II. Arkhan Kafeel Radeya

106 10 0
                                    

Entah apa yang ada dipikiran Arkhan, hingga membuatnya nekat menarik tangan gadis yang sedang berdiri diluar kelas yang sudah ia pastikan bahwa gadis itu pasti sedang dihukum.

Ini adalah kali pertama Arkhan membawa seorang gadis pergi ke kantin bersamanya. Pasalnya dia selalu sendiri, ia juga jarang ke kantin, dia lebih sering menghabiskan waktunya sendirian sambil membaca buku ataupun novel-novel miliknya.

Saat ini Arkhan dan Nata sedang menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang sedang bolos pelajaran ataupun jamkos. Tapi Arkhan tidak memperdulikan itu. Ia fokus mengerjakan tugas yang belum selesai ia kerjakan. Berbeda dengan Nata yang kini tengah terpesona dengan ketampanan malaikat di depannya.

Ternyata bener kata temen-temen si Arkhan emang ganteng. Ganteng banget malahan. Nata baru percaya bahwa seorang Arkhanan Kafeel Radeya memanglah tampan. Nata jarang melihat cowok idaman sekolahnya itu, kalaupun melihatnya pasti hanya sekilas saja.

"Astagfirullah, cobaan apalagi yang Engkau berikan?" Lirih Nata, ia berusaha mengalihkan pandangannya dari cobaan yang menurutnya paling berat. Lelaki itu membuka dua kancing teratas seragamnya dan melonggarkan dasinya. Uh, bisa khilaf ni gue!

Lelaki bermanik abu kehijauan itu  merasa bahwa gadis dihadapannya itu memperhatikannya terus. Ia tahu bahwa wajahnya itu tampan, sangat tampan. Nyaris sempurna. Tapi ia juga merasa risih jika ada orang yang memperhatikannya yang seolah-olah ingin melahapnya. Sepertinya keputusannya salah, sungguh ia menyesali perbuatan bodohnya ini.

"Ngapain?" Suara berat Arkhan mengintrupsi Nata dari lamunannya. Membuat Nata sedikit terkejut.

"Eh eng-enggak kok... gak ngapa-ngapain." Jawab Nata menundukan wajahnya karena malu sudah tertangkap basah memperhatikan Arkhan.

Bege! Bege! Begeee!!! Rutuk Nata sambil memukul-mukul kepalanya.

Arkhan bangkit meninggalkan Nata yang masih merutuki sikap bodohnya itu. Berjalan santai menuju kelas XI IPA B, menyusuri koridor-koridor kelas dengan gagah, pandangannya lurus dengan dagu yang sedikit ia angkat, apalagi ditambah dengan dua kancing teratas seragamnya yang tadi sengaja ia buka namun masih dengan dasi yang menggantung tidak rapi. Badboy bangeet.

Sesampainya dikelas ia berjalan masuk tanpa mengucap salam, tidak sopan memang, tapi itulah Arkhan, semua guru disekolah itu tahu bagaimana sikap muridnya yang satu itu. Cukup dengan menganggukan kepalanya sedikit saja semua guru pasti akan mengijinkannya masuk.

Semua orang mengakui bahwa Arkhan sosok tampan, seksi, pintar dan punya aura ketegasan yang kuat. Tapi sayang, lelaki itu tidak bisa menjadi sosok yang sempurna. Kurangnya sopan santun dan minimnya ruang sosial menjadikannya terlihat buruk.

Guru berkepala botak dan berkacamata tebal itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia heran dengan Arkhan yang selalu mendapat niali terbaik dimapel Fisika maupun dimapel lainnya, padahal Arkhan sering bolos jam pelajaran. Dan yang membuat guru itu tambah bingung adalah dua bulan lalu Arkhan mendapatkan juara 1 dalam Olimpiade Matematika.

"Arkhan darimana kamu mendapatkan jawaban nomor 4 ini?" Tanya pak Harjo.

Arkhan mengedikkan bahunya tidak sopan, "Saya dapat jawaban itu karena saya tau dari buku, pak."

"Bagus Arkhan! dari 26 siswa dikelas ini hanya Arkhan lah yang jawabannya benar semua. Tapi lain kali kamu kumpulin tugasnya bareng dengan yang lain," Puji pak Harjo pada Arkhan membuat semua siswa melongo kaget, karena dari beberapa murid di kelas itu hanya ada satu anak yang mendapatkan nilai sempurna. "silakan kamu boleh duduk."

Arkhan duduk sendirian dibangku paling pojok, dengan tenang tangannya membuka tiap-tiap lembar halaman novel action-nya, membaca dengan tenang hingga tidak ada yang tahu kalau dia sedang membaca novel bukan belajar.

- I T 'S A R K H A N-

***
Enaknya jadi Arkhan... Author pengen jadi kayak Arkhan...

IT'S ARKHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang