First Meeting & First Conversation

881 81 1
                                    

First Meeting

Musim panas pertamaku di sekolah ini. Udara terlampau panas hari ini. Baju seragam tipis yang ku kenakan saat ini sepertinya tidak membantuku untuk mengurangi gerah yang ku rasakan saat ini. Kipas kecil bewarna hitam masih ku kibas-kibaskan di leher. Apakah Seoul memang sepanas ini?

Anak-anak yang lain mungkin tidak memiliki pemikiran yang sama denganku. Mereka sepertinya tidak peduli dengan udara yang begitu menyiksa ini. Para lelaki itu masih berlarian di dalam kelas memperebutkan photobook terbaru Seulgi Red Velvet edisi musim panas. Ya, bisa kau bayangkan outfit apa yang digunakan Seulgi.

Yah wajar saja, sekolah ini khusus pria. Mereka mungkin butuh hiburan karena tak ada wanita di sekolah ini. Tapi, jangan salah, tak semua murid di sekolah khusus pria seperti disini butuh hiburan seperti itu. Karena sebagian dari kami 'biasa' melakukan hubungan sejenis. Hal yg lumrah untuk sekolah-sekolah khusus.

"Hey!" Jihoon merebut kipas hitam yang memang miliknya dari tanganku.

"Kampungan." Umpat Jihoon yang kemudian duduk di sebelahku. Aku hanya bisa memaklumi temanku yang satu ini. Sarkastik memang selalu menjadi ciri khasnya.

"Biarkan saja mereka. Mungkin dengan demikian mereka bisa merasakan indahnya hidup." Ujarku bijak sambil merebut kembali kipas dari tangan Jihoon.

"Hidup yang indah tidak membutuhkan sampah seperti mereka."

"Kau berbicara seolah-olah kau berumur 59 tahun."

"Begitukah? Mungkin." Jihoon hanya tergelak.

"Hey, kudengar ada murid baru yang masuk kelas ini." Jihoon menopang dagunya dengan tangan yang terlipat di atas meja.

"Kau selalu update dengan masalah seperti itu."

"Jangan salahkan aku yang setiap hari harus mendengar ocehan para guru centil membicarakan murid baru itu yang katanya begitu wah."

Kuakui baru kali ini aku menemui lelaki yang sangat kompleks seperti Jihoon. Dia berani mencoba semua yang dia benci termasuk menjadi anggota Taekwondo yang sama sekali bukan dunianya.

"Aku penasaran."

"You are."

"Permisi!" Pintu geser di depan kelas bergerak menyingkap seorang pria dengan kemeja putih dibalik jas musim panasnya, Guru Park. Di belakangnya berdiri seorang lelaki dengan seragam sekolah yang berbeda dengan kami.

Seragam sekolah swasta yang sangat elit. Sekolah yang tidak mampu ku masuki. Tapi kuakui auranya terpancar jelas ketika dia berjalan dan berdiri di depan memandangi kami semua. Kacamata yang sedang dipakainya membuat ia terlihat seperti a smart boy. Wajahnya yang tersenyum membuatku terpesona walaupun hanya sesaat.

Siapa dia? Diakah sang murid baru?

"Hai. Aku Kim Mingyu. Mohon kerja samanya." Ucapnya dengan senyum yang sempurna, tapi entah kenapa sedikit menyeramkan.

"Menarik juga." Ujar Jihoon.

"Memang."

"Hey". Sergah Jihoon sambil menatapku bingung. Aku hanya membalas dengan tersenyum.

.

.

.



First Conversation

"Mathematic! Suck!" Jihoon membanting pelan bukunya. Guru Park sedang di depan kelas. Menjelaskan persamaan trigonometri yang sangat kupahami Jihoon membencinya. Aku tersenyum melihatnya mengacak-ngacak rambut pirangnya.

"Let me sleep for a while, okey?" Jihoon mengubah posisinya. Melingkarkan tangannya di atas meja. Buku-buku yang ada di dalam lingkaran tangannya menjadi sandaran kepalanya.

Ya, memang begitulah Jihoon, tidur dimana saja dan dalam hitungan menit sudah bertemu dengan gelapnya mimpi. Aku kemudian melanjutkan memperhatikan si murid baru yang tanpa kusadari begitu mempesona. Bibirku tak berhenti-berhentinya menyunggingkan senyuman melihat tingkah lakunya yang begitu berbeda dengan yang lainnya. Unik.

Entah mengapa tiba-tiba aku mengalihkan perhatianku ke depan. Guru Park dengan kaki yang diketukkan secara berirama di lantai memandang ke sebelahku.

Ya, Tuhan! Jihoon kau mendapat masalah besar! Cepat bangun! Aku menggoyang-goyangkan tubuh Jihoon agar dia cepat bangun dari tidurnya. Tapi itu hanya tindakan sia-sia menyadari Jihoon tidak akan secepat itu bangun.

"Kau!" Guru Park melemparkan kapur tulis ke arah Jihoon. Tapi sial, aku yang tidak tahu apa-apa menoleh tepat ketika kapur tulis itu berada didepan mulutku membuat mulutku yang menganga entah maksudnya apa kemasukan kapur tulis sebesar kelingking. Sial!

"Ohk! Ohk!"

"Owh! Kau tidak apa-apa?" Guru Park berlari ke arahku. Tetapi dia terlambat, ada seorang lagi yang lebih dulu mendahuluinya. Dia membantuku mengeluarkan kapur yang sudah terlanjur bergulir ke dalam lambungku.

"Tidak apa-apa, ohk! Tidak apa-apa!" Aku masih berusaha mengeluarkan kapur tulis terkutuk itu dengan bantuan orang asing di belakangku yang belum sempat kulihat. Jelas sekali rona kekhawatiran dari wajah Guru Park.

"Kau harus di bawa ke ruang kesehatan." Ujar seseorang yang ada di belakangku. Ternyata dia yang membantuku. Mingyu segera membawaku dalam gendongannya. Ala pengantin dia membawaku berlari menuju ruang kesehatan. Dalam keaadan seperti ini aku masih terpesona dengan wajahnya yang dapat kulihat dari jarak 30 cm ini. Dia memang tampan.

"Seperti yang kau lihat. Aku memang tampan." ujarnya tiba-tiba yang segera membuat wajahku merona kemerahan.

"Ohk,,"


tbc.


Halo! Aku balik dengan fanfic yang baru, ah bukan, fic lama buatan kak AKY90 tahun 2011 di ffn. Dan fanfic ini, fanfic yaoi pertama yang ku baca pada tahun 2011 dan yang ngebuat aku jadi ketagihan baca ff dan ngebuat aku jadi fujoshi😂

Beberapa minggu yang lalu aku ngebongkar akun ffn terus ketemu fanfic ini lagi dan kepikiran buat ngeremake ceritanya. Jadi, aku cari sosmed kakak authornya dan minta ijin buat ngeremake. Terima kasih kak udah ngasih ijin hehehe♡

Ada yang pernah baca? Fanfic ini aslinya hanya 2 chapter tapi aku bagi jadi 5 chapter. Semoga menikmati^^

Jangan lupa Vommentnya~~♡

First • Meanie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang