Beautiful Song

79 10 3
                                    

"Amy." Suara yang sangat kukenali mengalihkan perhatianku dari embun musim dingin di jendela. Dia Ces, sahabatku. Dan dia satu apartemen denganku. Lebih tepatnya ini adalah apartementnya. Dia baru kembali dari berlibur. Dia terlihat lebih berisi dan bugar. Pipinya merona karena hawa dingin.

Ces mendekatiku yang hanya tersenyum kikuk di ranjang. "Apa yang terjadi?" Tanyanya tampak khawatir mengecek suhu tubuhku dengan punggung tangannya. Lalu kami tertawa.

"Tidak ada." Sanggahku cepat setelahnya. Mendengarnya ia menghela nafas.

"Kau terlihat buruk nona Amy."

"Ayahkuku bilang aku selalu cantik."

Ia kembali tertawa dan memelukku. ia terlihat sangat merindukanku. "Kau bau." Gurauku menutup hidungku dan berusaha mendorongnya.

"Ibuku bilang aku selalu wangi."

"Pergi mandi dan buatkan aku makanan. Perutku melilit karena pasta." Kupegangi perutku yang memang perih dan merajuk padanya.

Ces mencebik. "Sudah kuduga. Selama tidak ada aku, kau makan mie dan saos bodoh itu." Ia segera beranjak ke dapur untuk memasak sesuatu.

"Kau tidak mandi dulu?" Tanyaku.

"Makanan untukmu lebih penting." Katanya. Ces seperti ibuku jika sudak seperti ini. membuka kulkas dan mencari bahan mentah yang bisa dimasak.

"Dua minggu nona Amy. Aku pergi dua minggu kau mengerti. Kau manusiakan?" Ocehnya segala macam ketika menemukan tumpukan sayur kering dan busuk yang ia beli dua minggu lalu. Aku tidak menyentuhnya karena tidak bisa memasaknya. Ia pun menghela nafas. Ia harus pergi berbelanja sekarang juga dan memasak. Atau aku mati overdosis makanan instan.

Omong-omong kami adalah pelajar kelas satu, ah.. kami sudah kelas dua besok. Tingkat Menengah atas di salah satu sekolah seni modern terkenal di kota. Namaku Amy. Putri satu-satunya dari pasangan petani miskin nun jauh di pelosok sana. aku terkenal cupu dan disigkirkan. Tetapi aku bukan kutubuku berkacamata. sekolah elite bukanlah tempat seharusnya bagiku.

Aku ini pembawa sial. Semua alat musik akan buruk jika kumainkan, akan rusak jika lama-lama kumainkan. Jika aku punya hamster atau peliharaan, mereka akan mati setelah dua hari. Aku tidak pandai berdandan. Pakaianku tidaklah bergaya dan murah. aku tidak bisa memasak dan tidak rapi. Nilaiku sangat jelek dan berada di peringkat terakhir. Tidak ada guru yang menyukaiku.

Jika aku ingin, aku bukanlah pemalu dan kuno. Hanya saja, aku tidak punya kemampuan yang membanggakan. Aku payah dengan pianoku. Aku tidak lemah. Aku punya kekuatan.

Ketika aku ingin menyerah dan lari dari kecaman mereka. Salah satu dari mereka menemuiku dan akhirya membuka suara setelah selalu diam di hadapanku.

"Tinggalah bersamaku. Kita adala teman." Katanya penuh semangat dan senyuman yang cantik.

"Memangnya siapa yang menghajar anak-anak brengsek minggu ini." yah, aku menyelamatkannya dari anak preman saat ia pulang ke apartemennya.

Ces Georganet. dia berbeda denganku. Berasal dari keluarga mapan dan mempunyai banyak teman. Meskipun
berteman denganku, ia tetap mampu menjaga pertemanannya dengan mereka yang membenciku. Ces sangat populer dan berbakat. Sedangkan aku, bahkan guru di sekolah tidak mengakuiku.
***

Pagi ini kembali seperti sebelumnya. Mungkin ini adalah tingkatan baru yang akan kami jalani untuk menjadi lebih dewasa. "Kita tidak satu kelas." Gumam Ces kecewa. Kami berdiri di depan papan pengumuman.

"Setidaknya kau masih bersama mereka." Ujarku menghiburnya. Telunjukku menunjuk deretan nama teman - teman populer Ces.

Ia langsung tampak baikan. "Jessie. Aku harus menemuinya. Mungkin kami akan duduk bersama dan kelas akan menjadi menyenangkan." Katanya.

ELLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang