7. Cruel Wedding

11.3K 692 6
                                    

"Clo, ada apa?" Tyra menatap penuh tanya wanita itu. Sebenarnya Tyra diundang untuk menghadiri pesta pertunangan Lynn. Tapi karena dia ada urusan yang tak bisa ditinggalkan, makanya dia tidak bisa hadir. Dan kini saat pulang ia malah mendapati Cloe dengan wajah ditekuk dan sedikit kacau.

"Clo, ada apa?" Ulangnya karena tak mendapati jawaban Cloe. Tyra mengikuti gerak Cloe yang menurunkan Shan Shan dan menyelimuti gadis kecil itu dikasurnya. Setelahnya Cloe berdiam lama di sana, menatap Shan Shan. Lalu perlahan Cloe mengelus rambut anaknya itu.

Tyra menghela napas berat. Seolah ia ikut merasakan beban Cloe meski tak tau apa akar masalahnya.

Cloe menghela napas berat.

"Kau mandi lah, ganti baju. Aku akan buatkan teh lemon hangat." Tyra berbalik, melangkah menuju pintu.

"Hufttt.." Cloe menghela napas. Bukan helaan sebab lelah, tapi lebih seperti helaan terluka. "Kau tau kenapa aku berbohong soal umur Shan Shan?" tanya Cloe terdengar samar dan jauh.

Tyra menghentikan langkahnya dan berbalik, memandang Cloe yang tengah mengelus pipi putrinya.

"Karena aku tidak ingin Shan Shan merasakan apa yang aku rasakan. Shan Shan berhak bahagia. Dan aku akan lakukan apapun untuk kebahagiaannya."

Tyra mengerutkan kening. Merasa kalau ada yang aneh dengan kata-kata Cloe.

"Cloe, apa maksudmu?" tanya Tura dengan suara tertahan. Tyra takut apa yang ia bayangkan adalah kenyataan. Dan Tyra benar-benar berharap dugaannya itu salah.

Lama Cloe memberi jeda, diam.

"4 tahun lalu, Kyle Brayant meninggalkan aku di Jepang,"  ujar Cloe membuat Tyra merasakan lemah di seluruh tubuhnya.

Dan Tyra akhirnya tau alasan di balik semua kekerashatian Cloe selama hampir sebulan ini.

Kyle Brayant. Laki-laki itu—ayah Shan Shan.

...

Romeo yang siang ini mengunjungi Kyle dengan niatan memalak laki-laki itu dibuat bingung dengan sikap Kyle. Dia sudah mendengar cerita Dean tentang sikap aneh Kyle. Bagaimana suramnya Kyle akhir-akhir ini. Padahal seharusnya dia bahagia karena bertunangan dengan wanita sekelas Lynn Blair. Siapa yang tidak menginginkan wanita se hot itu?

Tapi masalahnya adalah semua yang Dean ceritakan itu tidak benar. Tidak—lebih tepatnya tidak tampak. Sejak Romeo datang, yang ia dapat adalah senyum lebar Kyle. Tak hanya itu, Kyle tampak jauh lebih ramah dari yang terakhir Romeo ingat.

Apa Kyle baru saja terbentur sesuatu sehingga jadi sedikit gila sebab ada kerusakan di otaknya?

"Ini sebenarnya tidak aneh bagi kebanyakan orang. Tapi ini jadi aneh karena itu kau." Romeo menatap Kyle sebentar, mencoba menyusun kata yang tepat yang sekiranya bisa dipahami Kyle dengan mudah. "Hmm, kau tidak seperti Kyle yang aku kenal. Baiklah katakan saja kau bahagia karena baru saja bertunangan dengan Lynn. Tapi—tersenyum seperti itu dan bersikap amat ramah sama sekali bukan tipemu."

Tersinggung. Tidak. Kyle malah terlihat tenang.

"Apa kau salah minum obat? Atau kau memang segitu menyukai tunanganmu itu? Ugh—aku belum terbiasa dengan kata itu."

Kyle tergelak beberapa detik.

"Kau baik-baik saja, kan?"

"Tentu saja."

"Lalu kenapa kau aneh sekali?"

"Aneh?" Tanya Kyle balik. Tapi lebih terdengar seperti sebuah seruan untuk diri sendiri. "Aku tidak aneh. Aku hanya, apa ya namanya—mendapat apa yang aku inginkan?" tanyanya balik.

Kening Romeo mengerut. Tak mengerti dengan kata-kata Kyle yang terlalu ambigu.

"Baiklah. Untuk lebih mudahnya katakan saja aku sudah mendapat hidayah dan mengetahui apa yang harus aku lakukan." Kyle tersenyum. Memutar kursinya menghadap jendela dengan senyuman penuh makna.

"Apa maksudmu sebenarnya? Memangnya apa yang harus kau lakukan? Investasi sapi perah?"

Kyle tak menyahut. Hanya tersenyum penuh kemenangan. Dan ada keyakinan terucap di dalam hati Kyle. Bahwa ia benar-benar akan lega dan puas jika rencananya berjalan mulus.

...

"Cloesta, kau mau pergi?"

Cloe mengangguk mengiyakan pertanyaan dari salah satu teman mengajarnya itu.

"Hmm, apa kau buru-buru?"

"Tidak juga. Kenapa?"

"Hmm, aku awalnya ingin mengajakmu untuk meeting membahas acara di stasiun TV nanti."

Cloe melirik jam di pergelangan tangannya.

"Tapi ya sudahlah, kita bisa membahasnya nanti atau besok." Wanita berkaca mata itu tersenyum.

Cloe mengangguk kemudian berlalu. Ia menghela napas. Baru ingat kalau ia sudah berjanji menghadiri sebuah acara di stasiun TV. Kenapa ia bisa lupa?

Cloe menekan pedal gas. Melupakan dulu masalah acara karena ada yang harus ia selesaikan dulu.

Begitu sampai di tempat janji, Cloe tak perlu bersusah payah mencari orang yang ingin ditemuinya. Sebab yang dicari tengah mengangkat tangan, melambai ke arahnya dengan senyuman lebar.

Cloe mengerutkan kening.

Apa Kyle Brayant baru saja terbentur sesuatu?

***
TBC
18.01.2018 — 16.10

Cruel Wedding [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang