4 - Aksi pertama

39 19 22
                                    

Teng! Teng!

Terdengar bunyi lonceng yang telah dipukul 2 kali, pertanda pelajaran akan ditunda dan para siswa akan istirahat.

"Uuh.. Capek banget," Nova merenggangkan tangannya sambil menguap, "ngomong-ngomong Dila mana ya?" ucap Nova pelan dengan matanya yang menatap keseluruh isi kelasnya, Dila tak terlihat dimanapun.

"Lagi nyari cowok lagi mungkin?" gumam Nova lagi sambil merapikan bukunya yang sudah berserakan dimana-mana.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang sangat keras. Langkah kaki tersebut juga terdengar cepat, mungkin orang tersebut sedang berlari?

"NOOOOOOOVVVV!!!!!!" pemilik suara langkah kaki tersebut terhenti tepat di depan pintu kelas X IPA 3, kelas Nova sendiri.

"D-Dila? Ngapain lo lari-lari di koridor terus teriakin nama gue?!" Nova berhenti dari aktivitasnya yang merapikan buku tadi, kaget melihat Dila yang bermandikan keringat.

"N-Nova! Gue ada GE - ES - PE!" Dila dengan cepat mendekati meja Nova sambil duduk disebelahnya.

"Gosip? Apaan emang?" Nova cukup penasaran, apa yang membuat Dila sampai seserius ini.

"Denger, ini gue shock banget dengernya, tapi lu mungkin bakal biasa aja dengernya. Anu.. Itu..," Dila menarik nafas dalam-dalam kemudoan berbisik, "Ravindra Putra, kakak tingkat yang terkenal playboy itu, mau nembak lu!"

"...gitu doang?" ekspresi Nova kembali santai dan datar, tentu berita seperti ini bukan hal yang mengagetkan lagi bagi Nova, ini sudah terlalu biasa baginya.

"Dan kabarnya, si Ravi ini ganteng banget loh Nov! Tajir, pinter, anggota OSIS lagi!" mata Dila terlihat berbinar saat membayangkan wajah Ravindra ini.

"Ah, biasa aja, Dil. Ivan anak gubernur juga udah gue tolak kan" jawab Nova sambil mengibaskan rambutnya di depan Dila, lalu kembali fokus membereskan buku-bukunya dan memasukan ke dalam tas.

"Songong amat sih lu elah," Dila cemberut sambil menatap Nova yang membereskan bukunya. "coba deh elu
terima satuuuuu aja cowok yang nembak elu, Nov. Siapa tau cocok gitu"

"Dila... Gue gapernah liat ada cowok serius di jaman sekarang ini. Kebanyakan cowok sekarang itu sayangnya diawal-awal aja, pas udah bosen, eh, ngeliat cewek cantik, putus deh! Kek elu tuh! Sering diputusin cowok, udah berapa dah mantan lu? Mau dijadiin apaan?"

JLEB

Jantung Dila rasanya seperti ditusuk dengan jarum jahit yang jumlahnya sangat banyak.

"Nova!! Jahat banget sih lu" Dila kembali memajukan bibirnya, cemberut.

"By the way, lu tau gosip kaya gini darimana?" Nova cukup penasaran akan hal ini.

"Gua pas pelajaran fisika tadi kan ijin ke toilet, pas di toilet eh, ada geng 3 cewek centil itu lagi gosip! Katanya si Rara ketua geng nya itu cemburu kalo gebetannya, si Ravindra mau nembak lu! Mereka cerita gue dengerin deh dari dalam toilet" Dila dengan bangga memceritakan dirinya yang menjadi penguping cerita orang.

"Lu ijin dari pertama masuk fisika sampai istirahat gini cuma dengerin gosip orang? Anjay lu" Nova menggelengkan kepalanya.

"hahaha, yaudah ke kanting yuk!" ajak Dila

Lalu mereka pergi ke kantin berdua.

***

"Nova Febiola, ya? Lumayan juga" ujar Ravi menatap foto Nova yang tertera dilayar hp nya.

Nova akan menjadi gadis incarannya setelah memutuskan hubungannya dengan Lidya yang baru jadian 3 jam yang lalu!

Begitulah hidup seorang playboy, bebas banget. Wajah tampan dan tajir menjadi nilai plus dalam kehidupan playboy nya.

"Yaudah. Kalo gue jadi elu sih, ya gue embat langsung! Lu tuh udah hidup enak, muka lumayan, gapernah ditolak cewek lagi! Iri gua Rav" Aldo menyahut sambil mengirim lebih banyak foto Nova yang sudah ia screenshot dari instagram ke whatsapp Ravi.

"Ga sabar nih gua.. Tapi kita kudu nunggu info dari si bertiga itu kan? Buat ngasih tau gua posisi Nova sekarang," Ravi lalu menghela nafasnya, "tapi itu orang bertiga kok gak muncul-muncul sih? Macet ya jalanan di sekolah?"

"Nova nya susah dicari kali, Rav. Mungkin sih" ucap Aldo agar Ravi lebih bersabar.

Tak lama setelah Aldo menyahut, Rian, Faldi, dan Angga datang ke kelas dan menuju ke arah Ravi dan Aldo yang sedang duduk di kursi belakang.

"Lapor, Rav! Kami bertiga udah nemu target. Dia lagi di kantin, sama Dila, sahabatnya" Angga melapor dengan suara lantang dihadapan Ravi, rupanya pengalaman paskibraka nya masih belum hilang di ingatannya.

"Ah lebay amat lu, Ngga," kemudian Faldi menyenggol Angga menjauh dan menghadap kearah Ravi, "by the way, tadi Dila nya lagi nunggu antrian soto di kantin! Jadi lu bisa nembak Nova dengan bebas, kebanyakan kan pas lagi nembak ada yang ganggu" sambung Faldi.

"Oh, oke! Kantin, ya? Pas banget buat nembak! Uhuy!" Ravi terlihat senang sekali, ini adalah ke-425 kalinya ia akan nembak cewek.

Banyak banget kan udah nembak cewek? Playboy gitu, loh.

Dan ga pernah di tolak cewek?

Lu kepikiran ga buat ngitung mantannya?

"Oh, iya. Kalian berempat nonton nih aksi gua yang bakal diterima Nova dengan penuh cinta~" ujar Ravi sambil memasukkan tangannya ke saku celana, ia berpikir dirinya  sangat keren sekarang, dan ia juga dengan pede nya berpikir bahwa Nova akan menerima cintanya.

Namun,

takdir berkata lain.
.
.
.
.
.
.

"Nggak. Gua gak tertarik sama playboy kek elu! Bisanya cuma mainin cewek! Najis!"

Semua yang ada di kantin terdiam. Hening banget!

[Yak inilah chaper ke-4 gaes😍
Moga suka ceritanya yaa
Jangan lupa vote dan comment! 💞
.
.
.
Penasaran aksi Ravi selanjutnya gimana? Ditunggu updatenya 😘]
— pinkishcatz, Nanda.

the story of : RavindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang