Daniel

46 5 4
                                    

Tinggalkan vote dan komentar 🙏.

Sedih akutu😔
Jangan sider ah!!!

Aku benar, itu suara langkah di belakangku. Aku masih diam dengan buku yang ku tutup dan kupegang kuat-kuat. Bersiap menghantam wajah orang yang menakutiku sekarang ini.

Langkah itu semakin dekat ke arahku hingga terdengar berhenti tepat di belakangku.

"Siap-"

Buagh!

Dia hanya diam dengan mata terpejam. Kurasa ia kesal. Aku belum menurunkan tanganku. Buku yang kubawa berhasil menciumnya penuh kasih sayang.

Aku tersadar dan menjauhkan bukuku dari wajahnya. Pria ini pun membuka matanya. Dia punya mata coklat dan rambut yang hitam. Persis seperti foto kekasih Alena.

"Aku boleh tinggal di sini." Kataku.

"Siapa yang mengizinkanmu?"

"Da-niel." Jawabku lirih. Aku benar-benar tidak terbiasa memanggilnya dengan nama depan.

"Letakkan itu." Katanya. Kurasa ia bicara tentang buku ini.
Aku hanya menurut dan meletakkannya.

Ketika aku menoleh untuk meletakkan buku di maja, aku merasakan ia pergi. Dan aku hampir saja menjerit sekuat mungkin. Pria itu tidak pergi dengan melangkah keluar. Dia menghilang begitu saja.

Lututku terasa lemas. Aku berlari cepat-cepat keluar kamar. Semua lorong terlihat sunyi.

Apakah Daniel Ellan ada dikamarnya. Aku mencoba mengetuk pintunya yang dinginnya sangat terasa.

"Da," Meneguk ludah sebelum melanjutkan ketukanku. "Ellan."

"Bu-buka pintunya. Hey cepatlah." Aku merasa semakin tidak enak.suasananya semakin dingin. Sama seperti di luar ruangan.

Harusnya aku dapat mengasumsikan lebih awal, ini bukan rumah orang kaya. Ini adalah rumah angker. Sesuatu tengah menerorku saat ini.
Selama 17 tahun

keeksistensianku sebagai makhluk hidup, aku tidak pernah bertemu hantu. Aku tidak pernah takut pada mereka, karena aku tak pernah merasakannya. Dan kini aku merasakannya. "Ellan buka pintumu bodoh!" aku semakin menjadi menggedor pintunya. Mungkin seperti mendobrak pintunya.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan kemana aku seharusnya mencari Daniel. Ketika aku berbalik, pintu kamarku tertutup rapat dengan sendirinya. Suhu semakin minus, seolah aku berada di tengah lapangan bersalju.

Aku harus keluar dari sini.
Selangkah. Belum, aku belum mendapatkan satu langkah. Wajahnya tidak jelas.

Diselubungi urat-urat hitam yang akan menelannya. Dia bermata merah menyala seperti berkobar dengan tenang.

Aku tidak bisa bergerak.

Membiarkan sesuatu dari bagian kiri tubuhnya mendekatiku. Benda yang ada di antara lembut dan kasar itu menyentuh permukaan pipiku. Rasanya ada diantara panas dan dingin.

Pandanganku mengabur yang kusadari karena air mata. Aku bahkan tidak mampu berkedip untuk menghalaunya.

Pria itu menyeringai. Dia bertaring seperti vampire. Tidak dapat dihitung, berapa detik waktu untuknya mendekatiku. Benda hitam dan besar itu semakin menekan diriku. Tetapi aku tetap tak bergeming. "Le-zat." Suara yang sangat serak, dalam dan arogan. Aku terjatuh setelahnya.

Dengan langkah tak lurus aku berlari menjauhinya. Rasanya seperti tak bisa bernafas untuk beberapa langkah.

Lampu di sepanjang lorong padam satu persatu. Berlomba untuk menenggelamkanku dalam kegelapan. Lima puluh kamar terasa sangat jauh untuk menemukan jalan keluar.

ELLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang