Blue Rose 2

32 5 0
                                    

Haiii.....

Tinggalkan vote dan komentar teman...😁😉

Oh ya, saya gk yakin menentukan penampakan(?) Daniel atau Amy atau karakter lainnya. Jika ada yg punya orang atau tokoh yg menggambarkan karakter d sini kasi tau ok!🤗🙏

Happy reading~~~





"Apa kalian tidak ingin bergabung? Sudah lama Daniel tidak menerima tamu."

Aku semakin menciut bahkan menempelkan punggungku pada Daniel Ellan.

"Jangan takut. Agar aku bisa melihat dirimu."

Suara itu ramah. Namun sangat mengerikan di telingaku. "Dia Amy Fyleds. Kami akan bermain di atas. Dan kami sudah makan di luar." Kata Daniel santai dan mulai beranjak ke sisi ruangan.

Hanya aku yang sedang berhadapan dengan keluarga ini sekarang.

Aku bingung dan canggung. Apa yang harus ku lakukan. Bagaimana caraku menyapa mereka.

"Selamat datang Amy. Kau tak perlu bertingkah seperti itu." Ku lihat pria parubaya itu tersenyum. Aku sedikit tersenyum lebih baik.


Selain pria itu, ada sekitar dua belas pria lainnya yang melanjutkan makan tanpa terganggu. "Malam ini hidangan sangat lengkap. Tapi ternyata kalian sudah makan. Sayang sekali."

"Terimakasih. Anda sangat baik."

Aku mengamati sejenak hidangan yang tersaji. Ada banyak steak berukuran besar di sana. akan tetapi aku masih punya urat malu.

Jika aku tidak salah lihat, hidangan yang paling dominan adalah telur yang diolah dengan saos merah.

Usus juga diolah dengan saos merah. Daging, mie, sup dan lain-lain. Mungkin mereka penggemar saos merah. Semuanya mengingatkanku pada mimpiku saat tertidur tadi. Puluhan bola mata yang tercecer dan digenangi darah segar. Seperti baru dicongkel dari tempatnya.

Aku tersadar ketika Daniel Ellan menarikku dan kembali menuntunku menuju tangga. Meninggalkan perasaanku yang dibuntuti sesuatu yang tidak baik. Gelap. Itulah yang kurasa mengikutiku dari belakang.


Daniel membawa dua toples camilan. Permen jelly dan kepingan coklat. Aku suka mereka.

Ia membuka sebuah pintu yang terlihat lebih modern daripada pintu-pintu lainnya. Dibalik pintu, ada lorong-lorong bergaya bak hotel. Mungkin bagian ini adalah bagian yang tidak klasik dari rumahnya. "Ini tempat kamar kami."

"Kami?"

"Aku dan saudara-saudaraku. Sedangkan ayah tinggal di lantai bawah bagian yang lain."

"Rumahmu sangat hening dan tenang. Kelihatannya mereka menyukainya."

"Tenang saja. kami suka musik, karena itu ruangan dan bangunannya berbeda. Agar kami tidak mengganggu Ayah."


Kami menyusuri lorongnya.

"Banyak sekali kamar. Terlalu banyak kamar dibandingkan kau dan saudaramu."

"Banyak ruangan yang dikhususkan untuk beberapa hal. Ada lima puluh kamar."

Aku terkejut Tuhan. Seberapa kaya Daniel Ellan dan keluarganya. "Ini kamarku." Ia menunjuk satu-satunya kamar berpintu putih disana.

"Kemudian ini kamar kakak tertuaku." Pintu selanjutnya terlihat lebih klasik dengan lukisan mawar merah.

"Lalu.." pintu berikutnya terbuat dari kaca. "Ini ruangan piano kakakku."

Bagus. Ada sebuah piano hitam disana. Serupa dengan piano di sekolah. Daniel Ellan menggeser pintunya dan mempersilahkanku masuk.

ELLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang