak tahan lagi. Sudah cukup. Setetes air jatuh dari ujung mataku. Aku kembali menangis untuk seorang Kim Mingyu.

"Gyu?" Bibirku bergetar menyebut namanya. Aku sudah tidak peduli. Sudah tidak peduli lagi.

Mingyu menoleh kearahku bersamaan dengan wanita itu. Mimik terkejut Mingyu yang sedetik kemudian seperti tidak terjadi apa-apa semakin membuatku ingin lari dari sini.

"Maafkan aku." Aku sudah tidak sanggup lagi melihat semuanya. Ku mohon kenapa aku harus melihat semua ini?

"Ooo, Sial." Ujar Jihoon yang berdiri di belakangku tanpa kusadari.

...


First Fight

"Sudahlah Wonie, tak usah dipikirkan lagi, toh mereka belum ciuman." Ujar Jihoon sambil membelai punggungku. Aku menelungkupkan wajahku tidak ingin terlihat oleh Jihoon betapa lemahnya seorang Jeon Wonwoo.

"Dia jahat Hoon-ah!"

"I've told to you, he loves you very much."

"Kau berusaha menghiburku, bukan?" Aku mengangkat wajahku melihat Jihoon yang kemudian tersenyum.

"Trust me, It's better for you to take attention for your dearest teacher, Mr. Park."

"Tumben? biasanya juga tidur." Aku tersenyum kecil dan mengeluarkan buku catatan dari tasku.

"And got an E again? Oh.. not for this time. Bisa dipecat jadi anak, gila!"

Tiba-tiba saja pintu geser yang di belakang terbuka. Mingyu yang datang terlambat segera berjalan ke arahku dan menarikku.

"Hey? Kau mau apa?"

"Kim Mingyu!" Teriak Guru Park memanggilnya. Tapi Mingyu tidak memperdulikannya, dia terus saja menarikku keluar kelas. Berlari meninggalkan derap langkah yang berbunyi sangat keras di lorong yang sepi ini. Sampai ke atap.

"Kita harus bicara." Mingyu menghempaskan tubuhku ke dinding. Dia meletakkan kedua tangannya di sisi-sisi tubuhku. Sama seperti yang ia lakukan kepada gadis kemarin.

"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan." Aku memalingkan wajahku dari tatapannya yang sangat tajam.

"Cih! Alasan klasik! Manusia selalu mengatakan hal itu untuk lari dari masalah padahal mereka menginginkan penjelasan."

"Jangan samakan aku dengan orang lain lain!" Tanganku berusaha mendorong tubuh Mingyu agar mau melepaskanku. Percuma. Lelaki ini lebih kuat dariku.

"Kau ingin aku melakukan apa? Menciummu?" Mingyu menyeringai.

"Sama dengan yang kau lakukan dengan wanita kemarin? Tidak. Terimakasih"

"Sepertinya kau belum belum bisa di ajak bicara."

tbc.

First • Meanie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang