5 - Sebelum kejadian

33 8 4
                                    

Ravi dan keempat temannya tiba di kantin dan matanya langsung mencari-cari sosok Nova diantara puluhan murid lain yang tengah makan di meja masing-masing.

"Psst. Rav! Itu Nova nya.." bisik Rian yang berdiri disampingnya sambil menunjuk ke arah gadis incaran Ravi.

Di sana Nova terlihat sedang asyik meminum jus jeruknya sendirian.

Seperti kata Faldi, Dila memang tak ada disana bersama Nova. Mungkin ini kebetulan yang akan menguntungkan Ravi.

Tanpa pikir panjang, Ravi langsung berjalan santai ke arah Nova. Sesampainya dibelakang Nova, ia langsung menyapa Nova yang belum menyadari akan kehadirannya tersebut.

"Hai, Nov" sapa Ravi dengan senyuman lembutnya, memperlihatkan lesung pipinya yang menambah sisi imut pada dirinya.

Menyadari ada sapaan yang tertuju padanya, Nova menoleh ke sumber suara. Ia mendapati seorang cowok yang tingginya sekitar 170 cm, rambut ikal berwarna hitam, dan lesung pipi yang daritadi ia tunjukan.

'Hoho! Akhirnya dia datang juga ya!' Nova membatin sambil menatap cowok itu dari atas sampai bawah.

Nova menelan ludahnya.

'T-tapi.. Dila bener juga sih.. Ravi ini.. G-g-ga-ganteng juga sih' Nova kembali membatin di dalam hatinya.

Ravi yang daritadi menunggu jawaban Nova kini bingung.

'Lah nih cewek kok diem aja sih? Mana liatin gua mulu lagi' Ravi mengerutkan keningnya, heran dengan Nova yang masih memperhatikan dirinya dari tadi.

Ravi pun mengibaskan tangannya di depan mata Nova, "Halooo? Ada orang nya? Lu kesurupan?"

Mata Nova langsung membelalak ketika dirinya yang terciduk lagi melamun menatapi cowok itu.

"Aaaa! Jangan geer ya! Gua gak lagi liatin elu kok!"

"Hah? Tapi kan gue gaada ngomong kalo lu lagi liatin gue.."

Nova pun terdiam.

Ravi juga diam.

Keduanya diam. Hening.

"Ah, gini. Gua mau ngomong sesuatu sama lo" Ravi akhirnya memecah keheningan dengan angkat bicara duluan. Ravi yang daritadi berdiri kini juga pindah duduk ke kursi yang berada disamping Nova.

"Ngomong apaan? Cepetan, gue sibuk!" sifat dingin Nova kepada cowok yang mau menembaknya kini kembali lagi. Nova memalingkan wajahnya dan kembali meminum jus jeruknya yang sudah hampir habis itu.

"Gua suka sama lo. Gua jatuh cinta sama lo. Gua luluh sama lo!"

"UHUK!" Nova tersedak saat meminum jus jeruknya, cowok ini blak-blak an banget!

"Haaah? Suka sama gue? Lu bercanda?"

"Gua serius!"

Hening.

'Astaga dragon! Ternyata yang dikatain Dila bener! Ravi nembak gue beneran!' Nova membatin.

"Jadi... Gimana nih?" Ravi mencoba meyakinkan Nova, memastikan jawaban yang akan didapatkannya.

Nova menggelengkan kepalanya dengan kasar, mencoba membuang rasa takjubnya kepada Ravi yang mulai menyelimuti pikirannya,

'Gak! Seorang Nova nggak boleh luluh sama cowok! Dia adalah target yang bakal lu tolak selanjutnya! Sadar Novaaa!!!' ia berteriak dalam hati.

"E-ehm," Nova kemudian mengambil nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

"Nggak. Gua gak tertarik sama playboy kek elu! Bisanya cuma mainin cewek! Najis!"

Najis.

Najis.

Najis.

Kata itu langsung terngiang-ngiang di kepala Ravi.

Dan karena suara nyaring yang ditimbulkan Nova, membuat seisi kantin terdiam dan semua pasang mata kini tertuju pada mereka berdua.

Was wes wos~

Kini orang-orang yang berada di kantin dan sekitarnya membisik satu sama lain. Mereka juga menatap Ravi dengan kasihan.

'APAAAAA?! gua barusan... DITOLAK?!' Ravi yang masih duduk disamping Nova lalu mengacak-acak rambutnya. Masih belum percaya apa yang terjadi sekarang.

Playboy yang konon belum pernah ditolak... SEKARANG UDAH DITOLAK?

'Anjir! Nama baik gue! Malunyaa—' Ravi menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang daritadi dilihat oleh seisi kantin.

Tiba-tiba Faldi, Rian, Angga, dan Aldo datang ke tempat kejadian.

"E-eh.. Ravi, lu dipanggil bu BK! Cepetan!" teriak Angga sambil menarik lengan Ravi pergi dari tempat itu.

Dan setelah pergi menjauh, mereka berlima menghilang dari tempat itu dan isi kantin kembali dengan aktivitas mereka masing-masing.

"Novaaaa!" Dila datang sambil membawa semangkok soto yang daritadi ia antri.

"Oh sini, Dil! Cepet!" ucap Nova dengan tidak sabar.

Dila pun datang sesegera mungkin dan duduk dibangku tepat bekas duduk Ravi tadi.

"Apaan, Nov? Oh iya, daritadi ribut-ribut di sini ada apaan ya? Gua ga liat, ntar antrian soto gue diambil" ungkap Dila sambil menyiapkan sendok dan garpunya.

"Itu keributan gue yang bikin!," bisik Nova sambil menatap Dila, "gua tadi ditembak sama Ravi..." Nova melanjutkan bisikannya.

"HAH? BENERAN? LU TERIMA NGGAK?!"

"Santai njir! Gausah ngegas! ...hm, lu tau lah jawaban gue"

"Hah..," Dila menghela nafasnya, "lu tolak lagi?"

Nova hanya mengangguk ragu, mungkin saat ini Nova memiliki rasa penyesalan 0,0000001 % karena menolak Ravi.

"Lu nyesal gak nolak dia?"

"Hmm.." Nova terlihat ragu akan pertanyaan yang diajukan Dila.

"Nov, lu suka sama Ravi?" tanya Dila sambil menuang kecap ke sotonya.

"Ng-nggak mungkin lah! Hahah..."

Ya, dulunya Nova berjanji dalam dirinya jika ia tidak akan pernah menerima cinta dari seorang cowok dan tidak akan pernah memiliki rasa suka kepada lawan jenis.

Tapi hari ini Nova cukup ragu? Kenapa ini?

'Aku hanya melihat tampangnya saja! Dan dia itu playboy! Kenapa aku ragu menolaknya?' batin Nova sambil berpikir keras.

Nova benci .. Sekaligus senang akan hal ini.



[haii semuanya :3
Jangan lupa tinggalkan vote dan comment ya, kritik dan saran akan sangat membantu🖤

Updatenya gak menentu ya, 1 chapter bisa memakan waktu 1-2 hari sih kalo otak lagi kesumbat :v

Sampai jumpa di chapter 6💞]

— pinkishcatz, nanda.

the story of : RavindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang